“Saudagar Bandoeng”, 1906—1930-an

https://doi.org/10.22146/lembaran-sejarah.39863

Dede Rohayati(1*)

(1) Universitas Gadjah Mada
(*) Corresponding Author

Abstract


The growth of Bandung as a city at the beginning of the 20th century, has produced urban groups that dominate parts of the urban economy. One group was known as Saudagar Bandoeng or the Bandung indigenous Muslim merchants. They started growing as middle-class urban Muslims who rely on their economic life in the commercial sector. There are three reasons for the emergence of Saudagar Bandoeng, namely the rejuvenation of Pasar Baru market in 1906, the rise of batik trading and the modernization of Bandung facilitated the traffic goods and people to and from the city of Bandung. The Saudagar Bandoeng emerged as a community of santri traders which were relatively different from that of rural santri traders. The birth of the Soedara Association (Himpoenan Soedara) as an organization for santri traders to promote indigenous economic sector in Bandung represented one of the rise of merchant nationalist identity as has been seen in other cities such as Surakarta.

Keywords


Saudagar Bandoeng; middle class muslim; urban muslim; trading

Full Text:

PDF


References

Ahmad Irfan, dkk., Bank Saudara 1906-2003: Seratus Tahun Perjalanan Bank Urang Sunda. Bandung: Yayasan Yusuf Panigoro, 2006.

Bambang Purwanto, “Menulis Kehidupan Sehari-hari Jakarta: Memikirkan Kembali Sejarah Sosial Indonesia” dalam Henk Schulte Nordholt, Bambang Purwanto, dan Ratna Saptari (ed.,), Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia-KITLV Jakarta-Pustaka Larasan, 2008).

_____. Merajut Jaringan di Tengah Perubahan: Komunitas Ekonomi Muslim di Indonesia pada Masa Kolonial, Lembaran Sejarah, No. 2, 2000. Jurnal.

Dadang Dachmir, “Para Saudagar Bandoeng Tempo Doeloe Tinggal Di Sekitar Pasar Baru Sekarang”, Pikiran Rakyat, Jumat, 15 Juni 1984.

Dobbin, Christine, Gejolak Ekonomi, Kebangkitan Islam, dan Gerakan Paderi, Minangkabau 1784-1847. Jakarta: Komunitas Bambu, 2008.

Eva Rufaidah, “Dialog Antara Islam dan Sunda di Kota Bandung Pada paruh Pertama Abad XX” dalam Cik Hasan Bisri, Yeti Heryati, Eva Rufaidah (ed.,), Pergumulan Islam Dengan Kebudayaan Lokal di Tatar Sunda. Bandung: Kaki Langit, 2005.

_____. Perkembangan Kehidupan Keagamaan Masyarakat Muslim Perkotaan Bandung 1906-1930-an. Yogyakarta: Program Studi Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. 2003. Tesis.

Haryoto Kunto. Wajah Bandoeng Tempo Doeloe. Bandung: Granesia, 1984.

_____. Semerbak Bunga di Bandung Raya. Bandung: Granesia, 1986.

_____. Ramadhan di Priangan. Bandung: Granesia, 1996.

Mrázek, Rudolf, Engineers of Happy Land, Perkembangan Teknologi dan Nasionalisme di Sebuah Koloni. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta, 2006.

R. Moch. A. Affandie, Bandung Baheula, jilid 1. Bandung: Guna Utama, 1969.

Sarkawi B. Husain, “Sepanjang Jalan Kenangan: Makna dan Perebutan Sosial Nama Jalan di Kota Surabaya”, dalam Freek Colombijn, dkk., (ed.,), Kota Lama Kota Baru, Sejarah Kota-Kota di Indonesia, Yogyakarta: Ombak, 2005.

Schulte Nordholt, Henk, Outward Appeareances: Trend, Identitas dan Kepentingan. Yogyakarta: LKiS, 2005.

Shiraishi, Takashi, Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912–1926. Jakarta: Grafiti, 1997.

Van Dijk, Kees, Sarung, Jubah, dan Celana: Penampilan Sebagai Sarana Pembedaan dan Diskriminasi dalam Henk Schulte Nordholt (ed.,), Outward Appearances: Trend, Identitas, Kepentingan. Yogyakarta: LKiS, 2005.



DOI: https://doi.org/10.22146/lembaran-sejarah.39863

Article Metrics

Abstract views : 2501 | views : 8395

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2018 Lembaran Sejarah

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


ISSN 2620-5882(online) | © 2024 Lembaran Sejarah

View My Stats