Wayang Dalam Fiksi Indonesia
Burhan Nurgiyantoro(1*)
(1) 
(*) Corresponding Author
Abstract
Munculnya unsur cerita wayang dan bentuk-bentuk transformasinya pada karya fiksi Indonesia secara intensif baru terlihat pada pertengahan tahun 70-an, yaitu dengan Umar Kayam, dan beberapa tahun sebelumnya Danarto menulis cerpen Nostalgia yang bersumber pada cerita Abimanyu gugur. Setelah itu karya-karya berikutnya menyusul seperti Pengakuan Pariyem (Linus Suryadi), Burung-burung Manyar dan Durga Umayi (Mangunwijaya), Canting (Arswendo Atmowiloto), Para Priyayi (Umar Kayam), Perang (Putu Wijaya), atau bahkan karya yang berangkat dari cerita wayang itu sendiri seperti Anak Bajang Menggiring Angin (Sindhunata), Balada Cinta Abimanyu dan Lady Sundari dan Balada Narasoma (Agusta T. Wibisono), Asmaraloka (Danarto), cerpen "Karna" dan "Gatotkaca" (Bakdi Sumanto), dan cerpen-cerpen dalam Baratayuda di Negeri Antah Berantah (Pipit RK). Kecuali Putu Wijaya yang berasal dari Bali, para pengarang tersebut adalah beretnis Jawa sehingga boleh dikatakan bahwa para pengarang dari Jawalah yang banyak mentransformasikan cerita wayang ke dalam sastra Indonesia.
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.22146/jh.769
Article Metrics
Abstract views : 1237 | views : 3288Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2012 Burhan Nurgiyantoro
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.