Cerita Pandai Besi dalam Sêrat Rama, Arjunawiwaha, Saha Kempalan Dongeng: Kajian Filologi dan Kritik Respon Pembaca

  • Hendra Aprianto Magister Ilmu Sastra, Universitas Gadjah Mada
Keywords: kris master, serat rama arjunawiwaha saha kempalan dongeng, philology, reader respon, pandai besi, filologi, kritik respon pembaca

Abstract

Keris is a Javanese cultural product. Literacy on blacksmithing may be discovered in the document Sêrat Rama, Arjunawiwaha, Saha Kempalan Dongeng (SRASKD). The manuscript was started by a ruling king. The narrative of the blacksmith in SRASKD is told in 29 stanzas, however this essay will only look at 5 of them. The manuscript is housed at the Widyapustaka Pura Pakualaman library. This research employs philological analysis began by Oman Fathurahman and reader response critique initiated by Louise Rosenblatt. Philological analysis is used to characterize the manuscript and provide the text edition that was carried out using the script and language transfer technique. Furthermore, the translation findings are carried out at the reader interpretation stage to acquire a series of meanings in the SRASKD manuscript's macapat poetry. The following outcomes are derived based on the process of reading the characters and understanding the text. The first verse narrates the account of a blacksmith from Pajajaran, a kris empu with the rank of lurah. The second verse describes King Brawijaya's hunt for a highly competent kris smith. In the third stanza, the monarch finds a master empu, Kyai Supa, and his son (Ki Surawigya). Kyai Supa is resentful of his son in the fourth stanza because the king prefers his son's work. Ki Surawigya dies in the sixth stanza, and King Brawijaya is taken aback. In this article, the SRASKD manuscript is presented as a presentation of fascinating literary works on social phenomena at the time, which informs about the king's initiation to locate a kris master, which is still relevant now.

===

Keris merupakan produk budaya masyarakat Jawa. Literasi tentang pandai besi dapat ditemukan dalam dokumen Sêrat Rama, Arjunawiwaha, Saha Kempalan Dongeng (SRASKD). Naskah ini diprakarsai oleh seorang raja yang berkuasa. Narasi pandai besi dalam SRASKD diceritakan dalam 29 pada, namun tulisan ini hanya akan membahas 5 pada . Naskah ini tersimpan di perpustakaan Widyapustaka Pura Pakualaman. Penelitian ini menggunakan analisis filologi yang dimulai oleh Oman Fathurahman dan kritik respons pembaca yang digagas oleh Louise Rosenblatt. Analisis filologi digunakan untuk pendeskripsian fisik naskah dan memberikan edisi teks yang dilakukan dengan teknik alih aksara dan alih bahasa. Selanjutnya, hasil terjemahan dilakukan pada tahap interpretasi pembaca untuk mendapatkan serangkaian makna dalam puisi macapat naskah SRASKD. Hasil penelitian berikut ini diperoleh berdasarkan proses pembacaan aksara dan pemahaman teks. Bait pertama menceritakan kisah seorang pandai besi dari Pajajaran, seorang empu keris berpangkat lurah. Bait kedua menceritakan perburuan Prabu Brawijaya terhadap seorang empu keris yang sangat kompeten. Pada bait ketiga, sang raja menemukan seorang empu, Kyai Supa, dan putranya (Ki Surawigya). Kyai Supa merasa kesal kepada putranya pada bait keempat karena sang raja lebih menyukai hasil karya putranya. Ki Surawigya meninggal pada bait keenam, dan Raja Brawijaya terkejut. Dalam artikel ini, naskah SRASKD disajikan sebagai presentasi karya sastra yang menarik tentang fenomena sosial pada saat itu, yang menginformasikan tentang inisiasi raja untuk mencari seorang empu keris, yang masih relevan sampai sekarang.

Published
2023-12-01
Section
Articles