Isi Artikel Utama

Abstrak

Suasana menjelang pemilihan umum 2024 telah dapat dirasakan dalam dinamika politik Indonesia. Salah satu fenomena yang kerap kali mewarnai jalannya pemilihan umum di Indonesia adalah keberadaan kandidat populis yang memanfaatkan narasi-narasi politik identitas untuk mengangkat namanya dalam ajang pemilihan. Artikel ini mencoba untuk menganalisa keberadaan populisme sebagai konsekuensi dari stagnasi politik dan kurangnya pengawasan terhadap demokrasi di Indonesia. Dampak buruk dari populisme pernah terjadi di Amerika Serikat. Negara dengan demokrasi yang matang tersebut masih saja mudah terpecah akibat gaya kepemimpinan populis mantan presiden Donald Trump yang berakhir dengan penyerangan dan vandalisme di Gedung Capitol. Penulis berargumen bahwa Indonesia dengan segala kemajemukan identitas dan multikulturalismenya, ditambah dengan demokrasi yang belum mapan, sangat mudah untuk dipecah-belah melalui narasi kebencian dan politik identitas. Pemilihan umum 2024 berpotensi besar untuk kembali memunculkan kandidat populis yang lebih banyak, mengingat berbagai lembaga survei akuntabilitas calon presiden telah mengantongi sejumlah nama yang potensial untuk memainkan manuver politik yang serupa, seperti Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Ganjar Pranowo. Artikel ini menggunakan kajian literatur untuk mengumpulkan data dan membahas permasalahan ini. Terakhir, Penulis berharap tulisan ini dapat menambah pengetahuan dan kesadaran pembaca mengenai dinamika politik nasional.

Kata Kunci

populisme Pemilihan Umum 2024 demokrasi stagnasi politik Indonesia

Rincian Artikel

References

  1. Ainiyah, N., As’ad, & Mufaridah, H. (2022). Agama, Ekonomi, dan Perubahan Sosial “Refleksi Pemikiran Karl Marx” tentang Kondisi Agama dan Sosial Ekonomi Indonesia. Jurnal Komunikasi & Konseling Islam, 4 (1), 39–47.
  2. BBC. (2021). Rizieq Shihab Divonis Empat Tahun Penjara: Pengaruhnya “Makin Melemah” atau Menunggu “Peran” saat Pilpres 2024? (2021, May 27). BBC News Indonesia. Retrieved from https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-57239389.
  3. Budiman, B. N. (2021). Populisme di Indonesia Sebagai Ancaman Polarisasi Masyarakat. Pancasila: Jurnal Keindonesiaan, 1 (2), 235–246.
  4. Canovan, M. (1999). Trust The People!: Populism and The Two Faces of Democracy. Political Studies, 47 (1), 3–14. https://doi.org/https://doi.org/10.1111/1467-9248.00184.
  5. Engesser, S., Ernst, N., Esser, F., & Buchel, F. (2016). Populism and Social Media: How Politicians Spread a Fragmented Ideology. Journal of Information, Communication & Society, 1–18. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1080/1369118X.2016.1207697.
  6. Fossati, D., & Mietzner, M. (2019). Analyzing Indonesia’s Populist Electorate. Asian Survey, 59 (5), 769–794. https://doi.org/https://doi.org/10.1525/as.2019.59.5.769.
  7. Fukuyama, F. (2020). Identitas: Tuntutan atas Martabat dan Politik Kebencian (Cetakan Pertama; E. Saputra & N. Intan, eds.). Yogyakarta: Bentang.
  8. Hara, A. E. (2017). Populism in Indonesia and its Threats to Democracy. Advances in Social Sciences, Education, and Humanities Research (ASSEHR), 129, 106–111.
  9. Hara, A. E., & Trihartono, A. (2019). The Failure of Islamic Populism: The Case of Indonesia’s 2019 Election. 339 (Aicosh), 259–263. https://doi.org/10.2991/aicosh-19.2019.59.
  10. Hilmy, M. I. (2020). Fenomena Gerakan Populisme dalam Kemunduran Demokrasi. Jurnal Civic Hukum, 5 (2), 145–156. https://doi.org/https://doi.org/10.22219/jch.v5i2.13080.
  11. Huntington, S. P. (1993). The Third Wave: Democratization in the Late Twentieth Century (Vol. 4). Oklahoma: University of Oklahoma Press.
  12. Kaltwasser, C. R., Taggart, P., Espejo, P. O., & Ostiguy, P. (2017). Populism: An Overview of the Concept and the State of the Art. In C. R. Kaltwasser, P. Taggart, P. O. Espejo, & P. Ostiguy (Eds.). The Oxford Handbook of Populism (First Edit, pp. 12–43). United Kingdom: Oxford University Press.
  13. Madung, O. G. (2018). Populisme, Krisis Demokrasi, dan Antagonisme. Jurnal Ledalero, 17 (7), 58–76.
  14. Mietzner, M. (2015). Reinventing Asian Populism: Jokowi’s Rise, Democracy, and Political Contestation in Indonesia. (2015). East-West Center. http://www.jstor.org/stable/resrep06525
  15. Perdana, A. A. (2019). Populisme Kanan, Islam, dan Konteks Indonesia. Jurnal MAARIF, 14 (1), 29–42.
  16. Shaira, R. E., Nurida, T. D., & Hidayat, R. (2021). Populisme dan Intoleransi dalam Dinamika Sosial Budaya Masyarakat Digital Indonesia. Indonesian Journal of Sociology, Education, and Development, 3 (1), 43–52. https://doi.org/10.52483/ ijsed.v3i1.51.
  17. Stanley, B. (2017). Populism in Central and Eastern Europe. In C. R. Kaltwasser, P. Taggart, P. O. Espejo, & P. Ostiguy (Eds.). The Oxford Handbook of Populism (First Edit). United Kingdom: Oxford University Press.
  18. Tamimi, C. (2020). Political Branding di Masa Pandemi. Media Indonesia. Retrieved from https://mediaindonesia.com/opini/342658/political-branding-di-masa-pandemi
  19. Wisnu, D. (2019). Populisme, Politik Identitas, dan Erosi Demokrasi di Abad Ke 21: Refleksi dari Forum Masyarakat Sipil dan Media Bali 2018. D. Wisnu (ed.). Jakarta: Friedrich-Ebert-Stiftung (FES).