Anoman Angrĕrĕpi Munggeng Nagasĕkar: dari Rubrikasi Hingga Hubungan Intertekstual Sĕrat Rama Jayakusuman dengan Sĕrat Rama Yasadipuran

  • Tio Cahya Sadewa Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
Keywords: Serat Rama, rubrication, Anoman, song, intertext, rubrikasi, tembang, interteks

Abstract

This research discusses the rubrication of "Anoman Angrĕrĕpi munggeng Nagasekar" in the manuscript of Sĕrat Rama (Jayakusuman) in the collection of the Sonobudoyo Yogyakarta Museum Library (MSB/L.291) and then interprets and correlates it with the accompanying text. This study also attempts to compare the story of Anoman angrĕrĕpi 'singing' when delivering a message from Prabu Rama to Dewi Sinta contained in Sĕrat Rama (Jayakusuman) with the more widely known version, Sĕrat Rama (Yasadipuran). A descriptive research method with a philological and intertextual approach is used to determine the relationship between texts. In addition, a semiotic approach was used to interpret the meaning of the rubrication of the text. The data in this study are texts about the story of Anoman singing from each manuscript to be compared. The results show that in Sĕrat Rama (Jayakusuman) the story of Anoman "angrĕrĕpi" is an important topic, as evidenced by the special rubrication about it. The story of Anoman singing is not found in the Old Javanese Rāmāyaṇa. It is found in both texts of Sĕrat Rama (Yasadipuran and Jayakusuman versions) with different compositions. In Sĕrat Rama (Yasadipuran) the story is composed in the Mijil metre while in the younger Sĕrat Rama (Jayakusuman) the Dhandhanggula metre is used. The story of Anoman singing is the result of the creativity of the Surakarta Palace poet, R. Ng. Yasadipura II in the form of an interpretation of the Old Javanese Rāmāyaṇa which was later recomposed in a different version by B.P.H. Jayakusuma (son of Hamengku Buwana II).

===

Penelitian ini membahas tentang adanya rubrikasi “Anoman Angrĕrĕpi munggeng Nagasekar” pada naskah Sĕrat Rama (Jayakusuman) koleksi Perpustakaan Museum Sonobudoyo Yogyakarta (MSB/L.291) untuk kemudian diinterpretasi dan dikorelasikan dengan teks yang mengiringinya. Penelitian ini juga mencoba untuk membandingkan kisah tentang Anoman angrĕrĕpi ‘menembang’ pada saat menyampaikan pesan dari Prabu Rama kepada Dewi Sinta yang termuat dalam Sĕrat Rama (Jayakusuman) dengan versi yang lebih dikenal luas, yakni Sĕrat Rama (Yasadipuran). Digunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan filologi dan intertekstual untuk mengetahui hubungan antar teks. Selain itu, digunakan pula pendekatan semiotik untuk menginterpretasikan makna dari rubrikasi naskah. Data dalam penelitian ini adalah teks tentang kisah Anoman menembang dari masing-masing naskah untuk kemudian dibandingkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada teks Sĕrat Rama (Jayakusuman) kisah Anoman “angrĕrĕpi” merupakan topik yang penting, terbukti dengan adanya rubrikasi khusus mengenainya. Kisah Anoman menembang tidak didapati pada Rāmāyaṇa Jawa Kuna. Kisah ini ditemukan pada kedua teks Sĕrat Rama (versi Yasadipuran dan Jayakusuman) dengan gubahan yang berbeda. Pada Sĕrat Rama (Yasadipuran) kisah tersebut digubah dengan metrum Mijil sedangkan pada Sĕrat Rama (Jayakusuman) yang lebih muda digunakan metrum Dhandhanggula. Kisah Anoman menembang merupakan hasil kreatifitas pujangga Keraton Surakarta, R. Ng. Yasadipura II dalam bentuk pen-jarwa-an Rāmāyaṇa Jawa Kuna yang kemudian digubah lagi dengan versi yang berbeda oleh B.P.H. Jayakusuma (putra Hamengku Buwana II).

Published
2023-12-01
Section
Articles