Keadilan Bagi yang Berbeda Paham: Rekonsiliasi dan Keadilan Bagi Korban Tragedi 1965
Manunggal Kusuma Wardaya(1*)
(1) 
(*) Corresponding Author
Abstract
Human rights enforcement is one improperly- accomplished agenda in this post-1998 democratisation. Severe human rights violations such as 1965 Tragedy remain obscure, nonlitigation resolution (e.g. recognition and compensation) is considered the best solution. Recognition also is a form of respect to human rights and a stepping stone to resolve other tragedies.
Penegakan HAM merupakan salah satu agenda demokratisasi yang belum sepenuhnya tercapai. Pelanggaran-pelanggaran HAM berat seperti Tragedi 1965 masih belum jelas sehingga penyelesaian nonlitigasi (pengakuan dan kompensasi), dianggap sebagai solusi yang terbaik. Pengakuan tersebut merupakan bentuk tanggungjawab untuk menghormati HAM dan menjadi batu loncatan untuk mengungkap tragedi HAM lainnya.
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.22146/jmh.16211
Article Metrics
Abstract views : 3400 | views : 23621Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2012 Manunggal Kusuma Wardaya
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.