Saponifikasi dan Ekstraksi Satu Tahap untuk Ekstraksi Minyak Tinggi Linoleat dan Linolenat dari Kedelai Varietas Lokal
Teti Estiasih(1*), Kgs. Ahmadi(2), Wenny Bekti Sunarharum(3), R. Amilia D. Kurnain(4)
(1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Jalan Veteran Malang 65145
(2) Jurusan Teknologi dan Industri Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Tribhuwana, Jl. Telaga Warna Blok-C,Tlogo Mas Malang 65145
(3) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Jalan Veteran Malang 65145
(4) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Jalan Veteran Malang 65145
(*) Corresponding Author
Abstract
Linoleic acid (LA, C18:2ω-6) and alpha linolenic acid (ALA, C18:3ω-3) were essential polyunsaturated fatty acid (PUFA). The exploration of local varieties of soybean as the sources of LA and ALA is very important to reduce the dependence of LA+ALA import products. However, the local varieties of soybean in Indonesia are limited to be ex- plored as the suorce of LA and ALA. The efficient technique is needed to increase the PUFA (LA and ALA) content of soybean oil. One of the techniques is the combination of simultaneous saponification and extraction or one step saponification-extraction.This research was objected to elucidate the potency of local soybean varieties as the source of LA and ALA and to develop one step saponification-extraction in obtaining high LA+ALA oil from local varieties of soybean. Firstly, various local soybean varieties, i.e. Panderman, Wilis, Kaba, Burangrang, and Anjasmara, were assessed for fatty acid profiles. The selected variety of local soybean for one step saponification-extraction in oil extraction was based on the highest content of LA and ALA. Secondly, the condition of one step saponification-extraction was optimized by using Response Surface Methodology with three factors: water to soybean meal ratio, saponification temperature, and saponi-fication time. The response was LA+ALA content in extracted oil.The result showed that among the local soybean varieties tested, Burangrang had the highest content of LA+ALA (60.43 %). Different varieties showed different fatty acid profile and oil (in the form of fatty acid) content. Linoleic acid was the predominant in all varieties. Burangrang was used as the raw material of one step saponification-extraction. Ra- tio of water to soybean meal, saponification temperature, and time affected response of LA+ALA content. The response is quadratic. Optimum condition was achieved at water to soybean meal ratio of 2.03:1, saponification temperature of58.86 °C, and saponification time of 92.27 minutes. The response of LA+ALA concentration (%) at optimum condition was predicted 68.47 % and actual response was 68.89 %. The extracted oil showed low oxidation level.
ABSTRAK
Asam linoleat (LA, linoleic acid, C18:2ω-6) dan asam alfa linolenat (ALA, alpha linolenic acid, C18:3ω-3) merupa- kan asam lemak tidak jenuh majemuk (PUFA, polyunsaturated fatty acid) esensial. Penelitian tentang kedelai varietas lokal sebagai sumber LA dan ALA sangat penting dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap produk minyak tinggi LA dan ALA impor. Akan tetapi, penelitian tentang ekstraksi LA dan ALA dari kedelai varietas lokal yang ada di Indonesia masih sangat terbatas. Teknik ekstraksi yang efisien diperlukan untuk meningkatkan kadar PUFA. Salah satu teknik untuk mengekstrak minyak tinggi LA dan ALA adalah kombinasi saponifikasi dan ekstraksi simultan atau saponifikasi-ekstraksi satu tahap.Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap potensi kedelai varietas lokal sebagai sumber LA dan LA, dan untuk mengembangkan teknik saponifikasi-ekstraksi satu tahap. Kedelai varietas lokal, yaitu Panderman, Wilis, Kaba, Burangrang, dan Anjasmara, dianalisis profil asam lemaknya. Varietas yang digunakan lebih lanjut untuk saponifikasi- ekstraksi satu tahap didasarkan pada kadar LA dan ALA tertinggi. Selanjutnya, kondisi saponifikasi-ekstraksi satu tahap dioptimasi dengan menggunakan metodelogi permukaan respon dengan tiga faktor yaitu rasio air:tepung kedelai, suhu saponifikasi, dan lama saponifikasi. Respon yang dikaji adalah kadar LA dan ALA dalam minyak yang terekstrak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diantara kedelai varietas lokal yang diteliti, varietas Burangrang mempunyai kadar LA+ALA tertinggi (60,43 %). Varietas yang berbeda menunjukkan profil asam lemak yang berbeda dan kadar minyak (dalam bentuk asam lemak bebas) yang berbeda pula. LA merupakan asam lemak yang dominan untuk seluruh varietas kedelai. Rasio air:tepung kedelai, suhu saponifikasi, dan lama saponifikasi mempengaruhi respon yang bersifat kuadratik. Kondisi optimum tercapai pada rasio air:tepung kedelai 2,03:1, suhu saponifikasi 58,86 °C, dan lama sapon- ifikasi 92,27 menit. Respon kadar LA dan ALA (%) pada kondisi optimum berdasarkan prediksi adalah 68,47 % dan respon aktual 68,89 %. Minyak yang diperoleh mempunyai tingkat oksidasi yang rendah.
Keywords
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.22146/agritech.9724
Article Metrics
Abstract views : 9688 | views : 42259Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2012 Teti Estiasih, Kgs. Ahmadi, Wenny Bekti Sunarharum, R. Amilia D. Kurnain
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
agriTECH has been Indexed by:
agriTECH (print ISSN 0216-0455; online ISSN 2527-3825) is published by Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada in colaboration with Indonesian Association of Food Technologies.