STUDI KELAYAKAN LAHAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii di KECAMATAN BLUTO SUMENEP MADURA JAWA TIMUR (Feasibility Study of Eucheuma Cottonii Seaweed Farming in Bluto Subdistric of Sumenep Madura East Java)
Abdul Qadir Jailani(1*), Endang Yuli Herawati(2), Bambang Semedi(3)
(1) Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran, Malang 65145.
(2) Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran, Malang 65145.
(3) Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran, Malang 65145.
(*) Corresponding Author
Abstract
ABSTRAK
Budidaya rumput laut di Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, mempunyai kontribusi bagi perekonomian masyarakat pesisir, akan tetapi terdapat kegiatan perikanan seperti penangkapan dan pengolahan hasil laut yang berdampak pada degradasi kualitas air yang berpengaruh langsung kepada hasil produksi rumput laut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lokasi baru pengembangan kegiatan budidaya rumput laut secara berkelanjutan yang terbebas dari kegiatan masyarakat dengan melihat faktor ekologis dan daya dukung perairan di Kecamatan Bluto. Metode yang digunakan mengukur kesesuaian ekologis meliputi suhu, kecerahan, kedalaman, kecepatan arus, kondisi dasar perairan, salinitas, DO, nitrat, ortofosfat, pH, BOD, dan COD, serta estimasi hama dan penyakit rumput laut. Selanjutnya data diskoring untuk menentukan kelas kesesuaian dengan pendekatan SIG. Daya dukung perairan di analisis dengan menghitung 60% dari jumlah kawasan yang sesuai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perairan Bluto memiliki potensi lahan pengembangan rumput laut berdasarkan kelas S1 (sangat sesuai) dan S2 (sesuai bersyarat) seluas 770,19 ha, dan mampu menampung maksimal 42.788 unit rakit rumput laut. Hama dan penyakit yang teridentifikasi di perairan Bluto adalah ikan baronang (Siganus. sp), ice-ice, lumut (Chaetomorpha crassa), dan teritip (Chthamalus stellatus).
ABSTRACT
Seaweed farming in the subdistrict Bluto, District Sumenep, East Java, has significant contribution in the economy of coastal communities, but there are fishing activities like catching up and marine product proccessing that have negative impact to the degradation of water quality and then directly affect the production of seaweed. The purpose of this study is find new location of the development of seaweed farming activities in a sustainable manner that is free from of community activities with a view of ecological factors and carrying capacity of the waters in the analies of the subdistrict Bluto. The method was used to analyze its ecological suitability includes temperature, transparency, depth, current velocity, bottom water condition, salinity, DO, Nitrite, ortophosphate, pH, BOD, and COD, also evaluation of the predators and diseases seaweed. Then, the data is scored to determine its suitability class with SIG approach. Environmental carrying capacity is analyzed by determining 60% of suitable sites. The result showed that Bluto territorial waters was potential for seaweed farming development as it was in Class S1(very suitable) and S2 (suitable with conditions) about 770.19 ha and able to contain maximum 42,788 units of seaweed floated bamboos. Predators and diseases identified in Bluto waters are rabbitfishes (Siganus. sp), ice-ice disease, green algae (Chaetomorpha crassa), and Poli’s stellate barnacle (Chthamalus stellatus).
Keywords
Full Text:
Artikel lengkap (PDF) (Bahasa Indonesia)References
Anonim, 1996. Pengembangan Prototipe Wilayah Pesisir dan Marin Kupang-Nusa Tenggara Timur. Pusat Bina Aplikasi Inderaja dan Sistem Informasi Geografis, Cibinong.
Anonim, 2002. Modul Sosialisasi dan Orientasi Penataan Ruang, Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Ditjen Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Jakarta.
Anonim, 2008. Pengembangan Sentra Budidaya dan Agribisnis Rumput Laut. Dinas Kelautan dan Perikanan. Sumenep.
Anonim, 2012. The State of World Fisheries and Aquaculture. Food and Agriculture Organi-zation of The United Nations. Rome.
