Meningkatkan upaya deteksi dini kekerasan, penindasan, pelecehan dan kekerasan fisik, psikologis dan seksual pada anak dan remaja melalui program “kembali ke rumah”



Sri Maya Guswahyuni(1*)

(1) Departemen Biostatistik, Epidemiologi, dan Kesehatan Populasi, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada
(*) Corresponding Author

Abstract


Koordinator Perlindungan Anak WVI, Emmy Lucy, mengatakan, berdasarkan Global Report 2017 Ending Violence in Childhood, tercatat 73,7% anak di lndonesia berusia 1-14 tahun mengalami pendisiplinan dengan kekerasan di rumah mereka, dan 50% anak berusia 13-15 tahun mengalami perundungan (bullying) di sekolah (Stalker, 2017), sedangkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia melaporkan bahwa dari tahun 2011 sampai dengan 2016 anak yang berurusan dengan hukum, baik sebagai korban maupun sebagai pelaku meningkat dari tahun ke tahun, pada tahun 2016 anak yang berurusan dengan hukum berjumlah 7.967 anak yang berkasus (KPAI, 2016). Jika hal ini terjadi terus menerus sepanjang tahun akan menyebabkan permasalahan yang lebih besar diantaranya; anak korban kekerasan cenderung akan melakukan hal yang sama kepada orang lain (Rumble et al., 2015), meningkatkan kehamilan yang tidak diinginkan dengan dampak unsafe miscarriage yang tinggi, dan tidak menutup kemungkinan menjadi Penyakit Menular seksual di kalangan anak dan remaja dan yang paling menyedihkan adalah anak-anak dan remaja berpeluang mendapatkan infeksi HIV hal ini ini akan menyebabkan masa depan anak yang suram dan masalah kesehatan masyarakat yang lebih kompleks (Rumble et al., 2015). Minimnya peran orang tua dalam mendampingi masa kecil anak ternyata membawa pengalaman mengatasi masalah pada masa kritis yang rendah pada masa remaja dan dewasa terhadap krisis masa remaja yang dihadapainya (Armstrong, Cain, Wylie, Muftić, & Bouffard, 2018). Salah satu cara untuk mencegah terjadinya masalah kekerasan adalah bagaimana keluarga menempatkan anak sebagai view of center dalam keluarga. Kemampuan orang tua dalam melindungi dan memberikan hak-hak anak khususnya mencegah serta mencari jalan keluar dari tindakan kekerasan intimidasi serta pelecehan seksual  pada anak perlu dipikirkan cara yang lebih efektif yaitu meningkatkan interaksi orang tua dengan anak secara intens sehingga orang tua mampu dengan cepat melihat, mengenal perubahan-perubahan yang terjadi pada setiap anak (A.King, 2001). Agar intensitas interaksi antar anggota keluarga dapat memperoleh hasil yang maksimal orang tua dibekali dengan pengetahuan tentang informasi tumbuh kembang anak, informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi selama siklus kehidupan anak, perubahan dan perkembangan emosional dan sosial anak, pengetahuan tentang tanda dan gejala penyimpangan tumbuh kembang, gangguan emosional dan sosial serta gangguan kesehatan reproduksi serta pelecehan seksual pada anak. Orang tua juga diminta untuk mengorbankan waktu, tenaga serta pikirannya lebih banyak untuk dapat melibatkan diri dalam interaksi sosial dalam keluarga, menciptakan kreasi hubungan sosial antara orang tua dan anak sesuai dengan tuntutan zaman, dan kemampuan untuk berubah dan beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan dan perkembangan yang terjadi pada anak, termasuk menyiapkan dana yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan anak dan keluarga (Taylor, 2001). Melalui program “Kembali Ke Rumah (KKR)”  keluarga diajak menghabiskan waktu diakhir pekan dengan melakukan aktifitas bersama dalam berbagai hal mulai dari berkebun, berolahraga, melakukan aktifitas seni, membaca bahkan bermain bersama, tujuannya agar mencairkan suasana antar anggota kemudian tercipta komunikasi yang efektif dan kedekatan emosional yang kuat sehingga anak dapat meceritakan pengalaman, berkeluh kesah, mencurahkan kebahagiaan pada tahap ini orang tua diharapkan dapat mendengar efektif, mengamati tanda dan gejala adanya gangguan atau kelainan tumbuh kembang dan kemungkinan terdapat kekerasan, intimidasi dan pelecehan seksual yang terjadi pada anak,  jika terdapat gangguan dan masalah yang berat orang tua diharapkan mampu melaksanakan tindakan lanjutan menyelesaikan masalah dengan melibatkan sektor terkait sesuai dengan masalah yang dihadapi anak. Dalam pelaksanaan program ini diperlukan kebijakan yang lebih kuat untuk mengakomodir segala toleransi waktu dan beban keluarga dalam melaksanakan kegiatan misalnya oragnisasi tempat orang tua bekerja memberikan toleransi waktu tidak memberikan pekerjaan tambahan pada akhir pekan, tidak ada panggilan kerja dadakan pada hari libur. Toleransi waktu dan beban pendidikan diminta kepada dinas pendidikan yang bersangkutan untuk menetapkan hari libur sekolah tanpa ada beban kegiatan ekstra kurikuler, tidak ada beban tugas akademik diakhir pekan. Diyakini anak yang sering berinteraksi dengan orang tua dengan durasi yang adekuat akan meningkatkan prestasi, tingkat pendidikan lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak mendapatkan kesempatan bersama orang tua (Wandera et al., 2017). Partisipasi puskesmas, tokoh masyarakat dan kepala desa sebagai fasilitator dalam pelaksanaan program ini. Agar supaya kesinambungan program tetap terjaga dibentuk tim dari sector yang terkait melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dengan indikator-indikator yang jelas dan dapat diukur, upaya lainnya agar semua keluarga mau melaksanakan program ini dilakukan upaya promosi yang dilakukan oleh keluarga lain yang lebih dahulu terlibat dengan menceritakan keuntungan-keuntungan yang diperoleh selama dan setelah mengikuti program baik secara langsung maupun menggunakan media informasi public seperti organisasi sosial masyarakat (kelompok pengajian, kelompok olahraga, kelompok arisan, kelompok hobi dan lain sebagainya), sedangkan secara tidak langsung bisa menggunakan media sosial internet seperti grup di whatsapp, grup dan laman Facebook, Twitter, Instagram maupun blog yang dibuat oleh anggota keluarga. Jika terdapat keluhan atau complain dari peserta program atau masyarakat umum yang belum mengikuti program terkait manfaat, proses pelaksanan program maupun prosedur yang tidak tepat, maka diberikan fasilitas atau media untuk mengajukan keluhan dengan waktu tindak lanjut yang cepat.


