2024-03-28T19:11:45Z
https://jurnal.ugm.ac.id/index/oai
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1345
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"121122 2012 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Setiawan, Agus Budi
Purwanti, Setyastuti
Toekidjo, Toekidjo
Lima varietas cabai merah, yaitu Branang, Gantari, Lokal Pakem, Lembang-1, dan Kusuma dilihat pertumbuhan dan hasil benihnya dari bulan Desember 2011 hingga Mei 2012. Percobaan lapangan dilaksanakan di Dusun Pandanpuro, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman pada ketinggian 505 m diatas permukaan laut. Penelitian disusun dalam rancangan acak kelompok lengkap dengan empat ulangan. Unit percobaan terdiri dari 60 tanaman dengan jarak tanam 50 cm x 50 cm. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil benih lima varietas cabai merah di dataran menengah. Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam pada tingkat kepercayaan 95%, dan untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan dilakukan dengan Uji Jarak Ganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test) pada tingkat kepercayaan 95%. Untuk mengetahui hubungan antara dua variabel dilakukan analisis korelasi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lima varietas cabai merah memiliki pertumbuhan dan hasil benih yang berbeda di dataran menengah. Cabai merah keriting varietas Lembang-1 mempunyai pertumbuhan terbaik dan hasil buah tertinggi (10,22 ton/ha), diikuti oleh Kusuma (8,71 ton/ha), kemudian Lokal Pakem (7,37 ton/ha). Cabai merah besar varietas Gantari mempunyai pertumbuhan terbaik dan hasil buah tertinggi (8,5 ton/ha) dibandingkan dengan varietas Branang (6,5 ton/ha). Cabai merah keriting varietas Lembang-1 mempunyai hasil benih tertinggi (46,12 gram/tanaman), diikuti oleh Kusuma (37,21 gram/tanaman), dan Lokal Pakem (25,28 gram/tanaman). Hasil benih cabai merah besar varietas Branang (29,62 gram/tanaman) lebih baik dari pada varietas Gantari (28,05 gram/tanaman). Nilai komersial dari cabai merah adalah rasa pedas. Kadar capsaicin berpengaruh terhadap tingkat kepedasan. Kadar capsaicin tertinggi dimiliki oleh cabai merah keriting varietas Kusuma (1,12%) dan Lokal Pakem (0,91%) dibandingkan dengan ketiga varietas cabai merah lainnya.
Universitas Gadjah Mada
2012-11-22 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1345
Vegetalika; Vol 1, No 3 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1350
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"121122 2012 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Brian Wijaya, Prapto Yudono, Rohlan Rogomulyo, Rizky
Penelitian yang berjudul uji efikasi herbisida pratumbuh untuk pengendalian gulma pada pertanaman tebu (Saccharum officinarum L.) telah dilaksanakan di kebun percobaan Departemen Research & Development PT Gula Putih Mataram, Lampung Tengah pada bulan Desember 2011 sampai dengan Maret 2012. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok lengkap terdiri dari tiga blok yang masing-masing bloknya terdiri dari 9 perlakuan dan 1 kontrol. Perlakuan diterapkan adalah kombinasi dosis dan jenis herbisida pratumbuh diantaranya Diuron, Ametrin dan 2,4-D.
Hasil penelitian menunjukkan dari seluruh petak perlakuan herbisida pratumbuh, efikasi perlakuan Diuron 2 kg/ha, 2,5 kg/ha, dan 3,5 kg/ha mampu menekan pertumbuhan gulma utama yaitu Dactyloctenium aegyptium, Boreria alata, Cynodon dactylon dan Cleome rutidospermae dengan lebih baik sampai dengan 8 Minggu Setelah Aplikasi. Aplikasi herbisida pra tumbuh tidak menunjukkan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan tunas tebu. Perlakuan kombinasi herbisida Diuron + 2,4-D dengan dosis 2,5 kg/ha + 1,5 l/ha menunjukkan peningkatan populasi induk dan anakan tebu.
Universitas Gadjah Mada
2012-11-22 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1350
Vegetalika; Vol 1, No 3 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1353
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"121122 2012 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Putra, Rohmanti Rabaniyah, Nasrullah, Desmawan
Peningkatan produksi kopi harus diawali dengan penyediaan benih yang bermutu, terjangkau dan tersedia dalam jumlah yang cukup. Permasalahan yang kemudian muncul adalah benih kopi memiliki kulit biji yang keras sehingga impermiabel terhadap air Perkecambahan benih kopi di dataran rendah yang bersuhu 30°C - 35°C memerlukan waktu 3 – 4 minggu, sedangkan di dataran tinggi yang bersuhu relatif lebih dingin membutuhkan waktu yang lebih lama yaitu 6 – 8 minggu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui suhu perendaman dan lama perendaman yang tepat untuk mempercepat perkecambahan benih kopi. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dan di Desa Candiroto, Temanggung, Jawa Tengah pada bulan Mei-September 2011. Rancangan yang digunakan adalah RCBD Faktorial (3x3) + 1 kontrol dengan 4 ulangan sebagai blok. Faktor pertama berupa suhu air awal perendaman (30°C, 60°C, 90°C), sedangkan faktor kedua berupa lama perendaman (10 menit, 20 menit, 30 menit). Benih direndam selama 1 hari dan setiap hari selama 7 hari. Benih dilakukan 3 kali pengujian yaitu pada waktu sebelum perendaman, setelah 1 hari perendaman, dan setelah perendaman setiap hari selama 7 hari. Variabel yang diamati meliputi laju repirasi, DHL, kadar air benih, daya tumbuh benih, indeks vigor, kecepatan berkecambah, vigor hipotetik. Hasil penelitian menunjukkan perendaman benih setiap hari selama 7 hari dengan suhu air awal 90°C selama 30 menit mampu meningkatkan daya tumbuh dan indeks vigor benih kopi.
Universitas Gadjah Mada
2012-11-22 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1353
Vegetalika; Vol 1, No 3 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1354
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"121122 2012 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Ermawati, Didik Indradewa, Sri Trisnowati, Dewi
Krisan merupakan tanaman hari pendek yang perkembangan dan inisiasi bunganya dipengaruhi oleh lama penyinaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh warna cahaya tambahan terhadap pembungaan tiga varietas krisan dan mendapatkan warna cahaya yang paling sesuai bagi pertumbuhan dan pembungaan krisan. Penelitian terdiri dari dua faktor yang disusun dalam rancangan petak terbagi, warna cahaya tambahan merupakan petak utama dan varietas sebagai anak petak. Cahaya tambahan yang digunakan meliputi cahaya warna putih, merah, biru dan tanpa cahaya, sedangkan varietas yang digunakan yakni varietas Fiji kuning, Fiji putih dan Remix Red.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman krisan yang mendapatkan cahaya tambahan memiliki pertumbuhan yang lebih baik dan umur yang lebih panjang, tanaman krisan dengan cahaya tambahan warna putih dan merah memilki umur paling panjang, begitu pula dengan induksi pembungaannya, tanaman yang mendapatkan cahaya tambahan berwarna putih dan merah memiliki induksi pembungaan yang lebih lama. Varietas Fiji kuning yang mendapat cahaya tambahan warna biru memiliki diameter bunga yang paling besar dan diameter bunga varietas Fiji putih paling besar pada cahaya berwarna merah. Diameter bunga krisan varietas Remix Red tidak terpengaruh oleh penambahan cahaya dengan berbagai warna.
