Awake Craniotomy Can be Done Humanly?
Abstract
“Humanly” atau berperikemanusiaan, berarti dapatkah awake craniotomy (AC) dilakukan dengan penuh rasa kemanusiaan. Tindakan yang penuh rasa kemanusiaan saat pembedahan yang dilihat dari sudut pandang anestesi pada saat dilakukan operasi otak dengan teknik awake adalah pasien bebas dari rasa sakit, cemas dan tetap nyaman selama dilakukan tindakan pembedahan walaupun pasiennya tetap sadar. Anestesi untuk AC bervariasi dari anestesi lokal ke anestesi umum dengan pasien harus bangun intraoperatif selama dilakukan mapping language dan reseksi tumor. Awake craniotomy dengan menggunakan obat anestesi lokal dan sedasi termonitor untuk operasi tumor intrakranial yang mengenai eloquent cortex merupakan suatu teknik yang dapat diterima. Dengan teknik ini dapat dilakukan mapping intraoperatif yang menyebabkan dapat dilakukan reseksi tumor yang lebih radikal serta meminimalkan morbiditas dengan memelihara jaringan yang berfungsi.
AC adalah suatu prosedur yang mengagumkan yang tidak bisa dipercaya pada saat pertama kali. Prosedur sama dengan kraniotomi standar, dengan satu perbedaan bahwa pasien bangun selama pemetaan korteks dan reseksi tumor, pasien mampu berbicara dan bergerak normal, akan tetapi pasien tidak bangun sepanjang pembedahan, bisa tidur dalam 1–2 jam pertama, namun tidak ada rasa nyeri selama bangun. Awake craniotomy mempunyai dua keuntungan dibandingkan dengan pembedahan biasa dengan anestesi umum yaitu 1) memberikan kesempatan mapping cortex dan subcortex untuk mengurangi morbiditas neurologis dan memaksimalkan luasnya operasi, 2) untuk menghindari morbiditas akibat anestesi umum dan lebih cepat keluar dari rumahsakit. Tidak ada penelitian randomized controll yang telah dilakukan untuk mendukung pernyataan tadi, akan tetapi, pendukung teknik ini yakin akan menguntungkan untuk pasien.
Obat yang diberikan selama prosedur harus mampu memberikan level sedasi dan analgesia yang adekuat untuk pengangkatan tulang kepala, tapi harus tidak mempengaruhi testing fungsional dan elektrokortikografi.
Copyright (c) 2014 Tatang Bisri
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
The Contributor and the company/institution agree that all copies of the Final Published
Version or any part thereof distributed or posted by them in print or electronic format as permitted herein will include the notice of copyright as stipulated in the Journal and a full citation to the Journal.