Nurul Trya Wulandari(1*), Dwidjono Hadi Darwanto(2), Irham Irham(3)
(1) Jurusan Sosial EKonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada (2) Jurusan Sosial EKonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada (3) Jurusan Sosial EKonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada (*) Corresponding Author
Abstract
Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui besarnya nilai tambah bambu pada berbagai jenis produk kerajinan bambu serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, (2) mengetahui kontribusi industri kerajinan bambu (IKB) pada distribusi pendapatan masyarakat, dan (3) memformulasikan strategi pengembangan IKB di Kabupaten Sleman. Sampel dipilih secara simple random sampling sebanyak 40. Analisis nilai tambah menggunakan metode Hayami menunjukkan pengolahan bambu menjadi produk besek, gedek aten, serta meja dan kursi bambu masing-masing nilai tambahnya sebesar Rp 12.935,47/batang, Rp 9.945,07/batang, dan Rp 35.326,29/batang. Jumlah output tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai tambah sedangkan harga bahan baku berpengaruh signifikan dan negatif terhadap nilai tambah. Analisis indeks Gini menunjukkan adanya pemerataan pada distribusi pendapatan masyarakat di semua kecamatan. Hasil analisis SWOT dan matriks IFAS-EFAS menunjukkan IKB di Kabupaten Sleman berada di kuadran I dengan faktor peluang lebih besar dari kekuatan internal, artinya kekuatan internal yang dimiliki masih kurang untuk memanfaatkan peluang yang ada. Dengan demikian, nilai tambah paling tinggi ada pada meja dan kursi bambu. Harga bahan baku berpengaruh signifikan terhadap nilai tambah bambu. Pendapatan dari usaha IKB mampu memperbaiki distribusi pendapatan rumah tangga pengrajin yang ditunjukkan dengan penurunan indeks Gini di semua kecamatan. Strategi pengembangan usaha IKB di Kabupaten Sleman yang dapat dilakukan: peningkatan kualitas dan diversifikasi produk, perluasan jaringan distribusi pemasaran, memanfaatkan fasilitas pinjaman modal untuk pengembangan usaha, meningkatkan promosi di dalam dan luar negeri, pengembangan sistem kelembagaan dan kemitraan usaha, serta meningkatkan ketersediaan bambu lokal.
Keywords
analisis SWOT, distribusi pendapatan, industri kerajinan bambu Sleman, matriks IFAS-EFAS, nilai tambah