Phenylpropanolamine sebagai faktor risiko stroke perdarahan

https://doi.org/10.22146/bns.v15i2.55756

Paryono Paryono(1*), Rusdi Lamsudin(2), Pernodjo Dahlan(3)

(1) Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
(2) Fakultas Kedokteran UII, Yogyakarta
(3) Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
(*) Corresponding Author

Abstract


Phenylpropanolamine (PPA) umumnya terdapat dalam obat batuk pilek dan penghilang nafsu makan. Setiap tahun berjuta-juta dosis phenylpropanolamine dikonsumsi di Amerika Serikat dan merupakan salah satu obat bebas yang paling sering digunakan. Sejak tahun 1979 lebih dari 30 kasus telah dilaporkan terjadinya perdarahan intrakranial setelah mengkonsumsi phenylpropanolamine. Walter et al., telah melaporkan hubungan stroke perdarahan pada wanita dengan penggunaan phenylpropanolamine dalam obat penekan nafsu makan. Namun belum ada penelitian tersebut terhadap PPA yang beredar di Indonesia. Penelitian ini untuk mengetahui apakah penggunaan phenylpropanolamine meningkatkan risiko terjadinya stroke perdarahan. Rancangan penelitian ini menggunakan study kasus kontrol. Semua penderita stroke perdarahan baik laki-laki dan perempuan yang disertai hasil head-CT scan dan dilakukan anamnesis di Bangsal Saraf RSUP Dr. Sardjito, RS Bethesda, dan RS PKU Muhammadyah Jogyakarta. Dengan jumlah kasus dan kontrol masing-masing 73 orang. Riwayat penggunaan PPA dilakukan wawancara tentang penggunaan obat-obat yang mengandung PPA. Dilakukan analisis univariat masing-masing faktor risiko stroke perdarahan untuk mendapatkan OR, CI 95% dari OR dan tingkat signifikansi dengan test Mantel-Haenszsel. Untuk menghitung faktor pengganggu digunakan analisis multivariat stepwise logistik regression dengan menggunakan Software SPSS versi 7.5. Dari hasil analisis univariat didapatkan faktor risiko stroke perdarahan yang signifi kan adalah kelompok umur 65-74 tahun OR 2,89 (95%CI 1,05-4,62) p =0,017; riwayat hipertensi 3 bulan OR 2,159 (95%CI 1,80-2,583) p =0,005; 6 bulan OR 4,098 (95%CI 1,27-13,15) p =0,006; 12 bulan OR 4,80 (95%CI 1,82-12,82) p =0,000; >24 bulan OR 25,64 (1,65-200) p =0,000; peningkatan tekanan darah saat masuk RS diastolik sedang OR 3,37 (95%CI 1,03-12,04) p =0,001; diastolik berat OR 45,45 (95%CI 14,7-1428.5) p =0,000; tekanan sistolik sedang OR 4,80 (95%CI 1,03-12,04) p =0,000; tekanan sistolik berat OR 100 (95%CI 12,82-1000) p =0,000; riwayat stroke sebelumnya OR 2,09 (95%CI 1,75-2,48) p =0,006. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa riwayat hipertensi 24 bulan OR 166,6, p =0,002. Faktor risiko yang lain menunjukkan p >0,05. Simpulan penelitian ini adalah faktor risiko PPA tidak signifikan sebagai faktor risiko stroke perdarahan, riwayat hipertensi >24 bulan, tekanan darah diastolik sedang berat mempunyai hubungan yang kuat sebagai faktor risiko perdarahan.

Keywords


phenylpropanolamine; stroke hemorrhagic; risk factor

Full Text:

PDF



DOI: https://doi.org/10.22146/bns.v15i2.55756

Article Metrics

Abstract views : 1115 | views : 4217

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2020 Berkala NeuroSains

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.