Amamangun Karyenak Tyasing Sasama: Fungsi Slametan Dalam Mendukung Kesehatan Mental Komunitas Melalui Perspektif Pemberdayaan dan Partisipasi Sosial pada Masyarakat Jawa
Abstrak
Tradisi slametan dalam budaya Jawa memiliki peran penting dalam mendukung kesehatan mental komunitas melalui penguatan modal sosial dan keterlibatan sosial. Tinjauan ini bertujuan untuk mengeksplorasi lebih dalam fungsi tradisi slametan dalam mendukung kesehatan mental komunitas melalui dimensi pemberdayaan sosial dan partisipasi aktif. Tulisan ini merupakan sebuah studi literatur, yang menggunakan telaah kritis dari sumber yang diperoleh melalui berbagai portal ilmiah. Sebagai ritual komunal, slametan memperkuat ikatan sosial, memungkinkan dukungan emosional yang membantu individu mengatasi stres dan krisis psikologis. Selain itu, elemen sesajen dalam slametan mencerminkan harmoni antara manusia, alam, dan dunia spiritual, yang memperkuat rasa solidaritas di antara anggota komunitas. Meskipun modernisasi dan urbanisasi menghadirkan tantangan bagi kelangsungan tradisi ini, nilai-nilai inti slametan, seperti gotong royong dan solidaritas, dapat diadaptasi ke dalam konteks kehidupan modern. Slametan bahkan memiliki potensi untuk menjadi platform diskusi tentang kesehatan mental di masyarakat urban. Dengan demikian, slametan tidak hanya bertahan sebagai tradisi spiritual tetapi juga berfungsi sebagai mekanisme koping kolektif yang mendukung kesejahteraan psikologis komunitas. Studi ini menyoroti pentingnya mempertahankan dan mengadaptasi slametan agar tetap relevan dalam menghadapi perubahan sosial yang dinamis, sehingga tradisi ini dapat terus berkontribusi positif terhadap kesehatan mental komunitas.
Referensi
Andriani, R., & Suprapto, D. (2022). The symbolic meaning of sesajen in Javanese slametan rituals. Asian Journal of Cultural Studies, 17(2), 109-122.
Geertz, C. (1960). The religion of Java. University of Chicago Press.
Handayani, S., Pranoto, E., & Widodo, S. (2020). Social engagement in traditional rituals and its impact on community mental health. Journal of Social and Cultural Psychology, 8(1), 56-67.
Kusumawati, L. (2020). Gotong royong and the preservation of Javanese traditional rituals in urban settings. International Journal of Indonesian Culture and Society, 5(4), 87-98.
Kusumawati, L. (2021). Adaptation of Javanese slametan in the urbanization era: Maintaining relevance through modernization. Journal of Southeast Asian Cultural Studies, 14(2), 78-93.
McKenzie, K., Whitley, R., & Weich, S. (2018). Social capital and mental health. The Lancet Psychiatry, 5(3), 110-115.
Nurhadi, I. (2021). Modernization and transformation of Javanese rituals in the contemporary era. Journal of Modern Anthropology, 9(1), 142-155.
Prasetyo, T., & Lestari, D. (2022). Reimagining traditional rituals in the context of urban mental health. Journal of Urban Culture and Mental Health, 3(2), 32-47.
Putnam, R. D. (2000). Bowling alone: The collapse and revival of American community. Simon and Schuster.
Santoso, D., & Hidayat, M. (2023). Rituals, social solidarity, and mental health: The Javanese slametan tradition in modern society. Journal of Cultural Health and Wellbeing, 11(1), 101-119.
Van der Kolk, B. A. (2014). The body keeps the score: Brain, mind, and body in the healing of trauma. Viking Penguin.
Wulandari, S., & Nugroho, T. (2023). Collective coping strategies in Javanese communities: The role of slametan in promoting emotional well-being. Journal of Community and Cultural Psychology, 15(4), 98-115.
Copyright (c) 2024 Jurnal Pengabdian, Riset, Kreativitas, Inovasi, dan Teknologi Tepat Guna
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.