Agustiningsih, D., 2012. Analisis Kualitas Air dan Beban Pencemaran Berdasarkan Penggunaan Lahan di Sungai Blukar Kabupaten Kendal. Tesis Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang.
Amarulah, 2007. Pengelolaan Sumberdaya Perairan Teluk Tamiang Kabupaten Kota Baru untuk Pengembangan Budidaya Rumput Laut (Eucheuma cottonii). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Amosu dan Alberto, O. 2012. South African Seaweed Aquaculture: A Sustainable Development Example for Other African Coastal Countries. African Journal of Agricultural, 8(43):5268-5279.
Arisandi. 2011. Pengaruh Salinitas yang Berbeda terhadap Morfologi, Ukuran dan Jumlah Sel, Pertumbuhan serta Rendemen Karaginan Kappaphycus alvarezii. Jurnal Ilmu Kelautan, 16(3):143-150.
Ariati, R.W., Sya’rani, L dan Arini, E. 2007. Analisis Kesesuaian Perairan Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan Sebagai Lahan Budidaya Rumput Laut Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Jurnal Pasir Laut, 3(1):27-45.
Aslan, L.M. 1998. Budidaya Rumput Laut. Edisis Revisi. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Burtin, P. 2003. Nutritional Value of Seaweed. Journal of Agricultural Food Chemistry, 2(4):1-6.
Dahuri, R., 1998. The Application of Carryng Capacity Concept For Sustainable Costal Resources Development in Indonesia. Jurnal Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Lautan Indonesia, 1(1):22-31
Fachrudin, S.A., 2011. Potential Resources Study at Coastal Area Of Sumenep Regency. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 3(2):18-28.
Gazali, I. 2013. Evaluasi Dampak Pembuangan Limbah Cair Pabrik Kertas Terhadap Kualitas Air Sungai Klinter Kabupaten Nganjuk. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem, 1(2):1-8.
Harahap, N dan Kaunang, T.D., 2011. Analisis Parameter Oseanografi di Lokasi Pengembangan Eucheuma spinosum Pulau Nain Kabupaten Minahasa Utara. Indonesian Journal of Marine Sciences, 16(4):193-198.
Harrison P. J., dan Hurd C. L. (2001) Nutrient Physiology of Seaweeds: Application of Concepts to Aquaculture. Cahiers de Biologie Marine. 42:71–82.
Kamlasi, Y. 2008. Kajian Ekologis dan Biologi Untuk Pengembangan Budidaya Rumput Laut (Eucheuma cottoni) di Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tesis Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor
Mohammed, G. 2013. Seaweed Farming. Calicut Research Centre of CMFRI, Calicut.
Phillips, M. J. 1990. Environmental Aspects of Seaweed Culture. In Regional Workshop on the Culture and Utilization of Seaweeds. Vol. II, NACA, Bangkok.
Radiarta, I., Wardoyo, S. E., Priyono, B., dan Praseno, O. 2003. Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk Penentuan Lokasi Pengembangan Budidaya Laut di Teluk Ekas, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 9(1):67–71.
Setiyanto, D., Efendi, I. dan Antara, K. J. 2008. Pertumbuhan Kappaphycus alvarezii var Maumare, var Sacol dan Eucheuma cottonii di Perairan Musi Buleleng. Jurnal Ilmu Kelautan, 13(3):171-176.
Sulistyowati, H., 2003. Struktur Komunitas Seaweed (Rumput Laut) di Pantai Pasir Putih Kabupaten Situbondo. Jurnal Ilmu Dasar, 4(1): 58-61.
Yousef, S.A., Alejandro, AA., Buschmann H., dan Kevin, M., 2012. Fitzsimmons Experiments on an Integrated Aquaculture System (Seaweeds and Marine Fish) on the Red Sea Coast of Saudi Arabia: Efficiency Comparison of Two Local Seaweed Species for Nutrient Biofiltration and Production. Aquaculture, 4:21–31.
Zoer’aini. 1992. Ekosistem Komunitas dan Lingkungan. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
DOI: https://doi.org/10.22146/jml.18744
Article Metrics
Abstract views : 12798 | views : 10461Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2017 Jurnal Manusia dan Lingkungan
JML Indexed by:
View My Stats