Masih perlukah program pelayanan kesehatan bergerak pada daerah terpencil, tertinggal dan kepulauan (pengobatan massal) gratis di provinsi Bengkulu?
Dessyana Iriani(1*), Irma Fitrilia(2), Wing Ma Intan(3)
(1) Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada
(2) Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada
(3) Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada
(*) Corresponding Author
Abstract
Latar belakang: Sebagai upaya pemerataan pelayanan kesehatan di wilayah tertinggal Provinsi Bengkulu, Dinas Kesehatan mempunyai program Pelayanan Kesehatan Bergerak di Daerah Terpencil, Tertinggal dan Kepulauan (PKB DTPK). Beberapa kegiatan PKB DTPK yaitu pengobatan massal gratis, penyuluhan kesehatan, transfer ilmu tenaga kesehatan dari dokter, pemeriksaan gula darah dan asam urat serta pemberian bahan kontak berupa sabun mandi, sikat gigi dan pasta gigi kepada masyarakat. Adanya kemudahan biaya pada era BPJS saat ini dan beberapa kegiatan Puskesmas yang sering ke masyarakat sehingga perlu diadakan peninjauan kembali keefektifitasan dari program tersebut. Tujuan: Mengeksplorasi Keefektifan Kegiatan Program PKB DTPK. Metode: Penelitian ini bersifat kualitatif-deskriptif. Informan penelitian ini adalah pengelola program sebanyak 2 orang melalui wawancara mendalam serta observasi data dan studi pustaka. Hasil: Program kunjungan PKB DTPK yang oleh Dinas Kesehatan Pada Tahun 2018 dilakukan hanya pada 24 Desa, yaitu 5 Desa dari sumber dana APBN dan 19 Desa dari sumber dana APBD, kunjungan dilakukan hanya satu kali pada satu desa dalam setahun karena keterbatasan anggaran. Penyakit yang banyak ditemui yaitu ISPA, Hipertensi, Chepalgia, Gastritis, dan lain sebagainya. Program PKB DTPK ini belum pernah dilakukan follow up sehingga untuk masyarakat dengan penyakit yang membutuhkan pengobatan secara berkala tidak ada penanganan selanjutnya. Program PKB DTPK seharusnya hanya dikhususkan untuk penyakit tertentu yang tidak bisa ditangani oleh Puskesmas seperti penyakit diabetes, hipertensi, filariasis, operasi katarak dan penyakit lain yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Simpulan: Program PKB DTPK yang dilakukan oleh Dinkes Provinsi Bengkulu sebaiknya dikhususkan untuk pengobatan pada penyakit yang tidak bisa ditangani oleh puskesmas.
Keywords
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
- Gatobu, S. et al. (2017) ‘Supplements to Children Aged 6 to 59 Months : Comparing Delivery Through Mass Campaign and Through Routine Health Services in Ethiopia’, food and nutrition bulletin, 38(4), pp. 564–573. doi: 10.1177/0379572117708657.
- Pujiati, S. (2018) ‘PEMETAAN MASALAH DAN PENENTUAN PRIORITAS PROGRAM KESEHATAN PADA MASYARAKAT KELURAHAN GEREM, KECAMATAN GROGOL, KOTA CILEGON Suci Pujiati’, jurnal kesehatan masyarakat, 6(2), pp. 1–9.
- Patanduk, Y., Yunarko, R., Mading, M., & Dara, jeryanto L. (2018). Kesiapan Stakeholder Pengobatan Massal Filariasis di Kecamatan Kodi Balaghar Kabupaten Sumba Barat Daya. Buletin Penelitian Kesehatan, 46(2), 109–118.
- Suyasa, I. G. P. D., Rahayuni, I. R., Ariani, S., Harditya, K. B., Bhandesa, A. M., Anggaraeni, K. R. T., … Rismawan, M. (2017). Pemeriksaan Kesehatan dan Pengobatan Gratis Berbasis Fisik , Psikologi dan Budaya di Dusun Selat Desa Perean Tengah Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan. Jurnal Paradharma, 1(2), 109–114.
DOI: https://doi.org/10.22146/bkm.44725
Article Metrics
Abstract views : 2490 | views : 1787Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2019 Berita Kedokteran Masyarakat
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Berita Kedokteran Masyarakat ISSN 0215-1936 (PRINT), ISSN: 2614-8412 (ONLINE).