Universitas Gadjah Mada
2012-11-22 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1354
Vegetalika; Vol 1, No 3 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1356
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"121122 2012 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Heskia Sebayang, Didik Indradewa, Dody Kastono, Eka
Sistem genangan dalam parit adalah usaha pengairan yang dilakukan dengan meninggikan bedengan dan memberikan pengairan dalam parit terus-menerus. Sistem genangan dalam parit merupakan salah satu sistem yang dapat mengefisiensikan penggunaan air namun dapat meningkatkan pertumbuhan gulma Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang pengaruh jeluk muka air padi genangan dalam parit pada berbagai fase pertumbuhan terhadap pertumbuhan gulma dan hasil padi serta jeluk muka air yang paling baik untuk menekan pertumbuhan gulma.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilaksanakan di desa Sidoarum, kecamatan Godean, kabupaten Sleman mulai bulan Juli sampai November 2011. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak blok lengkap dengan ulangan sebanyak 3 kali. Perlakuan yang digunakan adalah pengaturan jeluk muka air genangan 0, 10, dan 20 cm dari permukaan bedengan pada fase pertumbuhan tanaman yaitu fase vegetatif, reproduktif, dan pemasakan yang terdiri atas 10 aras. Parameter yang dikumpulkan adalah kadar lengas tanah, penerusan cahaya, SDR, berat kering gulma, dan berat gabah kering.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) Kadar lengas sistem genangan dalam parit dengan jeluk 0 dan 10 cm dapat menyamai sistem sawah saat fase pemasakan, (2) Pengaturan jeluk muka air sistem genangan dalam parit pada setiap fase pertumbuhan padi mengakibatkan berat kering gulma meningkat, (3) Peningkatan berat kering gulma menurunkan hasil gabah padi secara tidak nyata baik pada sistem genangan dalam parit maupun sawah.
Universitas Gadjah Mada
2012-11-22 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1356
Vegetalika; Vol 1, No 3 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1357
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"121122 2012 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Mahrani, Rohmanti Rabaniyah, Prapto Yudono, Eva
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian lapisan kedap debu gunung Merapi dalam menahan kehilangan air dari media perakaran dan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk NPK terhadap pertumbuhan awal tanaman buah naga. Penelitian dilaksanakan di lahan pasir pantai milik Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada yang terletak di Purworejo, pada bulan Oktober 2011 sampai dengan Februari 2012. Rancangan yang digunakan adalah faktorial 3 x 3 yang disusun secara acak kelompok lengkap (RAKL) dengan 3 blok sebagai ulangan. Faktor pertama adalah lapisan kedap yang berupa debu gunung Merapi yang diberikan 1 kg/pot, 2 kg/pot, dan 3 kg/pot. Faktor kedua berupa dosis pupuk NPK sebanyak 50 gram/pot, 100 gram/pot, dan 150 gram/pot. Tanaman di tanam pada bis beton diameter 60 cm dan diberi pupuk kandang sebanyak 20 kg/pot. Setiap pot berisi 4 bibit. Perlakuan lapisan kedap debu gunung Merapi dan dosis pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel pengamatan. Pertumbuhan awal buah naga baik, dilihat dari tinggi tanaman selama 4 bulan dapat mencapai rata – rata 154,50 cm dengan diameter tunas yang mencapai 4,23 cm. Pertumbuhan buah naga mulai meningkat setelah diaplikasikan pupuk NPK, yaitu setelah umur tanaman 6 mst yang ditunjukkan oleh tinggi tanaman, jumlah tunas, diameter tunas, dan panjang tunas.
Universitas Gadjah Mada
2012-11-22 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1357
Vegetalika; Vol 1, No 3 (2012)
ind
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/download/1357/2514
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1358
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"121122 2012 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Wijoseno, Didik Indradewa, Eka Tarwaca Susila Putra, Gatot
Penelitian bertujuan untuk 1) mengetahui karakter morfologi, potensi hasil, dan ketahanan curah hujan rendah dan tinggi klon PGL 1, 3, 4, 7, 10, 11, 12, 15, dan 17, 2) menentukan klon PGL yang berdaya hasil tinggi dan tahan cekaman curah hujan rendah maupun cekaman curah hujan tinggi, dan 3) menentukan hubungan kekerabatan diantara klon-klon PGL yang diuji mendasarkan kepada data karakter morfologi dan potensi hasil. Penelitian lapangan disusun dalam rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) faktor tunggal dengan tiga blok sebagai ulangan. Faktor tunggal yang diuji adalah sembilan klon PGL yaitu PGL 1, 3, 4, 7, 10, 11, 12, 15, dan 17. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot per pucuk dan panjang ruas tunas mempengaruhi potensi hasil tiap klon secara langsung, sedangkan karakter morfologi lainnya tidak berpengaruh. Klon PGL 12 memiliki potensi hasil pucuk tinggi dan tingkat ketahanan terhadap berbagai aras curah hujan sehingga berpeluang untuk dilepas sebagai klon unggul nasional. Berdasarkan data karakter morfologis dan potensi hasil, klon PGL dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu I (PGL 1, PGL 3, PGL 4, PGL 10 dan PGL 11), II (PGL 7 dan PGL 17), III (PGL 12), dan IV (PGL 15). Berdasarkan data produksi, klon PGL dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu klon produksi rendah (PGL 1 dan PGL 7), klon produksi menengah (PGL 3, PGL 4, PGL 10, PGL 11, dan PGL 17), dan klon produksi tinggi (PGL 12 dan PGL 15).
Universitas Gadjah Mada
2012-11-22 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1358
Vegetalika; Vol 1, No 3 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1359
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"121122 2012 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
, Didik Indradewa, dan Eka Tarwaca Susila Putra, Kiswanto
Penelitian telah dijalankan untuk menentukan pertumbuhan dan hasil jagung, kacang tanah, serta jahe pada beberapa tingkat perkembangan sistem agroforesti berbasis jati. Penelitian disusun dalam rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) faktor tunggal dengan tiga blok sebagai ulangan. Faktor tunggal berupa tingkat perkembangan sistem agroforestri berbasis jati yaitu fase awal, tengah dan lanjut. Pengamatan dilakukan terhadap variabel pertumbuhan dan hasil jagung, kacang tanah serta jahe. Data yang diperoleh dianalisis Varians (ANOVA) pada level 5%, dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan jika terdapat beda nyata antar perlakuan. Hasil penelitian memberikan informasi bahwa tingkat perkembangan tegakan jati berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sela. Jagung pada agroforestri fase awal memiliki pertumbuhan dan hasil yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan fase tengah dan lanjut. Namun, kacang tanah memiliki pertumbuhan dan hasil yang sama bila ditanam pada agroforestri fase awal dan tengah. Sementara itu, pada agroforestri fase lanjut kacang tanah memiliki pertumbuhan dan hasil yang rendah dibandingkan dengan agroforestri fase awal dan tengah. Berbeda dengan jagung dan kacang tanah, jahe memiliki pertumbuhan dan hasil tertinggi pada agroforestri fase tengah. Oleh karena itu, tanaman yang direkomendasikan untuk agroforestri berbasis jati fase awal adalah jagung dan kacang tanah (sebagai sumber pangan dan pakan ternak ruminansia). Pada agroforestri fase tengah dapat ditanami jahe sebagai bahan herbal. Sementara itu, agroforestri fase lanjut memiliki potensi sebagai sumber pakan ternak ruminansia apabila di bawah tegakan jati ditanami jagung maupun kacang tanah.
Universitas Gadjah Mada
2012-11-22 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1359
Vegetalika; Vol 1, No 3 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1360
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"121122 2012 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Bernard Ferryal, Prapto Yudono, Toekidjo, Maranatha
Pengaruh umur panen terhadap hasil benih kacang tunggak merupakan kajian utama penelitian ini.Kualitas dan kuantitas benih menjadi faktor penting dalam kegiatan produksi benih.Kualitas benih diindikasikan dengan daya tumbuh (d.t.) dan indeks vigor yang berkaitan dengan tingkat kemasakan polong. Penelitian dilaksanakan dengan dua perlakuan, terdiri dari sepuluh kultivar kacang tunggak dan lima waktu panen. Delapan aksesi kacang tunggak asal D.I. Yogyakarta dan dua varietas unggul (KT-1 dan KT-6) menjadi material penelitian ini. Perlakuan waktu panen dibagi dalam lima tahap berselang sepuluh hari terhitung sejak antesis (hsa) di pertanaman mencapai 50 %. Masak fisiologis (m.f) benih Aksesi Bantul, Tempel, Wonosari, Wates, dan Kalibawang pada 30 hsa sedangkan benih Aksesi Imogiri, Prambanan, dan Semin serta KT-1 dan KT-6 pada 40 hsa. Penundaan waktu panen hingga 10 hari (20 hari pada Aksesi Wates dan Kalibawang) dapat dilakukan tanpa mempengaruhi kualitas benih (d.t. > 90 %). Umur panen mempengaruhi dua hal pada benih yaitu pengisian materi biji berupa cadangan makanan dan penurunan kadar air biji. Biji yang mencapai m.f. memiliki materi biji dengan kapasitas maksimum dan kadar air rendah sehingga memiliki mutu benih yang baik. Aksesi Wates dan Tempel dapat direkomendasikan calon varietas harapan. Aksesi Wates memiliki potensi hasil yang tinggi mencapai 2184,36 kg/ha, indeks panen tinggi, bobot brangkasan besar, dan berumur pendek (m.f. 75 hari), sedangkan Aksesi Tempel memiliki tipe pertumbuhan yang tegak, berumur pendek (m.f. 67 hari), indeks panen tinggi, dan potensi hasil cukup tinggi sebesar 1376,68 kg/ha.
