Periode Toleran pada Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merill) dengan Tingkat Naungan yang Berbeda
Gusmiatun Gusmiatun(1*), Andika Hanafi(2), Neni Marlina(3)
(1) Departemen Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Palembang, Jl. Jenderal Ahmad Yani 13, Ulu, Palembang
(2) Departemen Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Palembang, Jl. Jenderal Ahmad Yani 13, Ulu, Palembang
(3) Departemen Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Palembang, Jl. Darmapala No. 1A, Bukit Besar, Palembang
(*) Corresponding Author
Abstract
Penggunaan varietas toleran pada budidaya kedelai secara tumpang sari dengan tanaman pangan atau ditanaman sebagai sela pada perkebunan adalah salah satu cara untuk meningkatkan produksi kedelai nasional. Namun demikian cara ini belum sepenuhnya dapat mengatasi masalah, karena intensitas cahaya yang diterima tanaman masih rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan periode waktu yang dipengaruhi oleh rendahnya intensitas cahaya pada tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merill) varietas toleran serta mengetahui penurunan produksi akibat penurunan intensitas cahaya karena naungan, sehingga dapat digunakan untuk menentukan waktu tanam yang paling tepat Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimen, tata letak dilapangan disusun menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split plot design), sebagai petak utama adalah naungan (N): N0 = Tanpa Naungan, N1 = Naungan 50%, N2 = Naungan 65%; sebagai anak petak adalah varietas toleran (V): V1 = Dena 1, V2 = Dena 2, V3 = Anjasmoro, dengan demikian terdapat 9 kombinasi perlakuan. Setiap perlakuan diulang 3 kali dengan menggunakan 5 tanaman contoh, sehingga terdapat 27 perlakuan dengan total 135 Polibeg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa periode pertumbuhan yang paling dipengaruhi oleh intensitas cahaya rendah dari varietas Dena-1, Dena-2, dan Anjasmoro adalah dari 30 hari setelah tanam. Penaungan mengakibatkan turunnya produksi biji kedelai, tanpa penungan tanaman dapat menghasilkan biji per tanaman seberat 63,62 g, pada penaungan 50% biji turun 33%, yaitu menghasilkan 47,51 g, selanjutnya pada penaungan 65% hasil biji menurun hingga 90,08%, yaitu menghasilkan 33,47 g.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Adie, M. M. & Krisnawati, A. (2016). Identification of soybean genotypes adaptive and productive to acid soil agro-ecosystem. Biodiversitas, 17(2), 565–570. https://doi.org/10.13057/biodiv/d170225
Arimarsetiowati, R. & Ardiyani, F. (2012). Pengaruh penambahan auxin terhadap pertunasan dan perakaran kopi arabika perbanyakan Somatik embriogenesis. Pelita Perkebunan, 28(2), 82–90.
Badan Pusat Statistik. (2018). Produksi kedelai nasional. Diakses 30 Maret. https://www.bps.go.id/LinkTableDinamis/View/Id/871
Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. (2015). Varietas unggul baru kedelai toleran naungan. Diakses 12 Februari. http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id
Chairudin, C., Efendi, E., & Sabaruddin, S. (2015). Dampak naungan terhadap perubahan karakter agronomi dan morfo-fisiologi daun pada tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merrill). Jurnal Floratek, 10(1), 26–35.
Cruz, P. (1997). Effect of shade on the growth and mineral nutrition of a C4 perennial grass under field conditions. Plant and Soil, 188.
Handriawan, A., Respatie, D.W., & Tohari, T. (2016). Pengaruh intensitas naungan terhadap pertumbuhan dan hasil tiga kultivar kedelai (Glycine max (L.) Merrill) di lahan pasir Pantai Bugel, Kulon Progo. Vegetalika, 5(3), 1–14. https://doi.org/10.22146/veg.25346
Hasibuan, A. R., Soverda, N., & Alia, Y. (2017). Karakter Morfologi dan Hasil Beberapa Genotipe Kedelai (Glycine max (L.) Merill) pada Lingkungan Ternaungi. Universitas Jambi. https://repository.unja.ac.id/id/eprint/2357
Kementerian Pertanian (2020). Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Kedelai. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. https://satudata.pertanian.go.id/Assets/Docs/Publikasi/OUTLOOK_KEDELAI_2020.Pdf
Mawarni, L. (2019). Kajian agronomis kedelai toleran naungan di bawah kelapa sawit [Disertasi]. Universitas Sumatera Utara.
Permanasari, I. & Kastono, D. (2012). Pertumbuhan tumpangsari jagung dan kedelai pada perbedaan waktu tanam dan pemangkasan jagung. Jurnal Agroteknologi, 3(1), 13–21. https://doi.org/10.24014/JA.V3I1.90
Setiawan, K., Restiningtias, R., Utomo, S. D., Ardian, A., Hadi, M. S., Sunyoto, S., & Yuliadi, E. (2019). Keragaman genetik, fenotip dan heritabilitas beberapa genotip sorghum pada kondisi tumpangsari dan monokultur. Jurnal AGRO, 6(2), 95–109. https://doi.org/10.15575/4568
Sukaesih, E. (2002). Studi Karakter Iklim Mikro pada Berbagai Tingkat Naungan Pohon Karet dan Pengaruhnya terhadap 20 Genotipe Kedelai. Skripsi. (Tidakdipublikasikan). Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Susanto, G. W. A., & Sundari, T. (2011). Perubahan karakter agronomi aksesi plasma nutfah kedelai di lingkungan ternaungi. Indonesian Journal of Agronomy, 39(1), 1–6. https://doi.org/10.24831/JAI.V39I1.13180
Taiz, L. & Zeiger, E. (2010). Plant physiology. The Benyamin/Cumming Publishing. Company. Inc.
DOI: https://doi.org/10.22146/agritech.72264
Article Metrics
Abstract views : 575 | views : 1001Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2023 Gusmiatun Gusmiatun Gusmiatun
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
agriTECH has been Indexed by:
agriTECH (print ISSN 0216-0455; online ISSN 2527-3825) is published by Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada in colaboration with Indonesian Association of Food Technologies.