Isi Artikel Utama

Abstrak

Media sosial (Twitter) sebagai new public sphere memungkinkan siapa pun untuk membangun wacana dan turut berkontestasi memperebutkan kekuasaan atas ruang “arus utama”. Twitter pada tahun 2018 dan pertengahan 2021 diramaikan oleh dua isu: “Kartu Kuning untuk Jokowi” (repertoar nyata) dan “Jokowi: The King of Lip Service” (repertoar digital murni). Kajian ini bertujuan untuk membandingkan bagaimana bekerjanya contentious politics pada dua repertoar “Kartu Kuning untuk Jokowi” dan “Jokowi: The King of Lip Service” di Twitter sebagai media sosial. Kajian ini juga menginisiasi pemanfaatan Social Network Analysis (SNA) sebagai metode untuk memetakan aktor dalam kedua repertoar. Dua isu tersebut dipilih karena kesamaan aktor yang mencetuskan repertoar, yaitu BEM UI. Repertoar juga sama-sama ditujukan sebagai bentuk kritik kepada Presiden Joko Widodo atas pemerintahannya. Hasil kajian ini melihat perbedaan fundamental dari kedua isu tersebut, yaitu repertoar “nyata” dan repertoar digital murni, dimana contentious politics menggunakan repertoar “nyata” bertahan lebih lama daripada repertoar digital “murni”.

Kata Kunci

Jokowi BEM UI twitter digital repertoire contentious politics

Rincian Artikel

References

  1. BBC Indonesia. (2018). Aksi Kartu Kuning untuk Presiden Jokowi: Tidak Sopan, Wajar, atau Malah Kreatif? BBC Indonesia. Https://www.bbc.com/indonesia/trensosial-42935698.
  2. Bennett, L. & A. Segerberg. (2013). The Logic of Connective Action: Digital Media and the Personalization of Contentious Politics (Cambridge Studies in Contentious Politics). Cambridge: Cambridge University Press.
  3. Bunyamin, Hendra & T. Tunys. (2016). A Comparison of Retweet Prediction Approaches: the Superiority of Random Forest Learning Methods. Telecommun Comput Electron Control, 14 (3), 1052–1058.
  4. Chung, T., O. Johnson., A. Hall-Phillips., K. Kim. (2021). The Effect of Offline Events on Online Connective Actions: An Examination of #BoycottNFLUsing Social Network Analysis. Computers in Human Behavior, 115 (2021).
  5. Dahlberg, L. (2007). The Internet, Deliberative Democracy, and Power: Radicalizing the Public Sphere. International Journal of Media and Cultural Politics, Volume 3, Number 1, 47–64.
  6. Indrawan, J., A. J. Rosa., A. Ilmar., & G. K. Nathanael. (2021). Partisipasi Politik Masyarakat di Era Politik Siber. Journal of Political Issues, Volume 3, Nomor 1. 1–12. DOI: https://doi.org/10.33019/jpi.v3i1.44.
  7. Johri, A., R. Handa., H. Karbasian., H. Purohit., & A. Malik. (2018). How Diverse Users and Activities Trigger Connective Action via Social Media: Lessons from the Twitter Hashtag Campaign #ILookLikeAnEngineer. Proceedings of the 51st Hawaii International Conference on System Sciences.
  8. Khazraee, E. & J. Losey. (2016). Evolving Repertoires: Digital Media Use in Contentious Politics. Communication and the Public, 1 (1), 39–55.
  9. Lim, M. (2013). Many Clicks but Little Sticks: Social Media Activism in Indonesia. Journal of Contemporary Asia, 636–657.
  10. Lim, M. (2017). Freedom to Hate: Social Media, Algorithmic Enclaves, and the Rise of Tribal Nationalism in Indonesia. Critical Asian Studies, No. 49, Vol. 3, 411–427.
  11. Lohmann, G. et.al. (2010). Eigenvector Centrality Mapping for Analyzing Connectivity Patterns in FMRI Data of the Human Brain. PLoS ONE, 5 (4). https://doi.org/10.1371/journal.pone.0010232.
  12. Oktora, R., & A. Alamsyah. (2017). Pola Interaksi dan Aktor yang Paling Berperan pada Event JGTC 2013 melalui Media Sosial Twitter (Studi Menggunakan Metode Social Network Analysis). Jurnal Manajemen Indonesia, 14 (3), 201–209. doi:10.25124/jmi.v14i3.370.
  13. Syawaludin, M. (2014). Perlawanan Petani Rengas Terhadap PTPN VII di Ogan Ilir Sumatera Selatan. Sosiologi Reflektif, 9 (1), 113–129.
  14. Tarrow, S. G. (2011). Acting Contentiously. In S. G. Tarrow, Power in Movement: Social Movements and Contentious Politics (pp. 95–118). New York: Cambridge University Press.
  15. Tarrow, S. G. (2011). Contentious Politics and Social Movements. In S. G. Tarrow, Power in Movement: Social Movements and Contentious Politics (pp. 16–36). New York: Cambridge University Press.