“Sudah Telanjur”: Perempuan dan Transisi ke Perkawinan di Lombok*
Mari Platt(1*)
(1) Postdoctoral Fellow pada Asia Research Institute, National University of Singapore. Alamat korespondensi: Maria Platt, 469A, Tower Block, Bukit Timah Road, #10-01, Singapore 259770.
(*) Corresponding Author
Abstract
Kawin lari adalah suatu bentuk pelarian untuk menikah yang diakui secara sosial dimana seorang wanita muda (gadis) seolah-olah “dicuri” dari rumah kelahirannya oleh seorang pria yang berharap akan menjadi suaminya kelak. Hal tersebut, masih popular sebagai cara seseorang memasuki jenjang perkawinan di Lombok. Biasanya, perkawinan ini selanjutnya disahkan secara Islam. Tulisan ini menitikberatkan pada pilihan bentuk perkawinan dan bagaimana perempuan di Desa Teduk yang melakukan kawin lari, terpaksa menyetujui tanpa bisa membantah untuk menikah daripada menyatakan secara aktif pilihan kepada siapa dan kapan untuk menikah. Saya berpandangan bahwa kawin lari mendorong banyak perempuan merasa memasuki ruang pertentangan yang menyebabkan keretakan identitas sosial mereka sebagai seorang gadis, meskipun secara fi sik mereka masih perawan. Karenanya, kawin lari menciptakan sebuah fase ambiguitas dan fase ambivalensi yang kian menguat sehubungan dengan status perempuan. Banyak perempuan menggambarkan kawin lari sebagai sebuah sikap yang menempatkan mereka pada situasi atau kondisi yang sudah terlanjur, meskipun pada prakteknya dapat juga memfasilitasi agency perempuan dalam memilih perkawinan.
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.22146/studipemudaugm.32068
Article Metrics
Abstract views : 1489 | views : 2993Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2016 Jurnal Studi Pemuda
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Jurnal Studi Pemuda (Online ISSN 2527-3639; Print ISSN 2252-9020) is published by the Youth Studies Centre in collaboration with Faculty of Social and Political Science, Universitas Gadjah Mada. |