Universitas Gadjah Mada
2012-11-22 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1360
Vegetalika; Vol 1, No 3 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1361
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"121122 2012 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Indrawati, Didik Indradewa, Sri Nuryani Hidayah Utami, Ratna
Penelitian ini dilaksanakan di daerahMangkudaranan, Margorejo, Tempel, Sleman, Yogyakarta mulai Juli 2011 hingga Januari 2012. Penelitian inimenggunakan rancangan petak terbagi dengan 3 ulangan dan 20 kombinasi perlakuan. Faktor pertama sebagaipetak utama komposisi media arang serbuk sabut kelapa yaitu 0%, 33%, 50%, 67%, dan 100%. Faktor keduasebagai anak petak kadar nutrisi, yaitu 2 ml/liter, 5 ml/liter, 10 ml/liter, dan 15 ml/liter. Pada penelitian inidilakukan pengamatan terhadap media komposisi meliputi pH, porositas total, kadar lengas, kapasitaspertukaran kation, daya hantar listrik, kadar C/N pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman tomat. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa arang serbuk sabut kelapa memiliki pori mikro lebih banyak dibandingkandengan arang sekam sehingga kemampuan menjerap dan menahan nutrisi arang serbuk sabut kelapa lebihtinggi. Hasil bobot buah total pada media dengan penambahan arang serbuk sabut kelapa setara dengan hasilbobot buah total media arang sekam sehingga arang serbuk sabut kelapa dapat digunakan sebagai mediatanam hidroponik. Kadar nutrisi lebih dari 5 ml/liter akan menghambat pertumbuhan tanaman tomat namundapat meningkatkan kandungan gula buah tomat.
Universitas Gadjah Mada
2012-11-22 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1361
Vegetalika; Vol 1, No 3 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1362
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"121122 2012 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Chariesma Andhi.W.A, Aziz Purwantoro, dan Prapto Yudono, Tatag
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari aspek fisiologis dan biokimia perkecambahan benih jagung (Zea mays) pada umur penyimpanan yang berbeda. Umur penyimpanan benih mempengaruhi kecepatan pertumbuhan serta produksi tanaman. Benih baru pada umumnya memiliki pertumbuhan yang lebih pesat dibandingkan dengan benih-lama. Penelitian ini disusun menggunakan 2 perlakuan berdasarkan umur penyimpanan benih. Perlakuan pertama adalah benih jagung baru dengan umur simpan 2 minggu, perlakuan kedua adalah benih jagung lama dengan umur simpan 10 bulan. Masing-masing perlakuan memiliki empat ulangan dengan setiap ulangan memiliki sampel 540 butir benih jagung. Masing-masing perlakuan dikecambahkan selama 7 hari dan dilakukan pengamatan terhadap gaya berkecambah, indeks vigor, pertumbuhan tunas, pertumbuhan panjang akar, berat kering kecambah normal, laju respirasi dan kadar pati. Perlakuan umur penyimpanan benih 2 minggu dan 10 bulan memberikan hasil yang berbeda nyata untuk variabel laju respirasi, kadar pati, pertumbuhan tunas, pertumbuhan akar, berat kering kecambah, daya berkecambah dan indeks vigor. Pada perlakuan umur penyimpanan benih 2 minggu, hubungan antara pertumbuhan tunas, pertumbuhan akar dan berat kering kecambah normal memiliki korelasi positif dengan laju respirasi benih, serta korelasi negatif dengan kadar pati benih. Pada perlakuan umur penyimpanan benih 2 minggu, hubungan antara daya berkecambah dan indeks vigor memiliki korelasi positif dengan laju respirasi benih, serta korelasi negatif dengan kadar pati benih.
Universitas Gadjah Mada
2012-11-22 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1362
Vegetalika; Vol 1, No 3 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1363
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"121122 2012 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Rahma Yunita, Taryono, Nasrullah, Tika
Saat ini dunia mulai mengalami kelangkaan sumber energi dari bahan bakar fosil, karena peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang tidak diimbangi dengan ketersediaan bahan bakar minyak (BBM). Oleh karena itu diperlukan bahan bakar alternatif yang salah satunya adalah bioethanol, yang berbahan baku tanaman mengandung pati dan gula, seperti sorgum manis. Salah satu keunggulan sorgum manis adalah dapat ditanam di daerah kering, tetapi ketahanan masing-masing kultivar berbeda terhadap cekaman kekeringan, tergantung fase pertumbuhannya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji keragaan sorgum manis pada kondisi tercekam kekeringan. Cekaman kekeringan diberikan kepada 12 kultivar sorgum manis, berdasarkan fase pertumbuhannya yaitu tanpa cekaman kekeringan, cekaman kekeringan saat berdaun bendera, dan cekaman kekeringan saat berdaun delapan. Tidak terdapat pengaruh nyata cekaman kekeringan terhadap 12 kultivar sorgum manis pada sifat jumlah daun, panjang dan jumlah akar, panjang dan jumlah malai, berat 100 biji dan hasil biji, umur berbunga, umur panen, dan padatan terlarut, tetapi terdapat pengaruh nyata pada sifat tinggi tanaman, diameter batang, jumlah batang, berat berangkasan segar, dan berat berangkasan kering. Kultvar Sorgama 3 dan Sorgama 5 menunjukkan pengurangan tinggi tanaman. Kultivar Sorgama 4 menunjukkan diameter yang menurun, sedangkan UGM SS1 dan Sorgama 5 mengurangi jumlah batang. Kultivar UGM SS1, Kotabun, Sorgama 3, dan Sorgama 5 pada kondisi cekaman kekeringan lama mengurangi berat berangkasan segar. Sama seperti berat berangkasan segar, pada berat berangkasan kering kultivar Sorgama 3, dan Sorgama 5 menunjukkan pengurangan beratnya saat tercekam berdaun delapan. Kultivar Sorgama 5 dapat digunakan sebagai tanaman penghasil bioethanol, karena memiliki nilai padatan terlarut tinggi, dan tahan cekaman kekeringan.
Universitas Gadjah Mada
2012-11-22 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1363
Vegetalika; Vol 1, No 3 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1364
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"121122 2012 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Alam, Tohari, dan Dja’far Shiddieq, Taufan
Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tanggapan jagung terhadap sistem parit berbahan organik dan dosis kalium di lahan kering pada tanah vertic. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilaksanakan di lahan petani, Dusun Sidowayah, Kelurahan Wareng, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mulai bulan Februari sampai Juni 2011.
Rancangan Percobaan yang digunakan adalah rancangan petak terbagi (split plot). Faktor pertama adalah sistem parit terdiri 3 taraf yaitu tanpa parit + tanpa bahan organik, parit + tanpa bahan organic, dan parit + bahan organic. Faktor kedua adalah dosis KCL terdiri atas 3 taraf yaitu tanpa KCl, 50 % dari rekomendasi Dinas Pertanian (37,5 kg/ha), dan 100 % dari rekomendasi Dinas Pertanian (75 kg/ha). Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam α = 5 %, apabila terdapat beda nyata antar perlakuan maka dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) α = 5 %.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antar perlakuan parit dengan dosis kalium berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 6–12 minggu setelah tanam (mst), luas daun umur 12 mst, bobot kering umur 12 mst, indeks luas daun umur 12 mst, laju asimilasi bersih umur 12–6 mst, panjang tongkol, bobot biji per plot percobaan, bobot biji per hektar, dan serapan K. Parit berbahan organik meningkatkan hasil biji per hektar sebesar 40,34 % dibandingkan perlakuan tanpa parit + tanpa bahan organik. Pemupukan kalium 100 % dari rekomendasi Dinas Pertanian (75 kg/ha) meningkatkan hasil biji per hektar sebesar 43,68% dibandingkan perlakuan tanpa pupuk kalium.
Universitas Gadjah Mada
2012-11-22 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1364
Vegetalika; Vol 1, No 3 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1365
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"121122 2012 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Hapsari Murdianingtyas, Didik Indradewa, dan Nikardi Gunadi, Putri
Paprika merupakan salah satu sayuran yang memiliki prospek yang bagus, namun produksi dalam negeri masih terbatas. Upaya untuk menanggulangi kendala tersebut dengan hidroponik dan pengurangan daun. Penelitian ini menggunakan dua varietas paprika yaitu varietas Inspiration dan Chang. Tujuan mengurangi daun dengan menyisakan daun per ruas per tanaman agar pertumbuhan dan hasil tanaman paprika dapat optimal.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT) dengan 3 ulangan. Petak utama terdiri dari dua varietas, yaitu V1 = Varietas Inspiration, V2 = Varietas Chang, dan sebagai anak petak, yaitu P1 = pengurangan daun dengan sisa dua daun per ruas, P2 = pengurangan daun dengan sisa tiga daun per ruas, dan P3 = pengurangan daun dengan sisa satu, tiga, lima daun per ruas per tanaman. Pengamatan yang dilakukan adalah penyekapan cahaya, tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, luas daun, jumlah buah, dan hasil panen buah. Hasil penelitian menunjukkan, varietas Chang memiliki hasil panen yang lebih tinggi daripada varietas Inspiration, namun pertumbuhan tanamannya tidak berbeda. Pengurangan daun dengan sisa dua daun menghasilkan tanaman yang lebih tinggi, namun ukuran daun dan hasil panen buahnya tidak berbeda dibandingkan dengan pengurangan daun sisa tiga daun dan sisa satu sampai lima daun.
Universitas Gadjah Mada
2012-11-22 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1365
Vegetalika; Vol 1, No 3 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1366
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"121122 2012 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Karina, Sri Trisnowati, Didik Indradewa, Ar Roufi
Stroberi merupakan produk hortikultura yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan banyak dikonsumsi dalam bentuk segar maupun dalam bentuk olahan. Selain rasanya yang enak, buah stroberi banyak mengandung vitamin dan anti oksidan yang berguna bagi kesehatan tubuh. Akan tetapi, buah stroberi mudah rusak dan memiliki umur simpan yang singkat. Agar penurunan mutu dan masa jual buah dapat diperpanjang, diperlukan upaya yang dapat menghambat kerusakannya. Penelitian ini bertujuan untuk memperpanjang umur simpan buah stroberi dengan cara pelapisan buah menggunakan kitosan. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok lengkap dengan dua faktor. Faktor pertama adalah macam kitosan yang terdiri atas kitosan kepiting dan kitosan udang, sedangkan faktor kedua adalah kadar kitosan yang terdiri atas kadar 1%, 1,5%, 2%, 2,5%, dan 3%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa buah stroberi yang dilapisi kitosan memiliki umur simpan yang lebih panjang dan mutu yang lebih baik daripada buah stroberi tanpa pelapisan kitosan. Masa simpan terpanjang dan mutu buah terbaik dicapai oleh pelapisan kitosan kepiting 3%. Buah stroberi yang dilapisi kitosan kepiting 3% tersebut dapat bertahan sampai dengan hari ke-6 dengan nilai susut berat yang paling rendah, nilai kekerasan paling tinggi dan nilai VQR paling tinggi yang menunjukkan buah masih terlihat cukup segar dengan kerusakan sedang. Selain itu buah dengan pelapisan kitosan kepiting 3% memiliki warna paling cerah dengan kandungan antosianin paling rendah, nilai padatan terlarut total (PTT) 7,99oBrix dan kandungan asam 13,81%, menunjukkan buah sudah terasa manis meskipun masih ada rasa asam, sesuai dengan penilaian konsumen. Konsumen juga menilai buah stroberi yang dilapisi kitosan kepiting 3% memiliki penampilan yang cukup menarik dan persentase serangan jamur yang hanya 17,16%, sehingga cukup diterima oleh konsumen.
Universitas Gadjah Mada
2012-11-22 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1366
Vegetalika; Vol 1, No 3 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1379
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"121213 2012 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Sri Sayekti, Djoko Prajitno, Toekidjo, Rahmi
Kacang tunggak tergolong tanaman bahan pangan, pakan, dan bahan baku industri. Penggunaan kacang tunggak masih terbatas untuk sayuran segar (daun muda dan polong muda), biji kering (campuran gudeg dan lodeh), dan lauk pauk. Banyak faktor yang ikut berperan pada peningkatan produksi dan produktivitas kacang tunggak, antara lain penanaman varietas unggul dan benih bermutu, perbaikan cara budidaya, cara pengendalian hama-penyakit, dan penanganan pasca panen yang baik. Kurangnya penelitian terhadap spesies-spesies yang kurang dimanfaatkan akan menyebabkan terdesaknya spesies-spesies tersebut oleh adanya budidaya tanaman lain yang telah umum diusahakan misalnya padi, jagung, kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian sifat-sifat penting dari tanaman yang kurang diperhatikan.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (Randomized Complete Block design = RCBD) dengan 10 perlakuan (8 tanaman lokal dan 2 varietas unggul) dan 3 ulangan. Berdasarkan seleksi hasil polong per hektar terhadap 8 aksesi yang dibandingkan dengan kacang tunggak unggul varietas KT-1 dan KT-6, didapatkan kacang tunggak asal Semin dan Wates sebagai promising line karena hasil polong per hektar yang tinggi.Terdapat berbagai keragaman sifat-sifat kualitatif dan kuantitatif kacang tunggak (Vigna unguiculata {L.} Walp) yang tumbuh di beberapa wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Kacang tunggak unggul varietas KT-1 memiliki kekerabatan yang paling jauh dibandingkan kacang tunggak lain pada penelitian ini.
Universitas Gadjah Mada
2012-12-14 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1379
Vegetalika; Vol 1, No 1 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1380
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"121214 2012 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Anggara Febriarta, Endang Sulistyaningsih, Siti Nurul Rofiqo Irwan, Her
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik fisik dan hortikultura tanaman hias, mengetahui fungsi tanaman hias pada taman pekarangan di dataran medium dan dataran rendah, dan mengetahui persepsi dan preferensi pemilik rumah terhadap karakteristik tanaman hias. Lokasi penelitian ini adalah Perumahan Dataran Medium Perwita Wisata dan Perumahan Dataran Rendah Perwita Asri.
Pada kedua lokasi tersebut diinventarisasi dan diidetifikasi karakteristik fisik dan hortikulturanya. Seluruh elemen lunak dan keras dipetakan dalam sketsa taman rumah. Persepsi dan preferensi penghuni rumah diketahui melalui kuesioner. Hasil diinventarisasi dan diidetifikasi digunakan untuk mengetahui karakteristik fisik dan karakteristik hortikultura. Hasil sketsa taman rumah digunakan untuk mengetahui fungsi taman rumah. Sedangkan hasil kuesioner digunakan untuk mengetahui persepsi dan preferensi penghuni rumah terhadap taman rumah yang ada.
Di taman rumah di Perumahan Dataran Medium terdapat 8 jenis tanaman hias pohon, 4 jenis tanaman hias perdu, 11 jenis tanaman hias semak, 2 jenis tanaman hias penutup tanah dan 1 rumputan. Di taman rumah di Perumahan Dataran Rendah terdapat 3 jenis tanaman hias pohon, 2 jenis tanaman hias perdu, 18 jenis tanaman hias semak, 2 jenis tanaman hias penutup tanah, dan 1 rumputan. Karakteristik fisik tanaman hias yang mendominasi di Perumahan Dataran Médium dan Perumahan Dataran Rendah adalah tanaman mangga (Mangifera indica L). Karakteristik hortikultura yang mendominasi di Perumahan Dataran Medium dan Perumahan Dataran Rendah adalah kebutuhan penyinaran intensif, penyiraman non-intensif, dan kelembaban rendah. Fungsi tanaman hias yang mendominasi di Perumahan Dataran Medium adalah pengontrol iklim mikro. Sedangkan fungsi tanaman hias yang mendominasi di Perumahan Dataran Rendah adalah nilai keindahan. Preferensi/ rekomendasi penghuni rumah di Perumahan Dataran Medium terhadap taman rumah adalah sudah sesuai karena taman rumah yang ada sudah memenuhi unsur-unsur dan prinsip desain lanskap, serta fungsi yang sesuai dengan wilayah perumahan dataran medium. Sedangkan penghuni rumah di Perumahan Dataran Rendah adalah kurang sesuai karena taman rumah yang ada kurang memenuhi unsur-unsur dan prinsip desain lanskap, serta fungsi yang sesuai dengan wilayah perumahan dataran rendah.
Universitas Gadjah Mada
2012-12-14 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1380
Vegetalika; Vol 1, No 1 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1381
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"121214 2012 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Indarto, Suyadi dan Taryono, Budi
Penelitian dengan judul “Pengaruh Kadar NaCl Terhadap Keragaan Bibit Wijen (Sesamum indicum L.)” bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar NaCl terhadap keragaan bibit wijen serta dilaksanakan di Mrai, Margoagung, Seyegan Sleman, Yogyakarta.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah 4 x 5 faktorial yang diatur dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah 4 kultivar wijen, sedang faktor kedua adalah 5 konsentrasi NaCl. Pengamatan pada tahap perkecambahan meliputi gaya berkecambah, indeks vigor, tinggi bibit, panjang akar bibit, berat segar bibit dan berat kering bibit.
Pemberian larutan garam pada tahap perkecambahan dengan konsentrasi 9 dan 12 g/l NaCl mengakibatkan gaya berkecambah dan indeks vigor sangat rendah bahkan bibit tidak mampu bertahan hidup.
Universitas Gadjah Mada
2012-12-14 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1381
Vegetalika; Vol 1, No 1 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1382
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"121214 2012 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Eka Widyatama, Tohari, Rohlan Rogomulyo, Chandra
Keberadaan gulma dalam pertanaman tidak selamanya merugikan, ada saat-saat kehadiran gulma tidak merugikan dan ada saat-saat kehadiran gulma sangat merugikan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan periode kritis kedelai hitam terhadap persaingan dengan gulma, dengan mengetahui periode kritis kedelai hitam diharapkan dapat diketahui kapan waktu penyiangan intensif yang tepat sehingga dapat menghemat biaya, waktu, dan tenaga kerja yang digunakan untuk pemeliharaan.
Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Banguntapan, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai September 2010 menggunakan kedelai hitam varitas Mallika. Variabel pertumbuhan dan hasil penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok lengkap (RAKL) dengan 12 perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuannya adalah periode bebas gulma 2, 4, 6, 8, 10 minggu setelah tanam dan sampai panen serta periode bergulma 2, 4, 6, 8, 10 minggu setelah tanam dan sampai panen. Tiap perlakuan diamati selama 12 minggu.
Hasil penelitian menunjukkan periode kritis kedelai hitam berada diantara umur 0 – 4 minggu. Dibuktikan dengan keberadaan gulma selama 0 - 4 minggu setelah tanam sudah dapat menurunkan hasil biji kering secara nyata, sedangkan apabila gulma dibiarkan tumbuh setelah umur 4 minggu setelah tanam tidak akan berpengaruh secara secara nyata terhadap hasil biji kering apabila dibandingkan dengan perlakuan bebas gulma sampai panen. Waktu penyiangan yang tepat cukup dilakukan pada saat tanaman berumur 2 dan 3 minggu
Universitas Gadjah Mada
2012-12-14 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1382
Vegetalika; Vol 1, No 1 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1383
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"121214 2012 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Faustina, Prapto Yudono, dan Rohmanti Rabaniyah, Ega
Peningkatan produksi pepaya harus diawali dengan penyediaan benih yang bermutu, terjangkau dan tersedia dalam jumlah yang cukup. Benih pepaya memiliki masa dormansi hingga 12-15 hari. Hal ini disebabkan karena adanya Aril dan adanya senyawa fenolik dalam aril benih. Oleh karena itu guna mematahkan dormansi benih pepaya, perlu dilakukan penghilangkan aril yang menempel pada permukaan benih. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan daya tumbuh dan kecepatan berkecambah benih pepaya, mengetahui efektifitas hubungan antara cara pelepasan aril dengan perendaman KNO3 terhadap pematahan dormansi dan vigor benih pepaya serta mengetahui konsentrasi KNO3 yang tepat guna mematahkan dormansi dan meningkatkan vigor benih pepaya. Penelitian ini menggunakan percobaan faktorial 2 x 4 yang disusun secara Rancangan Acak Lengkap. Penelitian ini menggunakan empat kali ulangan dengan perlakuan kontrol sebagai pembanding. Faktor pertama berupa macam cara pelepasan aril (dicuci dengan air, digosok dengan abu dapur), sedangkan faktor kedua berupa konsentrasi KNO3 (0%, 5%, 10%, 15%). Kemudian benih disimpan selama 30 hari, dan dilakukan 3 kali masa tanam yang dilakukan secara bertahap yaitu pada waktu sebelum penyimpanan, setelah 15 hari penyimpanan, dan setelah 30 hari penyimpanan. Hasil penelitian menunjukan bahwa cara pelepasan aril dengan air dan abu dapur mampu meningkatkan daya tumbuh dan indeks vigor benih papaya sebelum penyimpanan. Kombinasi perlakuan antara cara pelepasan aril dengan konsentrasi KNO3 tidak memberikan dampak yang efektif terhadap daya tumbuh, indeks vigor dan kecepatan berkecambah benih papaya. Perendaman KNO3 pada benih tidak memberikan pengaruh terhadap pematahan dormansi dan vigor benih papaya.
Universitas Gadjah Mada
2012-12-14 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1383
Vegetalika; Vol 1, No 1 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1384
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"121214 2012 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Suryani, Sri Muhartini, Endang Hadipoentyanti, Nurul
Tanaman nilam adalah salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang potensial dikembangkan di Indonesia. Minyak nilam atau biasa disebut patchouli oil memiliki banyak manfaat seperti sebagai bahan baku industri parfum, farmasi, kosmetik, dan kimia lainnya. Indonesia termasuk salah satu pemasok minyak nilam terbesar di dunia, dengan potensi tersebut, perlu dilakukan peningkatan dan pengembangan, salah satunya dilakukan kerja sama dan percepatan masa panen guna meningkatkan pendapatan petani dan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan, hasil, dan mutu minyak atsiri 16 aksesi nilam, serta mengetahui aksesi nilam yang memiliki hasil dan mutu terbaik pada umur panen yang berbeda.
Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cimanggu, Balittro, Bogor, pada bulan April sampai September 2010. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan perlakuan 15 aksesi nilam dan satu varietas Sidikalang sebagai pembanding dan perlakuan umur panen (3, 4 dan 5 bst), dalam 2 blok sebagai ulangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil terna tertinggi terdapat pada aksesi CLP dan PWK 1 yang dipanen pada umur 4 bst, serta aksesi BRS dan CLP menghasilkan kadar minyak dan patchouli alkohol tertinggi, serta memenuhi kriteria persyaratan mutu menurut SNI.
Universitas Gadjah Mada
2012-12-14 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1384
Vegetalika; Vol 1, No 1 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1385
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"121214 2012 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Edni Sekar Asmara, Erlina Ambarwati, Aziz Purwantoro, Putri
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hasil galur harapan tanaman tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) hasil persilangan Gadjah Mada 1 (GM 1) dengan Gondol Hijau (GH) dengan nomor A65/6/8/1/1/5/3, A134/4/12/4/1/2/1, A175/1/11/1/1/1/5, dan galur hasil persilangan antara varietas Gadjah Mada 3 (GM 3) dan Gondol Putih (GP) dengan nomor B52/3/12/1/1/2/2, B78/1/9/3/1/3/1. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengembangan dan Promosi Agribisnis Perbenihan Hortikultura (BPPAPH) Yogyakarta, pada bulan Januari-Mei 2011. Penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan tiga blok sebagai ulangan, 30 tanaman untuk masing-masing nomor hasil persilangan, 10 tanaman untuk tetua dan pembanding (lokal ”Kaliurang” dan F1 ”Permata”), dan 8 sampel. Variabel yang diamati antara lain tinggi tanaman (cm), diameter batang (mm), jumlah tandan, umur berbunga (hst), jumlah bunga per tandan, jumlah buah per tandan, fruit set (%), jumlah buah rusak, bobot per buah (g), bobot buah per tanaman (g), hasil per petak (kg) dan hasil per hektar (ku).
Data dianalisis dengan analisis varian, analisis korelasi, analisis lintas dan heritabilitas. Analisis varian menunjukkan adanya beda nyata pada sumber ragam nomor untuk semua variabel kecuali hasil per petak dan hasil per hektar. Nomor B/78/1/9/3/1/3/1 (G18), A/134/4/12/4/1/2/1 (G5) berdasarkan nilai rerata menunjukkan hasil tinggi. Nilai heritabilitas menunjukkan bahwa semua variabel dalam kriteria rendah, kecuali tinggi tanaman(cm), diameter batang (mm), hasil per petak (kg), hasil per hektar (ku). Nilai korelasi dan analisis lintas menunjukkan bahwa seleksi secara efektif dapat dilakukan pada variabel bobot per buah (g) dan bobot buah per tanaman (g).
Universitas Gadjah Mada
2012-12-14 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1385
Vegetalika; Vol 1, No 1 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1388
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"121214 2012 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Rendra Saputra, Setyastuti Purwanti, Rohlan Rogomulyo, Rochmad
Kedelai merupakan bahan pangan penting setelah padi dan jagung. Produksi kedelai saat ini tidak dapat mencukupi kebutuhan penduduk. Telah banyak usaha yang dilakukan untuk meningkatkan produksi kedelai terutama melalui pemupukan.
Suatu penelitian dengan tujuan untuk Mengetahui pengaruh takaran kascing terhadap pertumbuhan dan hasil dua varietas kedelai (Glycine max L. Merrill) telah dilaksanakan di desa Gamelan, Sendang Tirto, Berbah, Sleman, pada bulan Oktober 2011 sampai Januari 2012.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) faktorial 5x2 dengan 3 ( tiga ) blok sebagai ulangan. Faktor pertama,takaran pupuk : Tanpa Pupuk Kascing; 0 kg/petak, takaran Pupuk Kascing 2 ton/ha; 2,4 kg/petak, takaran Pupuk Kascing 4 ton/ha ; 4,8 kg/petak, takaran Pupuk Kascing 6 ton/ha; 7,2 kg/petak, takaran Pupuk Kascing 8 ton/ha; 9,6 kg/petak.Faktor kedua adalah varietas yaitu; varietas kedelai Mallika, dan Anjasmoro.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pada kedelai kuning Anjasmoro pemberian pupuk kascing dengan takaran 8 ton/ha dapat meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang, luas daun, indeks luas daun, laju pertumbuhan tanaman, laju asimilasi bersih, dan berat kering akar dan tajuk. Pada kedelai Mallika pemberian pupuk kascing tidak memberikan pengaruh yang nyata dalam pertumbuhan. Pemberian pupuk kascing tidak meningkatkan pertumbuhan tanaman pada kedelai hitam Mallika.Hasil kedelai hitam Mallika (2,11 ton/ha) lebih tinggi dibandingkan kedelai kuning Anjasmoro (1,61 ton/ha)
Universitas Gadjah Mada
2012-12-14 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1388
Vegetalika; Vol 1, No 1 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1389
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"121214 2012 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Puji Lestari, Supriyanta, Nasrullah, Resti
Karakterisasi dan analisis daya hasil dengan mengidentifikasi karakter-karakter pada tanaman jarak pagar sebagai acuan untuk seleksi pohon induk. Perdu terseleksi akan digunakan sebagai pohon induk dalam produksi benih komersial dan koleksi plasma nutfah. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2009 hingga Juni 2010 bertempat di kebun percobaan Tridharma, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Ada empat blok pertanaman yang digunakan, yaitu I; II.1; II.2; dan III. Kegunaan penelitian ini adalah untuk karakterisasi dan identifikasi individu jarak pagar sebagai bahan seleksi dalam upaya mendapatkan perdu terseleksi sebagai pohon induk. Penelitian dimulai dengan pemberian identitas pada setiap tanaman, kemudian dilanjutkan pengamatan beberapa karakter pada tanaman jarak pagar yang diseleksi, dilanjutkan dengan seleksi pohon induk yang memiliki karakter terbaik dengan seleksi massa. Data dianalisis berdasarkan pada seleksi massa untuk mendapatkan perdu terbaik sebagai pohon induk. Seleksi dilakukan secara keseluruhan dan rerata bergerak. Secara keseluruhan, pertimbangan dilakukan berdasarkan pada μ+2σ, dengan μ dan σ adalah rerata dan standar deviasi populasi setiap blok pertanaman. Secara rerata bergerak, pohon yang terletak di tengah-tengah dari petak 3x3 terpilih jika nilainya di atas +2σ di mana and σ adalah rerata dan standar deviasi dari beberapa tanaman yang mengelilinginya. Pohon terseleksi sebagai pohon induk jika terpilih di kedua metode seleksi. Hasilnya, pohon dengan nomor identitas II.1.16.06; II.2.11.04; II.2.18.06; III.15.03; dan III.18.03 terpilih sebagai pohon induk untuk produksi stek batang. Berdasarkan karakter daya hasil yang mencakup jumlah tandan buah per tanaman, jumlah buah per tandan, dan bobot 100 biji; pohon induk dengan nomor identitas III.04.05 dapat digunakan sebagai pohon induk (tetua betina) untuk produksi benih. Tidak ada keterkaitan antara pohon terseleksi pada karakter indeks multiplikasi dan daya hasil. Penggunaan pohon induk bergantung pada tujuan perbanyakan tanaman.
Universitas Gadjah Mada
2012-12-14 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1389
Vegetalika; Vol 1, No 1 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1390
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"121214 2012 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Purwanti, Dody Kastono, Siti Nurul Rofiqo Irwan, Septiana
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan inventarisasi tanaman hias di kawasan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta, melakukan penilaian visual tanaman hias di kawasan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta, dan memberikan rekomendasi pengembangan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta, pada bulan September-Desember 2010, dengan menggunakan metode transect line, kemudian dilanjutkan dengan metode survei. Dari inventarisasi yang dilakukan, didapatkan 44 jenis tanaman yang terdiri atas 24 jenis pohon, 7 jenis perdu, 5 jenis semak, serta 8 jenis penutup tanah dan rumput. Hasil identifikasi karakter fisik dan hortikultura menunjukkan bahwa tanaman hias di Gembira Loka sesuai untuk ditanam di Gembira Loka. Berdasarkan kuisioner yang disebarkan, keindahan lingkungan di Gembira Loka memiliki rata-rata nilai 3 (biasa saja), begitu juga dengan keindahan tanamannya sehingga dibutuhkan pemeliharaan yang intensif supaya keindahannya meningkat. Tempat yang menimbulkan aroma tidak sedap dari kandang hewan (seperti pada titik pengamatan 13), perlu ditambahkan tanaman yang memiliki kelebihan pada aroma sehingga dapat menyamarkan aroma tidak sedap dari kandang hewan.
Universitas Gadjah Mada
2012-12-14 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1390
Vegetalika; Vol 1, No 1 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1391
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"121214 2012 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Nur Shinta Febriani, Didik Indradewa, dan Sriyanto Waluyo, Dwi
Permintaan selada dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, sedangkan produktivitas lahan terus mengalami penurunan. Maka sistem hidroponik dirasa menjadi salah satu jalan keluar untuk kendala ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama aerasi terhadap pertumbuhan tanaman selada (Lactuca sativa L.) hidroponik sistem NFT baik dengan pemotongan akar maupun tidak, serta lama aerasi yang optimal untuk tanaman selada pada masing-masing perlakuan akar. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei - Juli 2010 di Rumah Kaca Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Petak Belah (Split Plot Design) dengan 2 faktor, lama pemberian aerasi sebagai faktor petak utama terdiri dari tanpa pemberian aerasi serta pemberian aerasi selama 6, 12 dan 24 jam/hari. Pemotongan akar sebagai faktor anak petak, terdiri dari tanpa pemotongan akar dan dengan pemotongan 50% dari panjang akar pada saat pindah tanam. Parameter yang diamati antara lain luas dan panjang akar total, jumlah dan luas daun, kadar klorofil total, tinggi tanaman, berat segar akar dan tajuk, berat kering akar dan tajuk, dan berat hasil per tanaman. Data dianalisis varian dengan tingkat kepercayaan 95%, dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kesalahan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemotongan akar mampu memperluas perakaran tanaman dan meningkatkan berat segar akar. Pada tanaman selada yang dipotong akarnya, pemberian aerasi secara terus menerus dapat menyamakan berat hasil per tanaman dengan tanpa pemberian aerasi. Pada perlakuan tanpa pemotongan akar pemberian aerasi justru menurunkan hasil per tanaman, sehingga pemberian aerasi tambahan tidak dibutuhkan pada hidroponik sistem NFT.
Universitas Gadjah Mada
2012-12-14 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1391
Vegetalika; Vol 1, No 1 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1392
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"121214 2012 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Sari, Aziz Purwantoro, Endang Hadipoentyanti, Arfita
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik inokulasi yang paling tepat dalam seleksi ketahanan somaklon nilam terhadap R. solanacearum penyebab penyakit layu bakteri, mengetahui ada tidaknya peningkatan ketahanan terhadap bakteri layu pada somaklon nilam yang diinduksi mutasi in vitro dan diiradiasi dengan sinar gamma, serta mengetahui ada tidaknya somaklon yang tahan terhadap R. solanacearum penyebab penyakit layu bakteri. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) yang berlokasi di Kampus Pertanian Cimanggu, Bogor pada bulan Januari - Juni 2009. Penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial 2 x 8 dengan 3 ulangan. Faktor pertama yaitu perlakuan inokulasi (tusuk dan siram) sedangkan faktor kedua yaitu somaklon nilam (Tapak Tuan dan Sidikalang), somaklon nilan hasil irradiasi (1,5 krad; 3,5 krad; dan 4,5 krad) dan somaklon nilam hasil irradiasi yang telah melalui seleksi in vitro dengan filtrat bakteri (2 krad F4; 5,5 krad F4; dan 6 krad F2).
Hasil percobaan menunjukkan bahwa teknik inokulasi yang paling tepat dalam seleksi ketahanan somaklon nilam terhadap layu bakteri adalah teknik tusuk, pada somaklon nilam yang diinduksi mutasi in vitro dan irradiasi sinar gama tidak ada peningkatan ketahanan somaklon nilam terhadap layu bakteri, dan somaklon yang tahan terhadap R. solanacearum adalah somaklon Tapak Tuan.
Universitas Gadjah Mada
2012-12-14 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1392
Vegetalika; Vol 1, No 1 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1393
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"121214 2012 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Setyaning, Endang Sulistyaningsih, Sri Trisnowati, Ulia
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyinaran UV-C terhadap umur simpan dan mutu buah tomat. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada pada bulan Februari sampai Mei 2011. Penelitian ini disusun menggunakan rancangan acak kelompok lengkap dengan 3 blok sebagai ulangan. Buah tomat yang sudah masak fisiologis (var.Permata) diberi penyinaran UV-C selama 0 menit (kontrol), 5 menit, 10 menit, 20 menit dan disimpan dalam suhu ruang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penyinaran UV-C selama 10 menit dapat menunda pematangan, meningkatkan kandungan asam tertitrasi serta mempunyai kekerasan buah yang lebih besar dibanding kontrol. Penyinaran UV-C 20 menit memperbesar susut berat buah dan menurunkan nilai kualitas visual. Penyinaran UV-C menimbulkan bercak coklat pada permukaan kulit buah. Waktu penyinaran UV-C optimum adalah 8,6 menit dengan daya simpan tomat 58 hari.
Universitas Gadjah Mada
2012-12-14 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1393
Vegetalika; Vol 1, No 1 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1394
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"121214 2012 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Krisyando, Didik Indradewa, Sriyanto Waluyo, Pradisya
Teh (Camellia sinensis (L.) O.Kuntze) merupakan tanaman yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat di dunia. Curah hujan merupakan faktor iklim yang dapat berpengaruh pada pertumbuhan dan hasil tanaman teh. Musim kemarau yang panjang lebih dari dua bulan kering biasanya menurunkan hasil pertanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah pertama untuk mengetahui potensi hasil klon – klon PGL. Kedua untuk mengetahui ketahanan klon PGL terhadap kekeringan. Penelitian dilakukan di Afdeling Andongsili, Kebun Produksi Pagilaran pada ketinggian 980 m dpl menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan tiga ulangan. Klon TRI 2025 digunakan sebagai pembanding. Variabel pengamatan meliputi jumlah pucuk, hasil segar pucuk, hasil kering pucuk, bobot per pucuk dan kualitas hasil pucuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat enam klon PGL yang memiliki hasil pucuk segar yang tinggi, yaitu PGL 3, PGL 4, PGL 10, PGL 12, PGL 15 dan PGL 17. Hanya PGL 4, PGL 12, PGL 15, dan PGL 17 yang tahan kering dengan penurunan hasil saat kondisi kering masing – masing 10,8%, 1,07%, 8,51%, dan 11,3%. Klon PGL yang tahan terhadap intensitas curah hujan yang tinggi hanya klon PGL 4 dengan penurunan hasil saat kondisi hujan adalah 5,58%. Pada umumnya kualitas hasil pucuk klon PGL masih rendah dibandingkan klon TRI 2025, namun hanya PGL 17 yang memiliki kualitas hasil pucuk yang hampir sama dengan TRI 2025.
