Pemanfaatan Mata Air Clereng Tahun 1918 Hingga 1940

  • Yuni Setya Ningrum Departemen Sejarah, Universitas Gadjah Mada
Keywords: Kata Kunci: Clereng, mata air, Watershcappen Kulon Progo, Keywords: Clereng, Spring, Waterschappen Kulon Progo

Abstract

Abstrak
Mata air Clereng milik kesultanan di wilayah Kulon Progo merupakan salah satu sumber air yang penting karena mengeluarkan debit air tanpa henti sekalipun musim kemarau. Potensi inilah yang kemudian mendorong beberapa pihak untuk mengeksploitasi air dan memanfaatkan mata air Clereng untuk kepentingan sosial-ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui reaksi dari pihak kesultanan dan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda ketika mengetahui keberadaan mata air Clereng serta pemanfaatan yang dikembangkan dalam kurun waktu tahun 1918 hingga 1940. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemerintah kolonial Hindia Belanda dan kesultanan menyadari pentingnya mata air Clereng. Terdapat lembaga Waterschap Vorstenlanden atau biasa disebut Waterschappen yang memegang peranan dalam merawat dan membuat regulasi tentang penggunaan mata air Clereng, tentunya bekerja sama dengan kesultanan dan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. Dengan diorganisirnya pemanfaatan dan perawatan mata air Clereng, banyak desa-desa di Kulon Progo dan Adikarta serta sektor industri milik kesultanan dan Pakualaman mengalami ketercukupan air dan mengalami perubahan yang cukup signifikan dalam peningkatan taraf hidup dan perekonomiannya. Bahkan masyarakat Eropa juga dapat merasakan keindahan alam mata air Clereng dengan berwisata disana.

Abstract
Clereng spring, owned by the Sultanate in the Kulon Progo region, is an important water source because it produces water without stopping, even during the dry period. This potential then encouraged several parties to exploit water and utilize Clereng spring for socio-economic interests. The purpose of this study is to ascertain the Sultanate’s and the Dutch East Indies colonial governments’ responses upon discovering the Clereng spring’s existence and its evolving use between 1918 and 1940. The results showed that the Dutch East Indies colonial government and the Sultanate realized the importance of Clereng Spring. This is indicated by the existence of various regulations related to the maintenance and utilization of Clereng Spring. There was a Waterschap Vorstenlanden or Waterschappen institution that played a role in maintaining and regulating the use of Clereng spring, of course in cooperation with the Sultanate and the Kulon Progo Regency Government. With the organized use and maintenance of Clereng spring, many villages in Kulon Progo and Adikarta, as well as the industrial sector owned by the Sultanate and Pakualaman, experienced sufficient water and significant changes in improving their living standards and economies. Even the European community can also experience the natural beauty of Clereng Spring by traveling there.

References

Buku
Achmad Sunjayadi (2019). Pariwisata di Hindia-Belanda (1891-1942). Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. 2019.
Ahmad Athoillah (2020). Sejarah Hari Jadi Kelurahan Sendangsari. Yogyakarta: Aparatur Kalurahan Sendangsari dengan Komunitas Penggiat Sejarah Kabupaten Kulon Progo (KPSKP).
_____________(2020). Sejarah Pembangunan Waduk Sermo 1994-1996.Yogyakarta: Dinas Kebudayaan Kulon Progo.
_____________(2021). Desa Mawa Carita: Sejarah Desa dan Kota di Kulon Progo. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
_____________(2021). Puncak Menoreh. Yogyakarta: Dinas Kebudayaan Kulon Progo.
_____________(2023). Bupati Adikarto dan Kulon Progo (1813 - 1951). Yogyakarta: Dinas Kebudayaan Kulon Progo.
Booth, A., William J. O’Melly & Anna Wiedeman (1988). Sejarah Ekonomi Indonesia. Jakarta: LP3ES.
Irham Idris (1970). Sejarah Perkembangan Pekerjaan Umum di Indonesia. Jakarta: Institut Pendidikan Pekerjaan Umum dan
Tenaga Listrik.
Jhony Hady Saputra (2010). Mengungkap Perjalanan Kalijaga. Yogyakarta: Pustaka Media.
Sunan Parwoto (2004). Cerita Rakyat Kulon Progo. Yogyakarta: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kulon Progo.
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (2017). Sejarah Pemerintahan Daerah. Yogyakarta: Biro Tata Pemerintah Setda DIY.

Artikel
Khairunisa Putri Nurindah (2019). “Waterschap Dengkeng di Klaten Tahun 1920- 1942” Journal Student UNY Vol.4, No.4 diakses dari https://journal.student.uny.ac.id
Machmoed Effendhie dan Arif Rahman Bramantya (2017). “Waterschappen Vorstenlanden (Irrigation Surakarta Agencies) and Management in Yogyakarta, 1900-1942”. Humaniora. Vol.29, No. 2 hal 150-158 diakses dari https://journal.ugm.ac.id

Artikel yang tidak dipublikasikan
Magi (1994). Mata Air di Bawah Pohon Beringin dan Manfaatnya Dalam Kehidupan Masyarakat Wates dan Sekitarnya dari Masa ke Masa.

Skripsi
Erista Kusumastuti (2016). “Analisis Komponen Daya Tarik Wisata Pemandian Clereng dan Lingkungannya di Kabupaten Kulon Progo”. Skripsi. Program Studi Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada.
Suly Febriansah (2018). “Persepsi Masyarakat Sekitar Perusahaan PDAM Terhadap Keberlangsungan Sumber Air Clereng”. Skripsi. Program Studi Ilmu Komunikasi Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta
Ika Tantri Apsitasari (2014). “Gaya Hidup Baru Elite Bumiputera di Jawa Tahun 1920 Sampai 1930-an”. Skripsi. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada.

Arsip
Handboek voor Toerisme in Nederlandsch-Indië 1938
Handboek voor Automobilisten en Motorwielrijders 1937
Katerangan tegesing temboeng-temboeng (baoesastra tjilik) 1940

Naskah Tercetak
RA. Mangunpraja. “Babad Clereng” 1855/1923. Transliterasi R.D.S Hadiwijana

Surat Kabar
Aksi, 7 Januari 1932
Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indië, 26 Agustus 1929.
Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indië, 8 Januari 1936.
Boedi Oetomo, 12 Mei 1942
De Koerir, 26 Maret 1928.
De Indische Courant, 29 April 1927.
De Indische Courant, 21 Desember 1939.
De locomotief, 28 April 1927.
De locomotief, 8 Agustus 1927.
De locomotief, 26 September 1927.
De locomotief, 30 Januari 1928.
De locomotief, 31 Mei 1935.
De locomotief, 19 Februari 1938.
Deli Courant, 22 Desember 1939.
Djawa Tengah, 13 September 1928
Djawa Tengah, 28 Oktober 1930
Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, 4 Mei 1927.
Soerabaijasch Handelsblad, 25 Juni 1929.
Soerabaijasch Handelsblad, 19 Agustus 1929.
Soerabaijasch Handelsblad, 28 November 1929.
Published
2024-06-14