Cover Image

Manusia dalam Disekuilibrium Alam: Kritik atas Ekofenomenologi Saras Dewi

https://doi.org/10.22146/balairung.v1i1.34896

Muhammad Unies Ananda Raja(1*)

(1) Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada
(*) Corresponding Author

Abstract


Saras Dewi dalam bukunya Ekofenomenologi: Mengurai Disekuilibrium Relasi Manusia dengan Alam (2015) berpendapat bahwa perlu adanya suatu rekonstruksi ontologis untuk mengetahui dasar dari problem ekologis yang ada saat ini. Tesis yang diajukan adalah bahwa manusia telah memisahkan diri dari alam. Keterpisahan itu membuat ekuilibrium alam terganggu. Demi mengembalikan hal itu, perlu penegasan kembali bahwasanya manusia ialah entitas yang tak terpisah dari alam. Dalam artikel ini, saya memproblematisasi beberapa hal dari proyek ekofenomenologi Dewi. Pertama, penggunaan term “Manusia” secara abstrak membuat analisis Dewi abai mengenai perbedaanperbedaan ontologi yang ada di dunia. Kedua, konsep “Alam” yang dibawa Dewi tidak valid karena kondisi “Ekuilibrium” itu sendiri tidak pernah ada di Bumi. Ketiga, konsep “Disekuilibrium” mengasumsikan keterpisahan “Manusia” dan “Alam”. Selain itu, konsep “Disekuilibrium” juga tidak relevan dalam menghadapi problem aktual saat ini, yakni epos Antroposen. Epos ini menandai berubahnya kondisi Bumi secara fundamental. Maka, problemnya bukanlah bagaimana mengembalikan “Ekuilibrium” yang tidak pernah ada, melainkan menghadapi perubahan tersebut.

Keywords


Saras Dewi; ekofenomenologi; manusia; alam; Antroposen

Full Text:

PDF


References

Biehl, Janet and Peter Staudenmaier. Ecofascism: Lesson from the German Experience. Edinburgh: AK Press, 1995.

Crutzen, Paul and Eugene Stormer. “The Anthropocene.” Global Change Newsletter 41 (2000): 17-18.

Crutzen, Paul. “Geology of Mankind.” Nature (2002): 23.

Davies, Jeremy. The Birth of the Anthropocene. California: University of California Press, 2016.

Derrida, Jacques. Margins of Philosophy. Trans. Alan Bass. Chicago: University of Chicago Press, 1972.

Descola, Philippe. Beyond Nature and Culture. Trans. Janet Lloyd. Chicago: University of Chicago Press, 2013.

—. Who Owns Nature? 21 Januari 2008. 29 September 2017. <http://www.booksandideas.net/Who-owns-nature. html>.

Dewi, Saras. Ekofenomenologi: Mengurai Disekuilibrium Relasi Manusia dengan Alam. Jakarta: Marjin Kiri, 2015.

Haraway, Donna. Staying with The Trouble. Durham: Duke University Press, 2016.

Ivakhiv, Adrian. “Whose ‘Nature’? The Transcendental SIgnified of A New Field.” The Promeganate: A New Journal of Neopagan Thought 8 (1999): 14-20.

Keraf, Sonny. Etika Lingkungan Hidup. Jakarta: Kompas, 2010.

Latour, Bruno. Facing Gaia: Eight Lectures on The New Climate Regime. Trans. Catherine Porter. Cambridge: Polity Press, 2017.

Morton, Timothy. Ecology Without Nature. Cambridge: Harvard University Press, 2009.

Steffen, Will, dkk. “Stratigraphic and Earth System approaches to defining the Anthropocene.” Earth’s Future 4 (2016): 324-345.

Wark, McKenzie. Molecular Red: Theory for the Anthropocene. New York: Verso, 2015.

Williams, Raymond. Problems in Materialism and Culture. London: Verso, 1980.

Zalasiewicz, Jan, dkk. “The New World of the Anthropocene.” Environmental Science and Technology Viewpoint 44.7 (2010): 2228-2231.



DOI: https://doi.org/10.22146/balairung.v1i1.34896

Article Metrics

Abstract views : 11486 | views : 12707

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.


Diterbitkan oleh BPPM Balairung, Universitas Gadjah Mada
Kompleks Perumahan Dosen UGM, Bulaksumur B-21, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta 55281.
email: balairungpress@gmail.com | LINE: @GSJ9240C | http://balairungpress.com
    
2018 BPPM BALAIRUNG UGM