Evaluasi konversi icpc-2r dari icd sebagai upaya peningkatan kualitas pelayanan puskesmas

https://doi.org/10.22146/jisph.8688

Dewi Lena Suryani(1*)

(1) Health Management Information System, Faculty of Medicine, Gadjah Mada University
(*) Corresponding Author

Abstract


LatarBelakang: ICD merupakan klasifikasi penyakit dan masalah kesehatan dalam bentuk huruf dan angka (WHO 2011). Kode ICD dirasa belum dapat memenuhi kebutuhan informasi koding morbiditas, karena untuk Puskesmas masih terdapatnya masalah 63,16% pada 12 Bab yang digunakan (Wockenfuss et al., 2009). Puskesmas lebih tepat menggunakan ICPC-2R, dengan konsep episode pelayanan pasien/ RFE yang juga tercakup dalam sistem PCARE. Diperlukan konversi antara ICD ke ICPC-2R agar keduanya dapat terbaca dari mapping terminologi medis yang sama untuk menyatukan dua prinsip koding tersebut.

Tujuan: 1). Mengetahui hasil mapping konversi ICPC-2R dari ICD pada SIMPUS; 2). Mengetahui dimensi mutu yang mempengaruhi kualitas pelayanan dari penerapan konversi; dan 3). Melakukan evaluasi hasil penerapan konversi.

Metode:Penelitian diskriptif analitik dengan rancangan bersifat observasional. Indept interview pada subyek penelitian 18 responden data SIMPUS Puskesmas Sukoharjo dan Puskesmas Mojolaban. Data dianalisis secara deskriptif dan kualitatif pada konversi SIMPUS web based dan tanpa konversi SIMPUS single user dari software standard ICPC-2R bahasa Indonesia sesuai lisensi WONCA.

Hasil: Mapping konversi ICPC-2R dari ICD pada SIMPUS berhasil dilakukan. Sebelum konversi, dilakukan identifikasi 431 kode ICD pada SIMPUS. 261 (57,62%) sesuai, 192 (42,38%) tidak sesuai. Dilakukan desain ulang data base, dan memasukkan konversi ICPC-2R dalam SIMPUS. Pengaturan ulang koding juga dilakukan menggunakan ICPC-2R. Berdasarkan ijin dan kebijakan DKK maka dari standard 3801 kode, yang bisa dipakai 190 (4,99%) sedangkan yang tidak dipakai 3611 (95,01%). Hasil koding yang benar meningkat 94,92% dan koding salah 5,08%. Perbaikan koding data base, upgrade, dan ujicoba semakin lengkap dengan dimasukkannya data bayar dan query. Bahasa terminologi medis dari diagnosis pasien diperbaiki sebanyak 117. Dari segi penggunaan setelah konversi, SIMPUS dirasakan efektif (53,7%). Pemeriksaan sakit perut dan pengambilan test hasil golongan darah, ICPC-2R dimasukkan dalam koding B60, tetapi tidak ada padanan konversi ini di ICD-10. Hasil koding ICPC-2R tertinggi R74 untuk Infeksi Saluran Napas Akut. Dibutuhkan Man, Money, Material, Method yang handal untuk implementasinya secara maksimal.

Kesimpulan: ICPC-2R sangat layak untuk diterapkan di Puskesmas sebagai pengganti/pelengkap ICD-10 dan lebih sesuai karena berbasis episode pelayanan. ICPC-2R akan mampu mendukung upaya peningkatan pelayanan kesehatan. Jika dapat dilaksanakan secara utuh dalam electronic medical record dalam SIMPUS, dapat diketahui status data kesakitan (severity illness) dan status kondisi pasien. Dijalankannya secara konsisten dan reliable, akan sangat mendukung program monitoring dan evaluasi program Puskesmas. Konsep ini dapat digunakan untuk mengetahui riwayat kesehatan pasien secara menyeluruh, kondisi epidemiologi dari kasus penyakit dan pengobatan pasien secara berkesinambungan. Jika konversi diterapkan 100%, dapat membantu konsep data PCARE sebagai pemantauan pembiayaan kesehatan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di pelayanan kesehatan primer. Episode of care yang terpola dalam ICPC-2R, merupakan implementasi dari PCARE di Puskesmas. ICPC-2R sangat memungkinkan diterapkan dalam P-Care untuk membantu status pelayanan pasien secara berkesinambungan dengan pembiayaan sesuai tindakan.


