Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan wisata alam DIY
Muhammad Arbi Siregar(1*)
(1) Universitas Gadjah Mada
(*) Corresponding Author
Abstract
Tujuan: Merancang Desain SMK3 yang aplikatif di lingkup wisata alam DIY
Metode: Analisis Konten terhadap 8 Jurnal ilmiah terbitan tahun 2014 – 2019 yang setidaknya memuat kata kunci tourism safety, rural tourism, dan tourism adventure.
Hasil: Bagian terpenting dari keseluruhan desain SMK3 wisata alam adalah merancang suatu strategi yang bisa mengedukasi wisatawan tentang segala risiko potensial yang mungkin dihadapi, mengingat fakta bahwa sebagian besar wisatawan alam tidak menyadari potensi bahaya, tidak memiliki survival skill, tidak terlatih, sering kali abai dengan keselamatan dirinya dan dalam menerima informasi keselamatan. Strategi aplikatif dan solutif yang bisa diterapkan untuk mewujudkan SMK3 wisata alam yang integratif, komprehensif dan berkesinambungan yaitu :
- Pendirian Sentra K3 Wisata Terpadu di setiap tempat wisata rural – wisata alam di DIY.
- Merancang analisis risiko menggunakan pendekatan dan perspektif tempat dan wisatawan dengan memperhatikan pengalaman sosial dan sikap serta perilaku yaitu menggunakan Teori planned behavior (TPB) untuk melihat perspektif dan merancang desain intervensi manajemen risiko yang sesuai.
- Penggunaan Geographic Information System – GIS dan integrasinya dengan SMK3 wisata alam mengingat GIS dapat memberikan informasi spasial untuk mendukung dalam membuat keputusan dan perencanaan serta desain SMK3 termasuk keamanan dan kesehatan makanan bagi wisatawan dan lain sebagainya untuk keberlanjutan sistem wisata yang terintegrasi
- Safety communication berupa safety sign yang merupakan komunikasi searah8. Agar efektif, safety sign harus memenuhi kaidah memperingatkan, mudah dimengerti, komprehensif, dan kesesuaian.
Kolaborasi elemen pemerintahan yaitu PEMPROV, PEMKAB, BPBD, DINAS PARIWISATA, PUSKESMAS, MUI serta UNIVERSITAS ke dalam sentra K3 Wisata Terpadu untuk melaksanakan fungsi SMK3 wisata alam sangat berpeluang untuk di terapkan di DIY mengingat bahwa DIY sendiri merupakan daerah rawan bencana yang sebenarnya elemen pemerintahan sudah berkolaborasi dengan sendirinya ketika ada titik kerawanan bencana terdeteksi. Provinsi DIY sangat berhasil dalam memberdayakan masyarakat dalam mengembangkan potensi wisata baru. DIY juga dikenal dengan sebutan provinsi sejuta relawan karena sangat mudah untuk menggerakkan relawan di DIY sehingga integrasi pemberdayaan masyarakat dan pemberdayaan relawan adalah sangat berpeluang diterapkan untuk mendukung penerapan SMK3 wisata alam.
BPBD, MUI, PUSKESMAS dan DINAS PARIWISATA dapat berperan dalam desain aplikasi GIS dan integrasinya dengan Food Halal dan Food safety. Rancang desain Analisis Risiko dengan pendekatan TPB dan safety communication berupa safety sign dapat diperankan oleh UNIVERSITAS dan BPBD sekaligus sebagai fungsi integrasi pemberdayaan masyarakat dan relawan. Dan sebagai pelaksana di lapangan adalah masyarakat dan relawan yang terlatih, teredukasi dan terintegrasi dengan elemen pemerintahan. Sistem pemberdayaan masyarakat melalui pariwisata semakin sempurna dengan mengintegrasikan SMK3 wisata melalui pemberdayaan relawan dan pengintegrasian fungsinya dengan segenap elemen pemerintahan. Sehingga strategi akhirnya adalah mengedukasi wisatawan tentang segala risiko potensial yang mungkin dihadapi serta peningkatan kesadaran tentang safety behavior dapat menjadi safety culture bagi wisatawan alam dapat terwujud dengan partisipasi aktif dari pemberdayaan relawan dan masyarakat sebagai ujung tombak.
Terakhir, fungsi kebijakan, anggaran, dan pengawasan sangat penting sebagai penopang keberlangsungan dan kesinambungan sistem manajemen wisata rural – wisata alam di DIY. Peran dan partisipasi aktif DINAS PARIWISATA, PEMPROV dan PEMKAB sangat penting di awal integrasi SMK3 wisata ke dalam manajemen wisata alam di DIY yang mengandalkan pemberdayaan masyarakat.
Kesimpulan: Aplikasi Praktis SMK3 Wisata Alam DIY :(a) Sentra K3 Wisata Terpadu di setiap tempat wisata alam (b) Desain SMK3 dari perspektif tempat dan wisatawan dengan menggunakan pendekatan TPB (c) GIS system dan food safety (d) Safety Communication : Safety Sign.
Keywords
References
Hampton MP, Jeyacheya J. Power, Ownership and Tourism in Small Islands: Evidence from Indonesia. World Dev. 2015;70:481-495. doi:10.1016/J.WORLDDEV.2014.12.007 2. Tarlow P. TOURISM SECURITY TOURISM Strategies for Effectively Managing Travel Risk. Elsevier; 2014. 3. Adeyinka-Ojo SF, Khoo-Lattimore C. A Framework for Rural Tourism Destination Management and Marketing Organisations. Procedia - Soc Behav Sci. 2014;144:151-163. doi:10.1016/J.SBSPRO.2014.07.284 4. Wang J, Liu-Lastres B, Ritchie BW, Pan D-Z. Risk reduction and adventure tourism safety: An extension of the risk perception attitude framework (RPAF). Tour Manag. 2019;74:247-257. doi:10.1016/J.TOURMAN.2019.03.012 5. Maria Gstaettner A, Rodger K, Lee D. Visitor perspectives of risk management in a natural tourism setting: An application of the Theory of Planned Behaviour. J Outdoor Recreat Tour. 2017;19:1-10. doi:10.1016/J.JORT.2017.04.001 6. Chen C-L, Teng N. Management priorities and carrying capacity at a high-use beach from tourists’ perspectives: A way towards sustainable beach tourism. Mar Policy. 2016;74:213-219. doi:10.1016/J.MARPOL.2016.09.030 7. Lee Y, Pennington-Gray L, Kim J. Does location matter? Exploring the spatial patterns of food safety in a tourism destination. Tour Manag. 2019;71:18-33. doi:10.1016/J.TOURMAN.2018.09.016 8. Saunders R, Weiler B, Scherrer P, Zeppel H. Best practice principles for communicating safety messages in national parks. J Outdoor Recreat Tour. 2019;25:132-142. doi:10.1016/J.JORT.2018.01.006
DOI: https://doi.org/10.22146/bkm.45188
Article Metrics
Abstract views : 3583 | views : 2597 | views : 2412Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2019 Berita Kedokteran Masyarakat
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Berita Kedokteran Masyarakat ISSN 0215-1936 (PRINT), ISSN: 2614-8412 (ONLINE).