Kajian Luas Hutan Kota Berdasarkan Kebutuhan Oksigen, Karbon Tersimpan, dan Kebutuhan Air di Kota Yogyakarta

https://doi.org/10.22146/mgi.13348

Kelik Eko Susanto(1*), Muhammad Aris Marfa'i(2), Djati Mardiatno(3)

(1) Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
(2) Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
(3) Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
(*) Corresponding Author

Abstract


ABSTRAK Penelitian ini bertujuan: a) memperkirakan kenaikan muka laut dan daerah dampak penggenangannya, b) menghitung kerentanan pesisir yang didasarkan pada kondisi fisik dan sosial-ekonomi, dan c) memperkirakan tingkat risiko peng­ge­nangan  yang didasarkan pada kerentanan pesisir dan tingkat pengge­nangan, dan memperkirakan infrastruktur yang berada pada daerah pengge­na­ngan. Penelitian ini difokuskan pada skenario kenaikan muka laut yang di­tu­runkan dari data pasang surut pelabuhan Tanjung Mas Semarang, stasiun pasang surut terdekat dengan perairan Demak. Komponen pasang surut yang dibutuhkan dalam perhitungan kenaikan muka laut dihitung menggunakan metode British Admiralty. Daerah potensi genangan diturunkan dari titik tinggi Peta RBI meng­gunakan teknik interpolasi Spline with Barriers untuk menghasilkan model per­mukaan digital (DEM). DEM tersebut bermanfaat dalam membedakan posisi ke­ting­gian lahan dari rerata muka laut. Teknik Iterasi digunakan untuk menentukan daerah potensi genangan dengan memanfaatkan data DEM pada proses sebe­lumnya. Bersamaan dengan penentuan daerah genangan juga dihitung nilai ke­ren­tanan pesisir yang menunjuk pada kelemahan internal dari proses-proses eksternal yang merusak. Kerentanan tersebut diturunkan dari kerentanan fisik dan keren­tanan sosial-ekonomi. Interaksi antara tingkat kerentanan pesisir dan tingkat peng­ge­nangan akan menghasilkan tingkat risiko pesisir. Tingkat risiko tinggi di­hasilkan dari kerentanan tinggi dengan tingkat penggenangan yang juga tinggi. Se­baliknya, tingkat risiko rendah dihasilkan dari kerentanan rendah dengan tingkat penggenangan yang rendah pula.Seluruh proses mengindikasikan bahwa selama 1999-2009 pesisir Demak telah mengalami kenaikan sebesar 0.72 mm/tahun pada kenaikan muka laut statis dan 7,9 mm/tahun pada kenaikan muka laut relatif. Peningkatan muka laut tersebut menggenangi area seluas 26,83 km² di 8 desa pada kenaikan air 60,1 cm, 41,74 km² di 16 desa pada kenaikan air 82,8 cm dan 55,58 km² di 16 desa pada kenaikan 94,1 cm.  Berdasarkan skenario kenaikan muka laut tahun 2010-2050, ditemukan bah­wa jumlah desa dengan risiko tinggi semakin meningkat dari tahun ke tahun dalam setiap skenarionya. Hal yang sama juga dialami oleh infrastuktur yang terdapat di dataran rendah. Jumlah infrastruktur yang terkena dampak semakin meningkat dari tahun ke tahun dalam setiap skenario yang digunakan.

 

ABSTRACT This study aims to: a) estimates of sea level rise and regional impacts penggenangannya, b) calculate the vulnerability of the coast which is based on the physical conditions and socio-economic, and c) estimate the level of risk that is based on the vulnerability of flooding and coastal inundation level, and estimate the infrastructure in the region of inundation.  This study focuses on sea level rise scenarios are derived from the tidal data port of Tanjung Mas Semarang, tidal station nearest to the waters of Demak. Tidal components required in the calculation of sea level rise calculated using the method of the British Admiralty. Potential inundation areas derived from the high point of RBI Map using Spline interpolation technique with Barriers to produce a digital surface model (DEM). DEM is useful in distinguishing the position of land from the mean height of sea surface. Iteration techniques are used to determine the potential inundation areas using DEM data on the previous process. Simultaneously with the determination of inundation areas also calculated the value of coastal vulnerability refers to the internal weakness of the external processes that damage. Vulnerability is derived from the physical vulnerability and socio-economic vulnerability. The interaction between level and level of vulnerability of coastal inundation will result in the level of coastal risk. High risk levels resulting from a high vulnerability to flooding are also high level. Conversely, low risk levels resulting from low susceptibility to low levels of water inundation as well. The whole process indicates that during 1999-2009 the coastal Demak has experienced an increase of 0.72 mm per year on static sea level rise and 7.9 mm / year in relative sea level rise. Increased sea level is flooded an area of 26.83 km² in eight villages on the water rise 60.1 cm, 41.74 km² in 16 villages on the water rise 82.8 cm and 55.58 km² in 16 villages on the rise of 94.1 cm . Based on the scenario of sea level rise in 2010-2050, found that the number of villages with high risk increasing from year to year in each scenario. The same was experienced by the infrastructure contained in the lowlands. The number of affected infrastructure increasing from year to year within each scenario that is used. 


Keywords


daerah pesisir; DEM; Demak; kenaikan muka laut; kerentanan pesisir; risiko; coastal region; DEM; Demak; sea level rise; coastal vulnerability; risk




DOI: https://doi.org/10.22146/mgi.13348

Article Metrics

Abstract views : 2504 | views : 21427

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Copyright (c) 2016 Majalah Geografi Indonesia

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


 

Accredited Journal, Based on Decree of the Minister of Research, Technology and Higher Education, Republic of Indonesia Number 164/E/KPT/2021

Volume 35 No 2 the Year 2021 for Volume 40 No 1 the Year 2025

ISSN  0215-1790 (print) ISSN 2540-945X  (online)

 

website statistics Statistik MGI