Keywords


konversi, evaluasi, ICPC-2R, ICD-10, dimensi kualitas, Puskesmas



References

Bisht, R. et al., (2012) Understanding India, globalisation and health care systems: a mapping of research in the social sciences, Globalization and Health; Biomed Central; Centre of Social Medicine and Community Health, School of Social Sciences, Jawaharlal Nehru University, India, 8:32. 2.BPJS, (2015) Sistem Pelayanan PCARE BPJS Kesehatan. http://bpjskesehatan1.blogspot.co.id/ 2015/03. 3.Charity, M. et al., (2013) Extending ICPC-2 PLUS terminology to develop a classification system specific for the study of chiropractic encounters, Chiropractic & manual therapies, University of Melbourne, Australia, PP.4-13. 4.Dinas Kesehatan Sukoharjo, (2011) Profil Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, Sukoharjo Jawa Tengah. 5.Djanun, Z., (2012) International Classification of Primary Care; Pelatihan Sistem Pelaporan dalam Pelayanan Dokter Keluarga untuk Menjamin Mutu Pelayanan, Jakarta. 6.Gimbel, S. et al., (2011) An assessment of routine primary care health information system data quality in Sofala Province, Mozambique. Population Health Metrics, 9(1), p.12. Available at:http://www.pophealthmetrics.com/content/9/1/12. 7.Hatta, G., (2012) Pelatihan Elektronis on-line ICD-10 (2010) dan ICPC-2R (2005), Jakarta.Kemenkes, RI, 2011, Profil Kesehatan Indonesia 2010, Jakarta. 8.Kemenkes, RI, (2011). Profil Kesehatan Indonesia 2010, Jakarta. 9.Murti, B., (2006) Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 10.Okkes, I.M. et al., (2000) ICPC-2-E: The electronic version of ICPC-2. Differences from the printed version and the consequences. Family practice, 17(2), pp.101–7. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10758069 11.Okkes, I.M. et al., (2002) The March 2002 update of the electronic version of ICPC-2. A step forward to the use of ICD-10 as a nomenclature and a terminology for ICPC-2. Family practice, 19(5), pp.543–546. 12.Raeisi, A.R. et al., (2013) District Health Information System Assessment : A Case Study in Iran. , 21(December 2012), pp.30–35. 13.Sugiyono, (1999) Statistika untuk Penelitian Cetakan kedua. A. Nuryanto, ed., Bandung: Alfabeta. 14.Suparyanto, (2010) Design Research: Rancangan Penelitian Ilmiah. http://hasniadiv.blogspot.co .id/. 15.Wang, Y. et al., (2008) A computational linguistics motivated mapping of ICPC-2 PLUS to SNOMED CT. BMC medical informatics and decision making, 8 Suppl 1(Suppl 1), p.S5. Available at: http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=2582792&tool= pmcentrez&rendertype=abstractnhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC 258279 2 /. 16.WHO, (2011), International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems Tenth Revision, WHO, Geneva. 17.Wockenfuss, R. et al., (2009) Three-and four-digit ICD-10 is not a reliable classification system in primary care, Scandinavian Journal of Primary Care, Scandinavian Journal of Primary Care, Informa Healthcare, 27: 131-6. 18.Wolfenstetter, S.B. & Wenig, C.M., (2011) Costing of physical activity programmes in primary prevention: a review of the literature.Health Economics Review, 1(1), p.17. Available at: http://www.healtheconomicsreview.com/content/1/1/17. 19.WONCA International Classification Committe, W.O. of F.D., (2005) International Classification of Primary Care ICPC-2R Revised Second Edition second edi., New York: Oxford University Press Inc.,



DOI: https://doi.org/10.22146/jisph.8688

Article Metrics

Abstract views : 1981 | views : 1404 | views : 284

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Copyright (c) 2020 Journal of Information Systems for Public Health

shopify traffic stats View My Stats