Fadly Rasyid
* Corresponding Author Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Bedah Mulut dan Maksilofasial, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran,
Bandung, Jawa Barat Indonesia
Asri Arumsari Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat Indonesia
Agus Nurwiadh Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat Indonesia
Fadly Rasyid(1*), Asri Arumsari(2), Agus Nurwiadh(3)
(1) Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Bedah Mulut dan Maksilofasial, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran,
Bandung, Jawa Barat (2) Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat (3) Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat (*) Corresponding Author
Abstract
Abses di spasia submandibula paling sering ditemukan. Infeksi ini dapat menyebar secara unilateral atau bilateral ke ruang di sekitar leher bagian dalam dan dapat berakibat fatal atau mengancam jiwa, biasanya ditandai dengan pembengkakan. Kasus ini jarang terjadi dengan gambaran klinis yang disertai infeksi sekunder. Pada kasus ini, laki-laki usia 62 tahun datang dengan keluhan pembengkakan pada rahang bawah kiri, demam, nyeri di sekitar wajah, disertai mata kiri, hidung, dan bibir atas melepuh. Pada hasil pemeriksaan darah lengkap tidak ditemukan ada kelainan kecuali nilai SGOT sedikit rendah. Pada kasus ini dilakukan tindakan pencabutan gigi sebagai fokus infeksi, pemberian antibiotik dan antivirus baik secara oral maupun topical. Penyakit virus pada rongga mulut adalah jenis patologi menular yang mempengaruhi jaringan mulut. Pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang pada kasus ini penting untuk menentukan perawatan yang tepat. Prognosis kasus ini sangat baik. Terlihat berkurangnya pembengkakan disertai lesi vesikel yang minimal. Penanganan yang tepat mengurangi resiko penyebaran infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan kegagalan organ.
1. Moghimi M, Baart JA, Hakki Karagozoglu K, Forouzanfar T. Spread of odontogenic infections: A retrospective analysis and review of the literature. Quintessence Int (Berl). 2013; 44(4): 351–361.
2. Utari IGAOS. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Rumah Sakit Umum Daerah Bangli - Bali. J Kedokt. 2019; 05(01): 187–197.
4. Veidere L, Ronis M, Sumeraga G. Deep neck infections: review of 263 cases. Polish J Otolaryngol. 2017; 71(5): 39–44.
5. Yuvaraj V. Maxillofacial infections of odontogenic origin : epidemiological, microbiological and therapeutic factors in an indian population. Indian J Otolaryngol Head Neck Surg. 2016; 68(4): 396–399. doi: 10.1007/s12070-015-0823-x
6. Litha Y, Gazali M, Lopo C, Nayoan CR. Submandibular abscess. J Med Prof. 2019; 1(2).
7. Hosein M, Motamedi K. A Textbook of Advanced Oral and Maxillofacial Surgery Volume 1. 1st ed. Hosein M, Motamedi K, editors. Croatia: Publishing Process Manager Ana Pantar; 2013. 868.
8. Jusri M, Marlina E. Diagnosis klinis infeksi herpes zoster (laporan kasus) Clinic diagnosis of herpes zoster (case report). J Dentomaxillofacial Sci. 2011; 10(3): 161.
9. Babu A, Santosh R, Muddana K. Viral infections of oral cavity. J Fam Med Prim Care. 2020; 9(1): 36–42.