Call for Papers: Undangan Menulis Sejarah Lingkungan

Dunia saat ini tengah bersanding dengan berbagai permasalahan lingkungan, mulai dari krisis iklim, kelangkaan spesies, hingga bencana ekologis. Alih-alih muncul secara alamiah, sebagian besar permasalahan tersebut merupakan akibat langsung dari aktivitas industri ekstraktif yang berlangsung secara eksploitatif terhadap sumber daya alam. Pada 1990, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) melaporkan temuan bahwa selama seratus tahun terakhir, suhu bumi meningkat 0,3 sampai 0,6° Celcius, tinggi permukaan laut meningkat 10–20 sentimeter, dan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer meningkat 26 persen. Laporan ini menyebutkan bahwa selama ribuan tahun sebelum Revolusi Industri, peningkatan gas rumah kaca relatif konstan. Namun, seiring pertumbuhan penduduk dan perkembangan industri, peningkatan gas rumah kaca meningkat tajam. Tak hanya semata permasalahan iklim, aktivitas manusia telah memicu kepunahan sejumlah besar spesies di darat dan laut, pengikisan luas hutan hujan tropis, peningkatan polusi di wilayah perkotaan, dan pengurangan debit sumber air untuk kebutuhan domestik serta pertanian.

Umat manusia berusaha menghalau kerusakan lingkungan melalui beragam cara, mulai dari konservasi hingga inovasi produk ramah lingkungan. Namun, selama orientasi mereka tak beranjak dari pertumbuhan ekonomi, kerusakan lingkungan tampaknya masih jauh dari berhenti. Alih-alih berhenti, kerusakan lingkungan justru berlangsung secara lebih masif, menimbulkan dampak negatif kepada lebih banyak orang, dan menghasilkan lebih banyak permasalahan. Tak hanya dirasakan di tingkat global, dampak kerusakan lingkungan mulai menjangkau mereka yang menghuni posisi interseksi di tingkat lokal; termasuk orang miskin, perempuan, dan orang non-kulit putih. Mereka seringkali justru berada di garda depan dari gerakan lingkungan. Oleh karena itu, penting bagi sejarawan untuk mendengarkan suara-suara masyarakat marjinal tersebut. Sejarah memiliki peranan penting untuk mencari bentuk-bentuk pengaturan ‘ekonomi’ dan ‘ekologi’ secara bersamaan. Untuk merombak pandangan dualistik bahwa peradaban dan lingkungan merupakan dua hal terpisah yang tidak saling berkelindan, diperlukan penulisan sejarah yang tidak terkotak-kotak pula.

Lembaran Sejarah mendorong penulisan sejarah yang nonlinier melalui undangan menulis makalah bertemakan sejarah lingkungan. Naskah dapat berupa artikel, reviu buku, dan reviu film. Cakupan tema makalah terbuka, tetapi tidak terbatas pada relasi antara manusia dan spesies nonmanusia, perubahan lingkungan, bencana alam, gerakan konservasi, dan manajemen keragaman hayati. Panduan penulisan dapat diakses melalui laman https://jurnal.ugm.ac.id/lembaran-sejarah/about/submissions#authorGuidelines.

Apabila tertarik menyambut undangan ini, silakan mengirimkan abstrak makalah Anda melalui surel lembaran_sejarah@ugm.ac.id sebelum 16 Juli 2023.

 

Alur Waktu

  • Submisi abstrak: 16 Juli 2023
  • Pengumuman kelolosan abstrak: 26 Juli 2023
  • Submisi naskah: 10 September 2023
  • Review dan revisi naskah: September-Oktober 2023
  • Publikasi naskah: 30 Oktober 2023