Keywords


kekerasan fisik; psikologis; pelecehan seksual



References

  1. Armstrong, G. S., Cain, C. M., Wylie, L. E., Muftić, L. R., & Bouffard, L. A. (2018). Risk factor profile of youth incarcerated for child to parent violence: A nationally representative sample. Journal of Criminal Justice, 58(March), 1–9. https://doi.org/10.1016/j.jcrimjus.2018.06.002.
  2. KPAI. (2016). Data Informasi dan Pengaduan 2016 Sekretariat Komisi Perlindungan Anak.
  3. Rumble, L., Mungate, T., Chigiji, H., Salama, P., Nolan, A., Sammon, E., & Muwoni, L. (2015). Childhood sexual violence in Zimbabwe: Evidence for the epidemic against girls. Child Abuse and Neglect, 46, 60–66. https://doi.org/10.1016/j.chiabu.2015.04.015.
  4. Stalker, P. (2017). Global Report 2017, Ending Violence In Childhood. Retrieved from https://resourcecentre.savethechildren.net/node/12380/pdf/global_report_2017_ending_v iolence_in_childhood.pdf.
  5. Wandera, S. O., Clarke, K., Knight, L., Allen, E., Walakira, E., Namy, S., … Devries, K. (2017). Violence against children perpetrated by peers: A cross-sectional school-based survey in Uganda. Child Abuse and Neglect, 68(April), 65–73. https://doi.org/10.1016/j.chiabu.2017.04.006.
  6. A.King, R. C. and P. (2001) Violence in Families: Assessing Prevention and Treatment Programs. National Research Council and Institute Of Medicine. Available at: https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=egCdAgAAQBAJ&oi=fnd&pg=PT8&d q=preventions+and+treatment+violence+children&ots=zJyWM2c_2b&sig=PLcrid-Fc9z 1BNPp3KIl0o4t_ow&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false.
  7. Stalker, P. (2017) Global Report 2017, Ending Violence In Childhood. Available at: https://resourcecentre.savethechildren.net/node/12380/pdf/global_report_2017_ending_v iolence_in_childhood.pdf.
  8. Taylor, C. W.-S. (2001) ‘Nipping Early Risk Factors in the Bud: Preventing Substance Abuse, Delinquency, and Violence in Adolescence Through Interventions Targeted at Young Children (0–8 Years)’, Prevention Science, 2. Available at: https://link.springer.com/article/10.1023/A:1011510923900.
  9. https://www.tempo.co/tag/kekerasan-terhadap-anak.
  10. https://metro.tempo.co/read/1097778/kronologi-pencabulan-anak-di-mampang-prapatan https://metro.sindonews.com/read/1318252/170/dianiaya-ayah-tiri-balita-dua-tahun-patah-hidung-1530531994.
  11. https://metro.sindonews.com/read/1317730/171/salah-fatal-73-orang-tua-mendisiplinkan-anak-dengan-kekerasan-1530348452.
  12. https://www.bbc.com/indonesia/topics/f136e248-f116-489e-af28-e28b7aea4ab7 https://resourcecentre.savethechildren.net/library/ending-violence-childhood-global-report-2017.




Article Metrics

Abstract views : 5226 | views : 2547

Refbacks





Copyright (c) 2018 Berita Kedokteran Masyarakat

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Berita Kedokteran Masyarakat ISSN 0215-1936 (PRINT), ISSN: 2614-8412 (ONLINE).

Indexed by:


Web
Analytics Visitor Counter