HUBUNGAN KADAR ANTI MULLERIAN HORMONE (AMH) DENGAN KEBERHASILAN STIMULASI OVARIUM PADA FERTILISASI IN VITRO METODE PROTOKOL PANJANG
Ridho Permana(1*), Shofwal Widad(2), M. Lutfi(3)
(1) Gadjah Mada University
(2) 
(3) 
(*) Corresponding Author
Abstract
HUBUNGAN KADAR ANTI MULLERIAN HORMONE (AMH)
DENGAN KEBERHASILAN STIMULASI OVARIUM PADA
FERTILISASI IN VITRO METODE PROTOKOL PANJANG
Ridho Permana, Shofwal Widad, M. Lutfi
ABSTRACT
Background: Patient with decline oocyte number and quality assumed has lower Anti Mullerian hormone
(AMH). AMH concentration which expressed by the granulosa cells of preantral and small antral follicles
indirectly determine the ovarian reserve. Therefore, AMH may be used as a marker of ovarian ageing and
associated with ovarian response in in vitro fertilization (IVF).
Objective: To determine the effect of Anti Mullerian Hormone (AMH) on ovarian response in IVF long
protocol method.
Method: This research is a retrospective cohort study in Permata Hati Fertility Clinic, IVF program-Dr.
Sardjito Hospital, Yogyakarta, Indonesia. Seventy one cycle enrolled in an IVF program conducted from
January 2011 through December 2013 at the Permata Hati Fertility Clinic.
Result and Discussion: ROC curve were used to determine cut-off AMH. With cut-off point 2.59 ng/ml,
subject divided into two groups (high AMH level: ≥2.59 ng/ml and low AMH level: <2.59 ng/ml). Total
dose gonadotropin was significantly different in two groups (p=0.02). High AMH and low AMH level
were significantly associated with ovarian response (RR 2,05; CI 95% 1,32 – 2,20 ; p< 0,01). Beside
AMH, multivariate analysis shows basal LH level (p=0,04; OR 7,22; CI 95% 1,09 – 47,87) and peritoneal
endometriosis (p=0,03; OR 7,80; IK 95% 1,15–52,81) were significantly influenced ovarian response in IVF.
Conclusion: high AMH level influence ovarian response in IVF. Total dose gonadotropin on low AMH levels
was greater than high AMH level. In addition to AMH, ovarian response were influenced by basal LH level
and peritoneal endometriosis.
Keywords: Anti Mullerian hormone (AMH), ovarian response, long protocol stimulation, in vitro fertilization
(IVF).
ABSTRAK
Latar belakang: Pasien dengan penurunan jumlah dan kualitas oosit diduga mempunyai kadar Anti
Mullerian Hormone (AMH) lebih rendah. Konsentrasi Anti Mullerian Hormone (AMH) yang dihasilkan
folikel ovarium secara tidak langsung menggambarkan cadangan ovarium yang tersisa. Karenanya kadar
Anti Mullerian Hormone (AMH) dapat digunakan sebagai prediktor yang akurat dari cadangan ovarium dan
respons stimulasi ovarium pada fertilisasi in vitro.
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh kadar Anti Mullerian Hormone (AMH) terhadap keberhasilan
stimulasi ovarium pada fertilisasi in vitro pada metode protokol panjang.
Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan kohort retrospektif observasional.
Hasil dan Pembahasan: Sebanyak 71 siklus dari 71 pasangan yang menjalani fertilisasi in vitro disertakan
dalam penelitian sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Dengan cut off point AMH ditetapkan 2,59 ng/
ml, maka subyek ini dibagi menjadi 2 kelompok yaitu ≥2,59 ng/ml sebagai kelompok AMH tinggi dan <2,59 ng/ml sebagai kelompok AMH rendah. Perbedaan bermakna antara dua kelompok ditemukan pada dosis
total gonadotropin (p=0,02).Terdapat perbedaan bermakna respons stimulasi ovarium antara AMH tinggi
dan AMH rendah (RR 2,05; IK 95% 1,32 – 2,20 ; p< 0,01). Kadar LH basal (p=0,04; OR 7,22; IK 95% 1,09 –
47,87) dan endometriosis peritoneal (p=0,03; OR 7,80; IK 95% 1,15–52,81) juga mempengaruhi respons terhadap stimulasi ovarium.
Kesimpulan : AMH tinggi mempengaruhi respons terhadap stimulasi ovarium. Dosis total gonadotropin
pada AMH rendah dibutuhkan lebih banyak dibandingkan dengan AMH tinggi. Selain AMH, respons
terhadap stimulasi ovarium juga dipengaruhi oleh kadar LH basal, dan endometriosis peritoneal.
Kata kunci : kadar Anti Mullerian hormone (AMH), stimulasi ovarium protokol panjang, fertilisasi in vitro.
Bagian Obstetri Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)DOI: https://doi.org/10.22146/jkr.12649
Article Metrics
Abstract views : 4324 | views : 24978Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2016 Jurnal Kesehatan Reproduksi
SEKRETARIAT JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI
Departemen Obstetri dan Ginekologi, FK-KMK, UGM/RS Dr. Sardjito
Jl. Kesehatan No. 1, Sekip Utara, Yogyakarta 55281
Tlp: (0274) 511329 / Faks: (0274) 544003
Email: jurnal.kesehatanreproduksi@ugm.ac.id
Cp: Dwi Astuti +6281802698043