KEMISKINAN DAN PEMERATAAN DI DAERAH PROYEK IRIGASI SEMARANG BARAT ( POVERTY AND EQUITY IN THE WEST SEMARANG IRRIGATION PROJECT AREA )
Roso Witjaksono(1*)
(1) Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada
(*) Corresponding Author
Abstract
Proyek rehabilitasi jaringan pengairan terutama dimaksudkan untuk memperbaiki keadaan sosial ekonomi masyarakat petani yang sebagian besar termasuk dalam lapisan bawah masyarakat. Dampak proyek ini dapat antara lain dilihat pada indikator tingkat kemiskinan dan pemerataan pendapatan petani di daerah proyek.
Patokan yang digunakan untuk menentukan tingkat kemiskinan suatu masyarakat adalah garis kemiskinan yang dicetuskan oleh Sajogyo (1982), yang mendasarkan perhitungannya pada besarnya pengeluaran rumah tangga petani dalam bentuk setara beras.
Pemerataan pendapatan petani ditentukan dengan cara pengukuran terhadap standar deviasi (S), koefisien variasi (Kv) dan Gini Ratio (GR), yang semuanya mendasarkan pada perhitungan besarnya pengeluaran rumah tangga petani sampel. Penggunaan tiga cara pengukuran tersebut secara bersama-sama akan dapat memberikan gambaran keadaan pemerataan yang lebih riil daripada hanya menggunakan salah satu cara pengukuran.
Hasil analisis menunjukkan bahwa 63,4% anggota masyarakat petani di daerah proyek berada di atas garis kemiskinan. Di antara Lima kriteria daerah proyek (daerah Rehabilitasi Irigasi, daerah Banjir, daerah Tebu, daerah Tembakau dan daerah Tambak) ternyata keadaan pemerataan terbaik dijumpai di daerah Tebu dan keadaan pemerataan terburuk dijumpai di daerah Rehabilitasi Irigasi
Patokan yang digunakan untuk menentukan tingkat kemiskinan suatu masyarakat adalah garis kemiskinan yang dicetuskan oleh Sajogyo (1982), yang mendasarkan perhitungannya pada besarnya pengeluaran rumah tangga petani dalam bentuk setara beras.
Pemerataan pendapatan petani ditentukan dengan cara pengukuran terhadap standar deviasi (S), koefisien variasi (Kv) dan Gini Ratio (GR), yang semuanya mendasarkan pada perhitungan besarnya pengeluaran rumah tangga petani sampel. Penggunaan tiga cara pengukuran tersebut secara bersama-sama akan dapat memberikan gambaran keadaan pemerataan yang lebih riil daripada hanya menggunakan salah satu cara pengukuran.
Hasil analisis menunjukkan bahwa 63,4% anggota masyarakat petani di daerah proyek berada di atas garis kemiskinan. Di antara Lima kriteria daerah proyek (daerah Rehabilitasi Irigasi, daerah Banjir, daerah Tebu, daerah Tembakau dan daerah Tambak) ternyata keadaan pemerataan terbaik dijumpai di daerah Tebu dan keadaan pemerataan terburuk dijumpai di daerah Rehabilitasi Irigasi
Keywords
kemiskinan dna pemerataan daerah proyek irigasi, Semarang Barat
Full Text:
PDFReferences
Emil Salim., "Kebijaksanaan Pemerataan Mengatasi Kemiskinan", dalam Selo Soemardjan, Alfian & Mely G. Tan (eds), Kemiskinan Struktural,, 1984
IrIan Soejono., Metodologi Penelitian Distribusi Pendapatan di Pedesaan, 1978
Kirdi Dipoyudo., "Pemerataan Kesejahteraan Tujuan Pembangunan, 1982
Mubyarto, Sayogyo, S. Tjondronegoro,, Poverty, Equity, and Rural Development, 1982
Sayogyo., Menelaah Garis Kemiskinan, 1982
DOI: https://doi.org/10.22146/agroekonomi.16905
Article Metrics
Abstract views : 2180 | views : 1124Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2016 Agro Ekonomi
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
View My Stats