Transformasi Makna Ritus Manten Tebu dalam Program Pemajuan Kebudayaan Nasional
Abstract
Upacara perkawinan dua batang tebu yang dilaksanakan saat memasuki musim giling pada pabrik gula di Jawa yang dikenal dengan ritus Manten Tebu merupakan tradisi yang dianggap sebagai kearifan lokal yang berpotensi dapat dipromosikan sebagai bagian dari pemajuan kebudayaan nasional. Namun, statusnya sebagai kearifan lokal masih perlu dipertanyakan. Hal ini disebabkan oleh latar belakang sejarah ritus yang memungkinkan membatalkan persepsi positif terhadap ritus ini sebagaimana yang berkembang di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah dan transformasi ritus Manten Tebu di wilayah luar Vorstenlanden di Jawa yang merupakan wilayah kekuasaan kolonial Hindia Belanda. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dan dengan bantuan perspektif wacana media. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi arsip, literatur, berita media massa dan wawancara. Analisis data dilakukan melalui proses kritik sumber, triangulasi, dan interpretasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Ritus Manten Tebu di wilayah luar Vorstenlanden memiliki akar sejarah yang tidak sesuai dengan persepsi yang berkembang di masyarakat; (2) Ritus Manten Tebu di wilayah luar Vorstenlanden yang eksis saat ini telah mengalami transformasi dalam hal bentuk, fungsi, serta makna yang dipengaruhi kuat oleh faktor nasionalisme dan ekonomi kreatif (pariwisata).
Copyright (c) 2024 Lembaran Antropologi

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Lembaran Antropologi is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
---
By publishing with Lembaran Antropologi, author agrees to transfer the copyright holder of the published article to Lembaran Antropologi under the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.