PERANAN INDUSTRI SENI KERAJINAN PERAK DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEBAGAI PENDUKUNG PARIWISATA BUDAYA

https://doi.org/10.22146/jh.687

A. Daliman(1*)

(1) 
(*) Corresponding Author

Abstract


Sejak dahulu di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta telah berdiri pusatpusat kerajaan, silih berganti, yang sekaligus menjadi pusat-pusat kebudayaan, peradaban, dan seni . Peninggalan-peninggalan sejarah dan budayanya masih dapat disaksikan hingga sekarang ini seperti candi-candi, bangunan kraton, tata-upacara serta adat-istiadat, kesenian, dan kerajinan rakyat tradisional, yang sebagian besar masih lestari secara turun-temurun dan malahan berkembang sampai saat sekarang . Maka dari itu, adalah tepat dan sesuai dengan akar-akar historis dan kultural, apabila kebijakan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, yang lebih-lebih didorong oleh tidak mungkinnya lagi sektor pertanian menjamin kehidupan rakyat, kemudian mengembangkan program unggulan Yogyakarta sehagai pusat budaya dan tujuan wisata budaya dengan didukung industri seni kerajinan rakyat . Di antara industri-industri seni kerajinan rakyat Yogyakarta ini, yang menjadi primadona dan memberikan identitas kepada kota ini adalah industri seni kerajinan perak . Terkait dengan hal-hal tersebut di atas setelah secara selintas dikupas akar-akar sejarah dan profit industri seni kerajinan perak yang pada dasarnya memusat di kawasan Kotagede, dalam tulisan dikedepankan pula peranannya sebagai pendukung pariwisata budaya, strateginya dalam menanggulangi krisis ekonomi (1998-1999), beserta prospek dan tantangan global yang dihadapinya.

Full Text:

PDF



DOI: https://doi.org/10.22146/jh.687

Article Metrics

Abstract views : 3625 | views : 6521

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Copyright (c) 2012 A. Daliman

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.



free web stats Web Stats

ISSN 2302-9269 (online); ISSN 0852-0801 (print)
Copyright © 2022 Humaniora, Office of Journal & Publishing, Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada