Induksi Ketahanan Kekeringan Delapan Hibrida Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dengan Boron

https://doi.org/10.22146/veg.5155

Fitriyana Sholihatun, Eka Trawaca Susila Putra, Dody Kastono(1*)

(1) 
(*) Corresponding Author

Abstract


INTISARI

Penelitian bertujuan untuk 1) menentukan respon dan tingkat ketahanan delapan hibrida kelapa sawit terhadap cekaman kekeringan dan 2) menentukan dosis boron (B) yang optimal untuk menginduksi ketahanan hibrida kelapa sawit terhadap cekaman kekeringan. Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) faktorial dengan tiga blok sebagai ulangan. Faktor pertama adalah hibrida kelapa sawit, yang terdiri dari: Yangambi, Avros, Langkat, PPKS 239, Simalungun, PPKS 540, PPKS 718 dan Dumpy. Faktor kedua adalah dosis boric acid yang terdiri dari 5 aras yaitu: 0; 0,25; 0,5; 0,75; dan 1 g/bibit. Pengamatan dilakukan terhadap beberapa variabel mikroklimat di lokasi penelitian, aktivitas fisiologis serta pertumbuhan bibit kelapa sawit. Data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis varian (ANOVA) pada taraf 5 %, dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (DMRT). Dosis optimal B yang mampu meningkatkan ketahanan bibit kelapa sawit terhadap cekaman kekeringan ditentukan menggunakan analisis regresi. Hasil penelitian memberikan informasi bahwa aplikasi boron pada bibit kelapa sawit mampu menginduksi ketahanan terhadap cekaman kekeringan melalui mekanisme pengerasan akar (aspek morfologi), mempertahankan bukaan stomata (aspek fisiologi) dan kandungan klorofil daun (aspek biokimia). Dosis optimum boric acid untuk menginduksi ketahanan hibrida kelapa sawit terhadap cekaman kekeringan berkisar antara 0,5–0,75 g/bibit, pada kandungan awal B dalam media tanam sebesar 78,53 ppm. Hibrida PPKS 239, Simalungun dan Dumpy mampu menghadapi cekaman kekeringan lebih baik daripada Avros, PPKS 718, PPKS 540, Yangambi dan Langkat.

Kata kunci: kelapa sawit, kekeringan, boron



References

BMKG Stasiun Geofisika Yogyakarta. 2014. Data Curah Hujan Pos Pengamatan Hujan Trukan, Madurejo, Prambanan, Sleman. Yogyakarta.

Ditjenbun. 2013. Kelapa Sawit Sumbang Ekspor Terbesar Untuk Komoditas Perkebunan. . Diakses tanggal 1 Februari 2014.

Hlavinka, J., J. Nauˇsa dan M. Fellnerb. 2013. Spontaneous mutation 7B-1 in tomato impairs blue light-induced stomatalopening. Plant Science 209:75– 80.

Issukindarsyah. 2013. Induksi ketahanan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) terhadap cekaman kekeringan dengan aplikasi borid acid dan sodium silicate. Fakultas Pertanian UGM. Thesis.

Lubis, A. U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Edisi 2. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Metwally, A., R. El-Shazoly dan A. M. Hamada. 2012. Effect of boron on growth criteria of some wheat cultivar. Journal of Biology and Earth Sciences 2: b1-b9.

Putra, E. T. S., W. Zakaria, N. A. P. Abdullah, and G. Saleh. 2010. Weak neck of Musa sp. cv. Rastali: a review on its genetic, crop nutrition and post harvest. Journal of Agronomy 9: 45-51.

Welch, R.M. 1995. Micronutrient nutrition of plants. Critical Reviews of Plant Science 14: 49-82.



DOI: https://doi.org/10.22146/veg.5155

Article Metrics

Abstract views : 1700 | views : 6068

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c)



VEGETALIKA journal indexed by: 

 

       

  

View My Stats