TANGGAPAN TANAMAN KANGKUNG (Ipomea reptans Poir.), BAYAM (Amaranthus tricolor L.), DAN SELADA (Lactuca sativa L.) TERHADAP PENGAYAAN KALSIUM SECARA HIDROPONIK
Lana Khimayatur Rohmaniyah(1*), Didik Indradewa(2), Eka Tawarca Susila Putra(3)
(1) 
(2) Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada
(3) Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada
(*) Corresponding Author
Abstract
Tiga percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan Ca dalam larutan nutrisi terhadap pertumbuhan, hasil dan kadar kalsium serta kandungan kalsium pada tanaman kangkung (Ipomea reptans, Poir.), bayam (Amaranthus L.), dan selada (Lactuca sativa L.) yang ditanam secara hidroponik. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada mulai bulan Juni sampai Agustus 2012. Rancangan yang digunakan untuk masing-masing percobaan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga ulangan. Perlakuan pada penelitian ini merupakan perbedaan konsentrasi kalsium dalam larutan nutrisi yaitu 0, 100, 200, 300, dan 400 ppm. Sumber senyawa Ca yang digunakan adalah Ca(NO3)2.4H2O. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan pemberian konsentrasi Ca sampai konsentrasi Ca 400 ppm dalam larutan nutrisi tidak meningkatkan proses fisiologis, pertumbuhan, dan hasil kangkung dan bayam, namun mampu meningkatkan proses fisiologis, pertumbuhan, dan hasil pada tanaman selada. Peningkatan konsentrasi Ca sampai 400 ppm dalam larutan nutrisi selalu diikuti oleh peningkatan kadar dan kandungan kalsium dalam jaringan daun tanaman kangkung dan bayam. Kadar optimum Ca pada selada dapat dicapai pada 175 ppm, namun kandungan kalsium dalam jaringan daun masih meningkat sampai pemberian Ca 400 ppm. Kesimpulan, bila seseorang mengkonsumsi harian 250 g daun kangkung, bayam, dan selada, kangkung mampu menyumbang 16%, bayam menyumbang 12,3% dan selada hanya menyumbang 6,4% dari kebutuhan Ca manusia yaitu 800mg Ca/orang/hari.
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Bhatia, V. 2008.Dietary Calcium Intake-A Critical Reappraisal. Indian J. Med. Res. 127:269–27.
Centeno, V., de Barboza G. D., Marchionatti, A., Rodriguez, V., dan deTalamoni N. T. 2009. Molecular Mechanisms Triggered by Low Calcium Diets. Nutr Res Rev 22:163–174.
Chan, F. W. K., Wong, S. Y. S., Leung, J. C. S., Leung, P. C., Woo, J. 2007. Experience of Famine and Bone Health in Post-Menopausal Women. Int. J. Epidemiol 36:1143–1150.
Galera. S.G., E. Rojas, D. Sudhakar, C. Zhu, A.M. Pelacho, T. Capell dan P. Christou. 2010. Transgenic Res. 19: 165-180.
Ginting. C., Tohari, D. Shiddieq dan Didik Indradewa. 2007. Pengendalian Suhu Zona Perakaran pada Pertanaman Selada Sistem Hidroponik. Disertasi. Fakultass Pertanian UGM. Yogyakarta.
Heaney, R., P. 1993. Nutritional Factors in Osteoporosis. Annu. Review Nutr. 13:287–316.
Heaney, R., P., dan Bargerlux, M.,J. 1994. Low-Calcium Intake-The Culprit Inmany Chronic Diseases. Journal Dairy Science 77:1155–1160.
Kuntz, L.A., 2003. Elemental Calcium Facts. www.foodproductdesign.com. 1 Juni 2012.
Kartono, D. dan M. Soekarti. 2004. Angka Kecukupan Gizi Mineral : Kalsium, Fosfor, Magnesium, Besi, Yodium, Seng, Selenium, Mangan dan Flour. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII, LIPI. Jakarta.
Pettifor, J. M., Fischer P. R., Thacher, T. D., Arnaud, J., dan Meissner, C. A. 2008. Dietary Calcium Deficiency and Rickets. Indian J. Med. Res. 128:673–674.
Sutiyoso, Y. 2003. Meramu Pupuk Hidroponik. Penebar Swadaya, Jakarta.
Untung, O. 1999. Hidroponik Sayuran Sistem NFT (Nutrient Film Technique). Penebar Swadaya. Bogor.
WHO. 2002. Reducing Risks, Promoting Healthy Life. World Health Report, Genewa.
DOI: https://doi.org/10.22146/veg.9276
Article Metrics
Abstract views : 6478 | views : 10842Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2016 Jurnal Budidaya Pertanian
VEGETALIKA journal indexed by: