Makna Prosesi Upacara Adat Giling dan Suling di Pabrik Gula Madukismo Sebagai Atraksi Wisata Budaya
Cerry Surya Pradana(1*)
(1) Program Studi D3 Pariwisata, Departemen Bahasa, Seni dan Manajemen Budaya Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada
(*) Corresponding Author
Abstract
Pabrik gula, merupakan salah satu sarana untuk memperoleh pemasukan ekonomi bagi pemerintahan Belanda di Indonesia pada masa lalu. Di Yogyakarta, terdapat 17 (tujuhbelas) pabrik gula yang beroperasi hingga masa penjajahan Jepang. Saat ini hanya ada satu pabrik gula di Yogyakarta, yaitu Pabrik Gula Madukismo yang berada di bawah manajemen PT. Madubaru. Di samping pabrik gula, ada juga pabrik spiritus yang dijalankan. Sejak tahun 1955, pabrik ini memiliki sebuah ritual maupun upacara adat yang dimulai menjelang proses penggilingan dan penyulingan tebu di PT. Madubaru. Kegiatan ini dinamakan Upacara Giling dan Suling. Prosesi Upacara Giling dan Suling, memiliki rangkaian kegiatan yang cukup banyak (sekitar 15 kegiatan tradisi) sebelum akhirnya tebu digiling. Meskipun kegiatan ini telah berjalan lebih dari 50 tahun, akan tetapi saat ini alasan dan makna mengapa kegiatan tersebut dilaksanakan, semakin kabur. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna dibalik semua proses dalam Upacara Giling dan Suling yang diadakan oleh PT. Madubaru. Penelitian dilakukan secara kualitatif, dengan menitikberatkan pada hasil dari proses observasi secara langsung dan wawancara secara mendalam (in-depth interview). Di samping itu, studi pustaka yang sesuai dengan tema, juga menjadi acuan dalam penelitian ini, khususnya yang berkaitan dengan menguak makna simbolis maupun filosofis dari berbagai macam sarana upacara yang dilakukan di PT. Madubaru. Hasil analisis dibuat dengan merangkai hasil metode penelitian dengan teori-teori terkait, serta hasil observasi dan wawancara di lapangan. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai tradisi Upacara Giling dan Suling, serta makna-makna yang terkandung di dalamnya. Sehingga prosesi tersebut tidak menjadi sekedar rutinitas dengan embel-embel ‘menjaga tradisi’, akan tetapi juga menjadi identitas yang dapat dinikmati oleh banyak pihak.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Fitriyah, Amin. 2012. Dampak Limbah Cair Pabrik Gula dan Pabrik Spiritus (PGPS) Madukismo Terhadap Produktivitas Padi di Desa Tirtonirmolo Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Geertz, Clifford. 1973. “Thick Description”, dalam The Interpretation of Cultures, Clifford Geertz (ed.), hlm. 3-30. New York: Basic Books.
Madubaru, PT. 2010. Sejarah Singkat. Madubaru.comyr.com. http://www.madubaru.comyr.com/sejarah_singkat.html. Diakses pada 28 Februari 2017, 09.09 WIB
Nawawi, Hadari. 2003. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nugraha, Ryanchrisna Budi. 2010. Analisis Penggunaan Energi di PT. Madu Baru (PG.Madukismo) Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.
Pramono, Ari Agung. 2009. Makna Simbolis Ritual Cembengan di Madukismo Kabupaten Bantul. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
DOI: https://doi.org/10.22146/jgs.48863
Article Metrics
Abstract views : 3156 | views : 4814Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2018 Jurnal Gama Societa
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.