Pengantar Redaksi
Redaksi Jurnal Filsafat(1*)
(1) 
(*) Corresponding Author
Abstract
Jurnal Filsafat Volume 30 No. 1 Februari 2020 ini menghadirkan enam artikel dengan cakupan tema yang cukup beragama dari post-truth, ke isu lingkungan dan hak hewan hingga perdebatan tentang dikotomi moral dan hukum. Edisi ini dibuka dengan refleksi seorang pemikir filsafat nasional Professor Franz Magnis-Suseno SJ mengenai kondisi post-truth. Artikelnya bejudul “Philosophy, A Challenge To Post-Truth, Also In Indonesia” adalah desakan untuk mendorong peran filsafat dalam memerangi distribusi kebohongan dalam fenomena post-truth. Tulisan Romo Magnis menekankan bahwa adalah tugas filsafat untuk menantang ketidakbenaran yang bersembunyi dibalik selubung kebenaran. Penulis mencontohtan upaya ini dengan menyingkap tabir kebohongan pada tiga hal yang telah diterima secara luas sebagai kebenaran yaitu tentang apa yang terjadi di Indonesia pada tahuan 1965 dan 1966; klaim bahwa Pancasila tidak selaras dengan demokrasi liberal; dan klaim ekstrimisme religius untuk menampilkan kebenaran dari agama. Penulis lebih jauh menekankan ajakan untuk mempertahankan kebebasan berdemokrasi tanpa kompromi.
Selanjutnya, tiga penulis dari Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada; Lailiy Muthmainnah, Rizal Mustansyir, dan Sindung Tjahyadi, mengetengahkan kajian mengenai isu lingkungan. Para penulis mempertanyakan kembali basis argumentasi yang dibangun dalam gagasan pembangunan berkelanjutan dalam konteks pengelolaan lingkungan hidup. Para penulis artikel ini menyimpulkan bahwa konsep pembangunan berkelanjutan tidak terlepas dari modernitas dengan segala persoalan yang ditimbulkannya. Basis argumentasi sustainable development adalah penciptaan kondisi keseimbangan antara kebutuhan generasi sekarang dan kecukupan kebutuhan generasi yang akan datang. Namun tarik ulur pemaknaan konsep keberlanjutan terjatuh pada konteks ekonomi sehingga kalkulasi cost-benefit ter-reduksi ke dalam kalkulasi cash-value. Akibatnya tujuan keseimbangan lingkungan hidup justru bermetamorfosis menjadi bentuk baru antroposentrisme.
Ni Nyoman Oktaria Asmarani, menghadirkan polemik tentang praktik kurban hewan dalam ritual adat di Bali dalam tulisannya yang berjudul “Kurban Hewan Dalam Upacara Yadnya: Membunuh Atau Memuliakan?” Yadnya adalah salah satu ibadah masyarakat Hindu Bali yang berarti kurban suci untuk dipersembahkan kepada Tuhan, yakni Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dalam prosesnya, umat Hindu Bali biasa menggunakan hewan sebagai sesuatu yang dikurbankan untuk upacara yadnya. Bagi para pegiat animal welfare, penggunaan hewan ini dianggap sebagai sesuatu yang tidak patut karena itu berarti hewan hanya dimaknai sebatas pemenuh bagi keperluan manusia saja. Artikel ini berupaya memahami bagaimana hewan dimuliakan melalui berbagai cara, baik melalui pengorbanan dalam Yadnya, maupun memenuhi hak-haknya.
Artikel ke empat, Rona Utami dari Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada berfokus padapasien transgender, khususnya transpuan, di Yogyakarta dalam mengakses layanan kesehatanmelalui perspektif etika biomedis Tom L. Beauchamp dan James Childress. Walaupun kelompok transgender tidak mengalami diskriminasiperlakuandalam pelayanan kesehatan tetapi tidak semua anggota transpuan mendapatkan asuransi jaminan sosial yang disediakan oleh pemerintah karena masalah administratif data kependudukan yang belum mengakomodasi pilihan gender mereka. Peneliti menyimpulkan bahwa diskriminasi berawal dari anggapan bahwa penerima manfaat sosial masih terbatas untuk pilihan gender tertentu. Menurut penulis, kondisi ini bertentangan denganprinsip keadilandalam etika biomedis.
Artikel kelima berjudul ”Mitos Penciptaan Pada Serat Purwakandha BrantakusumanDan Potensi Kajian Filsafatnya”, ditulis oleh Sartini dan Luwiyanto dari Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji mitos penciptaan dalam Serat Purwakandha Brantakusuman (SPB), bagaimana kekhasannya dibandingkan dengan mitos-mitos di Indonesia dan teori mitos yang ada, dan menjelaskan tema-tema filsafati yang dapat dikaji dari mitos tersebut. Kajian mitos tentang asal-usul tetumbuhan merupakan hal baru karena penelitian yang mengkaji mitos terkait pertanian dan Dewi Sri, pengaruh mitos dalam kehidupan dan aktivitas manusia, bentuk-bentuk ritual dan aktivitas sosial-budaya, serta hubungan antara mitos dan kesenian, lebih banyak terkait dengan asal-usul suatu tempat. Kedua penulis berargumen bahwa mitos penciptaan tetumbuhan dalam SPB berlatar cerita kematian Dewi Tisnawati yang dibuang ke bumi. Mitos dalam SPB dan mitos-mitos di Indonesia berkontribusi mendukung konsep-konsep mitos yang sudah dijelaskan para pemikir besar.
Akhirnya, Syafruddin Muhtamar dan Muhammad Asri dari Universitas Hasanuddinmenutup volume ini artikel berjudul “Dikotomi Moral Dan Hukum Sebagai Problem Epistemologis Dalam Konstitusi Modern”. Fokus artikel ini adalah dikotomi moral dan hukum dalam konteks konstitusi modern yang mengakar pada pemikiran Thomas Aquinas dan Niccolo Machiavelli. Analisis difokuskan pada aspek epistemologis yang menjadi akar panjang dikotomi antara konsep moral dan hukum dalam konstitusimodern. Kedua penulismenyimpulkan bahwa paradigma hukum adi-kodrati dan positivisme merupakan akarepistemikdari dikotomi konsep moral dan hukum tersebut.
Mengakhiri kata pengantar ini, atas nama redaksi Jurnal Filsafat, kami menghaturkan terima kasih kepada para penulis dan mitra bestari yang telah berkontribusi dalam Volume 30 nomor 1 ini. Kepada para pembaca, kami haturkan selamat membaca dan menikmati setiap artikel pada Jurnal Filsafat edisi ini!.
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.22146/jf.54557
Article Metrics
Abstract views : 2944 | views : 2428Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2020 Jurnal Filsafat
Jurnal Filsafat Indexed by:
Jurnal Filsafat ISSN 0853-1870 (print), ISSN 2528-6811 (online)