Pendidikan dan status ekonomi dengan kepatuhan perawatan gigi tiruan lepasan

https://doi.org/10.22146/majkedgiind.26806

Wiworo Haryani(1*), Dwi Eni Purwati(2), S. Satrianingsih(3)

(1) Poltekkes Kementrian Kesehatan, Yogyakarta
(2) Poltekkes Kementrian Kesehatan, Yogyakarta
(3) Poltekkes Kementrian Kesehatan, Yogyakarta
(*) Corresponding Author

Abstract


Education and economic status with removable denturescare users’ obedience. Indonesian usually less maintains dental and oral hygiene increasing 24% in prevalence edentulousness. In oral health, especially to avoid disturbances occurring due to loss of the tooth, it would require the replacement of missing teeth with artificial teeth. Removable denture care users’ obedience is supported by the level of education and economic status. The aim of this study is to determine the correlation between education and economic status with removable denture care wearers’ obedience. This research used observational analytic survey method with cross sectional design. The research location is in Puskesmas Pembantu Tompeyan, Tegalrejo, Yogyakarta working area. The population covers all residents who meet the inclusion criteria which are in the age of more than 20 years old, have their own income, have the will to be respondents, and can work together. The research time was on September until November 2016. The sampling technique is using saturated sampling technique and the sample’s number are 43. The research instrument is removable denture care users’obedience questionnaire in the form of 10 statement checklists.The results of the research were respondents with college education level have the greatest obedience was 13 people (30.2%), while respondents with middle economic status having the biggest obedience were 10 people (23.3%). According to Kendall's Tau test results, this research has a significant relationship between level of education and removable denture care users’ obedience of (p=0.049) and economic status andremovable denture care users’ obedience of (p=0.004). It can be concluded that there is a relationship between level of education and economic status with removable denture care users’ obedience.

 

ABSTRAK

Dalam kesehatan gigi dan mulut terutama untuk menghindari gangguan-gangguan yang dapat terjadi akibat kehilangan gigi tersebut, maka diperlukan penggantian gigi yang hilang dengan gigi tiruan. Kepatuhan perawatan pemakai gigi tiruan lepasan didukung oleh tingkat pendidikan dan status ekonomi. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan status ekonomi dengan kepatuhan perawatan pemakai gigi tiruan lepasan. Metode penelitian ini menggunakan survei observasional dengan rancangan cross sectional. Lokasi penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pembantu Tompeyan, Tegalrejo, Yogyakarta. Populasi meliputi seluruh warga yang memenuhi kriteria inklusi yaitu berusia lebih dari 20 tahun dan menggunakan protesa, sudah memiliki penghasilan, bersedia menjadi responden dan bisa bekerja sama. Waktu penelitian pada bulan September sampai dengan November 2016. Teknik pengambilan sampel dengan teknik total sampling dan jumlah sampel ada 43. Instrumen penelitian adalah kuesioner kepatuhan perawatan gigi tiruan berupa checklist 10 pernyataan. Hasil penelitian menunjukkan responden dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi memiliki kepatuhan terbesar yaitu 13 orang (30,2%) sedangkan responden dengan status ekonomi sedang yang memiliki kepatuhan terbesar yaitu 10 orang (23,3%). Hasil uji Kendall’s Tau menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan perawatan pemakai gigi tiruan lepasan (p=0,049) dan status ekonomi dengan kepatuhan perawatan pemakai gigi tiruan lepasan (p=0,004). Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan antara tingkat pendidikan dan status ekonomi dengan kepatuhan perawatan pemakai gigi tiruan lepasan.

 


Keywords


obedience of denture removable dentures care users; economic status; educational level

Full Text:

PDF7


References

1. Herijulianti E, Indriani SE, Artini S. Pendidikan kesehatan gigi. Jakarta: EGC; 2002.

2. Muluwere VO, Mariati NW, Wicaksono DA. Gambaran pengetahuan dan status kebersihan mulut pada pemakai gigi truan sebagian lepasan di Kecamatan Batu Kota Malalayang. J e-Gigi. 2015; 3(1): 197 - 202.

3. Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan
Nasional.

4. Moreira RS, Nico LS, Tomita NERL. Oral health of brazilian elderly: a systematic
review of epidemiologic status and dental care access. Rep Public Heal. 2015; 21(16):
65 - 75.

5. Budiharto. Pengantar ilmu perilaku kesehatan dan pendidikan kesehatan gigi. Jakarta: EGC;
2008.

6. Harini S. Pengaruh tingkat pendidikan dan sosial ekonomi dengan kebutuhan pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan. Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada; 2005.

7. Gunadi HA. Buku ajar geligi tiruan sebagian lepasan jilid 2. Jakarta: Hipocrates.

8. Moreira RdeS, Nico LS, Tomita NE. Oral health conditions among the elderly in Southeastern
Sao Paulo State. J Appl Oral Sci. 2009; 17(3): 170 - 178.

9. Notoatmodjo S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2003.

10. Badan Pusat Statistik. Gini Ratio Kota Yogyakarta. Yogyakarta: BPS; 2011.

11. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012. 27 - 41.

12. Rahmadhan AG. Serba-Serbi kesehatan gigi dan mulut. Jakarta: Bukune; 2010. 86 - 90.

13. Sugiyono. Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta; 2010.

14. Agtini MD. Persentase pengguna protesa di Indonesia. Media Litbang Kesehat. 2010;
XX(2): 50 - 58.

15. Jatuadomi, Gunawan PN, Siagian KV. Alasan pemakaian gigi tiruan lepasan pada pasien
poliklinik gigi di BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. J e-Gigi. 2016; 4(1): 2 - 7.

16. Pessoa DMdaV, Roncalli AG, Lima KCDe. Economic and sociodemographic inequalities in complete denture need among older Brazilian adults : a cross-sectional populationbased study. BMC Oral Health. 2017; 17(5): 1 - 8. doi:10.1186/s12903-016-0233-9.

17. Deli WLV. Tingkat pendidikan dan status ekonomi dengan kepatuhan pasien perawatan
pulpektomi di klinik dentes yogyakarta. 2013. 30 - 40.

18. Prijadarminto. Kepatuhan sebagai perilaku. Jakarta: Bina Pustaka; 2003.

19. Murakami K, Kondo N, Ohkubo T, Hashimoto H. The effect of fathers’ and mothers’
educational level on adult oral health in Japan. Community Dent Oral Epidemiol. 2016; 44(3):
283 - 291.


20. Tulangow JT, Mariati NW, Mintjelungan C. Gambaran status karies murid Sekolah Dasar Negeri 48 Manado berdasarkan status sosial ekonomi orang tua. J e-Gigi. 2013; 1(2): 85 - 93.


21. Petersen PE, Kwan S. Equity, social determinants and public healt programmes - the case of oral health. Community Dent Oral Epidemiol. 2011; 39(6): 481 - 487.


22. Fisyahri AN. Tingkat pendidikan dan status ekonomi dengan minat menggunakan gigi
tiruan sebagian lepasan pada pra lansia. Skripsi. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta; 2013. 32 - 41.


23. Petersen PE, Kandelman D, Arpin S, Ogawa H. Global oral health of older people – Call for
public health action. Community Dent Health. 2010; 25(2): 257 - 268. doi:10.1922/CDH.



DOI: https://doi.org/10.22146/majkedgiind.26806

Article Metrics

Abstract views : 4213 | views : 14515

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Copyright (c) 2017 Majalah Kedokteran Gigi Indonesia

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


 

 View My Stats


real
time web analytics