Populasi, Vol 27, No 2 (2019)

Kajian Delinkuensi Anak di Indonesia Tahun 2011-2015

Nisa’ul Khusna, Winih Budiarti

Abstract


Istilah juvenile delinquency digunakan untuk menyatakan kenakalan anak. Istilah ini tidak hanya digunakan untuk kenakalan anak biasa, tetapi juga termasuk kenakalan anak yang apabila dilakukan oleh orang dewasa tergolong dalam tindakan kriminal. Delinkuensi anak di Indonesia saat ini menjadi masalah yang serius. Jumlah anak yang berhadapan dengan hukum meningkat tajam pada kurun waktu enam tahun terakhir. Anak yang pernah menjadi pelaku delinkuensi akan berpotensi kembali melakukan tindakan kriminal saat dewasa, sehingga nantinya dapat memengaruhi proses pembangunan nasional. Penelitian ini melakukan analisis regresi data panel dari tahun 2011-2015 pada 27 provinsi untuk mengetahui variabel-variabel yang memengaruhi tingkat delinkuensi anak secara makro berdasarkan social factor delinquency theory. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pendapatan per kapita berpengaruh negatif terhadap tingkat delinkuensi, sedangkan rata-rata lama sekolah, dan persentase pengguna internet berpengaruh positif terhadap tingkat delinkuensi anak di Indonesia.


The term juvenile delinquency is not only used for ordinary child delinquency, but also includes juvenile delinquency which is classified as a crime if this is performed by an adult. The child delinquency in Indonesia is a serious problem and classified as serious crimes as seen from the types of crimes committed by children. Moreover, the number of children in conflict with the law has risen sharply in the last six years. Children who have been perpetrators of delinquency will potentially return to committing criminal acts as adults, so they can later influence the national development process. This study conducted a panel data regression analysis from 2011-2015 in 27 provinces to find out the variables that affect the level of child delinquency based on social factor delinquency theory. The results of this study indicate that the variable income per capita has a negative effect on the level of delinquency, while the average length of schooling and the percentage of internet users have a positive effect on the level of child delinquency in Indonesia.