Geospatial analysis pada prevalensi stunting di kabupaten Manggarai
Danila Danila(1*), Ira Deseilla Pawa(2), Astri Choiruni(3), Asih Wijayanti(4)
(1) 
(2) 
(3) 
(4) 
(*) Corresponding Author
Abstract
Latar Belakang: Berdasarkan hasil Pantauan Status Gizi (PSG) 2017, prevalensi stunting bayi berusia di bawah lima tahun (Balita) di Nusa Tenggara Timur (NTT) mencapai 40,3%. Angka tersebut merupakan yang tertinggi dibanding provinsi lainnya dan juga di atas prevalensi stunting nasional sebesar 29,6%. Khususnya di Kabupaten Manggarai, separuh anak (50,3%) usia balita mengalami stunting (Kementerian Kesehatan, 2017). Selain karakteristik ibu dan pola asuh anak, masalah stunting juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan kondisi geografis (kepadatan penduduk, kondisi iklim dan sanitasi yang tidak memadai) sehingga analisa spasial penting untuk dilakukan dalam mengatasi masalah ini hingga tingkat perdesaan.
Tujuan: Mengidentifikasi sebaran penderita stunting di Kabupaten Manggarai dan hubungannya dengan kondisi geografis (kepadatan penduduk dan wilayah tempat tinggal).
Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan cross-sectional dengan subjek penelitian berjumlah 2.484 anak usia di bawah 5 tahun. Data merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan kasus stunting di Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai. Pengumpulan data dilaksanakan pada Bulan Mei-Juni 2018.
Analisis bivariat (Chi-square) dilakukan untuk melihat hubungan kejadian stunting dan kepadatan penduduk. Sementara analisa spasial empirical bayes dengan software Geoda dilakukan untuk mengidentifikasi sebaran kasus berdasarkan wilayah desa dan kondisi geografis.
Hasil: Terdapat hubungan signifikan antara kejadian stunting dengan kondisi geografis di wilayah desa Kabupaten Manggarai yang ditunjukkan pada hasil analisis bivariat dengan uji Chi-square (p-value<0.05). Serta dapat diketahui dengan analisis spasial bahwa prevalensi kasus stunting semakin meningkat seiring dengan kepadatan penduduk dan tipe wilayah tempat tinggal di perdesaan.
Kesimpulan: Kasus stunting meningkat di wilayah pedesaan dan padat penduduk. Diharapkan pada pemerintah tingkat Kabupaten hingga perangkat desa agar dapat lebih meningkatkan koordinasi lintas sektor dengan kesehatan maupun pendidikan dalam upaya penanggulangan masalah stunting di desa-desa yang menjadi prioritas utama karena prevalensi stunting yang tinggi.
Keywords
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)DOI: https://doi.org/10.22146/bkm.40618
Article Metrics
Abstract views : 9040 | views : 7437Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2018 Berita Kedokteran Masyarakat
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Berita Kedokteran Masyarakat ISSN 0215-1936 (PRINT), ISSN: 2614-8412 (ONLINE).