Universitas Gadjah Mada
2012-12-14 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1394
Vegetalika; Vol 1, No 1 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1395
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"121214 2012 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
, Taryono, dan Supriyanta, Syahfriani
Permasalahan energi yang cukup besar seperti bauran energi yang masih timpang, terbatasnya persediaan minyak mentah nasional, dan meningkatnya konsumsi energi nasional mengakibatkan dikeluarkannya kebijakan energi diantaranya penyediaan dan pemanfaatan BBN sebagai bahan bakar alternatif. Salah satu jenis BBN yaitu bioetanol yang berasal dari biomasa tanaman dalam hal ini sorgum manis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman sorgum manis yang berasal dari Afrika, Jepang, dan Sulawesi dan tanggapannya terhadap pemberian nitrogen, serta sorgum manis yang efisien dalam memanfaatkan nitrogen. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian, UGM dengan rancangan faktorial 10 x 5 yang disusun dalam RAL dengan faktor I terdiri dari sepuluh kultivar sorgum manis dan faktor II yaitu lima taraf pemupukan N. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah daun, akar, dan biomasa sorgum Sulawesi lebih berat dibanding Afrika. Pengaruh N bersifat kuadratik dengan pemberian 121,9, 135, 120,71, dan 142,667 kg/ha urea mampu menghasilkan jumlah daun, akar, berat biomasa dan batang kering maksimal. Umur berbunga dan 0brix panen memiliki nilai heritabilitas tinggi, sedangkan jumlah dan berat daun, jumlah akar, biji, 0brix panen memiliki variabilitas genetik yang tinggi (beragam). Tidak terdapat beda nyata antar kultivar sorgum manis dalam efisiensi penggunaan nitrogen
Universitas Gadjah Mada
2012-12-14 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1395
Vegetalika; Vol 1, No 1 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1514
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130107 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Juansa, Aziz Purwantoro, Panjisakti Basunanda, Adrina
Keanekaragaman padi (Oryza sativa L.) tersimpan dalam koleksi plasma nutfah yang harus dilestarikan dan dievaluasi, keanekaragaman tersebut dapat dilihat berdasarkan karakter fenotipe dan genotipenya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan karakter botani-morfologi dan mengkaji keragaman genotipe aksesi padi koleksi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UGM, serta mengkaji hubungan kekerabatan diantara aksesi-aksesi yang ada berdasarkan informasi karakter fenotipe dan keragaman penanda genetik. Untuk mengetahui keanekaragaman genetik padi koleksi digunakan 25 aksesi padi yang terdiri dari ras-ras lokal, material eksotik, dan kultivar terperbaiki untuk dikarakterisasi pada 15 sifat agrobotani-agromorfologinya dan genotipenya dengan menggunakan 8 primer RAPD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15 sifat agrobotani-agromorfologi diperoleh keanekaragaman aksesi yang terlihat dari nilai CV (koefisien keanekaragaman), pada level genotipe keanekaragaman terlihat pada persentase lokus polimorfik dan nilai keragaman genetik Nei. Hasil analisis kekerabatan sifat agrobotani-agromorfologi pada jarak kurang dari dua diantara cluster centroids terbentuk kekerabatan antara ‘Sintanur’ – Mentik Susu, dan H3 – ‘IR 64’. Pengujian molekuler menunjukan pada jarak genetik 0,035 populasi terbagi menjadi 9 kelompok yang berdekatan, yaitu kelompok I (‘Anak Daro’, Lembayung Gogo), kelompok II (Mayangsari, Gadung Mlathi), kelompok III (‘Pokkali’, ‘Mentik Susu’), Kelompok IV (Ketan, H3), kelompok V (‘Lumbuk’, Andel Abang), kelompok VI (‘Sintanur’, ‘Amaroo’), kelompok VII (‘Nipponbare’, H2 Bulu), kelompok VIII (Ketan Hitam Bulu, Ketan Hitam Gundil), kelompok IX (‘Bluebonnet’, ‘IR 64’ Simpangan). Dari semua aksesi yang dilibatkan terlihat bahwa 44% adalah golongan indica, 49% golongan japonica, dan 7% adalah golongan Aromatik.
Universitas Gadjah Mada
2013-01-07 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1514
Vegetalika; Vol 1, No 2 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1515
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130107 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Khoiriyah, Aziz Purwantoro, Taryono, Annisa
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi beberapa karakter pada populasi M5 dan M6 tanaman kembang kertas (Zinnia elegans) setelah dilakukan kegiatan seleksi. Kegiatan seleksi dilakukan pada individu tanaman yang memilki bunga berbentuk pompon atau bunga berbentuk double dan berwarna red purple. Penelitian dilaksanakan di lahan seluas ± 250 m2 di komplek perumahan Jatimulyo, Yogyakarta. Penanaman populasi M5 dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010 sedangkan penanaman populasi M6 dilaksanakan pada bulan November 2010 sampai Maret 2011. Data masing-masing karakter pengamatan dianalisis dengan Uji F untuk mendapatkan nilai varian, kemudian digunakan Uji T untuk membandingkan rerata nilai tiap karakter pengamatan antara kedua populasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai varian pada karakter bentuk bunga pompon, bentuk bunga double dan warna bunga red purple pada populasi M6 menurun setelah dilakukan kegiatan seleksi. Meskipun, persentase jumlah individu dengan karakter bunga pompon, bentuk bunga double dan warna bunga red purple tidak berbeda nyata antara populasi M5 dan M6. Karakter pengamatan diameter batang dan jumlah bunga per tanaman memiliki nilai heritabilitas yang tinggi.
Universitas Gadjah Mada
2013-01-07 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1515
Vegetalika; Vol 1, No 2 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1516
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130107 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Wulandari G.M, Sri Muhartini, dan Sri Trisnowati, Citra
Pertumbuhan dan perkembangan selada membutuhkan unsur hara yang biasanya berasal dari bahan kimia sintetis maupun organik. Air cucian beras atau leri dapat digunakan sebagai nutrisi tambahan bagi selada karena mengandung berbagai unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh macam dan kadar air cucian beras terhadap pertumbuhan dan hasil selada (Lactuca sativa L.). Penelitian dilakukan pada 12 Juni 2011 hingga 7 Agustus 2011 di dusun Babarsari, Kelurahan Catur Tunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Penelitian terdiri dari dua faktor yang disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan 3 blok sebagai ulangan. Faktor pertama adalah macam air cucian beras yang terdiri dari air cucian beras merah dan air cucian beras putih. Faktor kedua adalah kadar air cucian beras, yaitu cucian pertama, cucian kedua dan cucian ketiga. Tanaman selada tanpa pemberian air cucian beras bertindak sebagai kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis dan kadar air cucian beras tidak memberikan pertumbuhan tajuk dan hasil yang berbeda, namun air cucian beras putih menghasilkan pertumbuhan akar yang lebih baik dibanding air cucian beras merah.
Universitas Gadjah Mada
2013-01-07 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1516
Vegetalika; Vol 1, No 2 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1517
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130107 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
A. Irfatongga, Setyastuti Purwanti, dan Rohmanti Rabaniyah, Gigih
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui periode kritis kedelai hitam terhadap gulma saat penanaman terhadap kualitas benih selama penyimpanan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih dan Rumah kaca Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan empat ulangan. Perlakuan berupa benih dari hasil tanaman kedelai hitam bebas gulma selama 2, 4, 6, 8, 10 mst, sampai panen dan benih dari hasil tanaman kedelai hitam bergulma selama 2, 4, 6, 8, 10 mst, sampai panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan periode kritis kedelai hitam terhadap gulma memberikan pengaruh terhadap hasil. Hasil dari perlakuan kedelai hitam bebas gulma lebih tinggi dibandingkan perlakuan kedelai hitam bergulma. Sedangkan perlakuan periode kritis kedelai hitam terhadap gulma tidak berpengaruh terhadap kualitas benih selama penyimpanan. Kualitas benih dapat terjaga baik sampai penyimpanan bulan ke-5.
Universitas Gadjah Mada
2013-01-07 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1517
Vegetalika; Vol 1, No 2 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1518
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130107 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Paramita, Toekidjo, Setyastuti Purwanti, Pradnya
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur batang bawah terhadap keberhasilan penyambungan durian (Durio zibenthinus M), dan mengetahui kompatibilitas batang atas dan batang bawah beberapa varietas durian dalam penyambungan durian. Penelitian ini dilaksanakan di Penelitian ini dilaksanakan di kebun di desa Kaligesing, Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo pada bulan Oktober – Desember 2011. Rancangan yang digunakan adalah percobaan faktorial 2 faktor (3x3) yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah varietas batang atas yang terdiri atas 3 macam yaitu: Batang atas Petruk, Batang atas Sunan dan Batang atas Sitokong. Faktor kedua adalah umur batang bawah yang terdiri atas 3 aras yaitu : Umur batang bawah 4 minggu, 6 minggu dan 8 mingu. Parameter yang diamati meliputi persentase keberhasilan penyambungan, pertambahan tinggi tanaman, diameter batang bawah, diameter batang atas, serta jumlah daun. Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan umur 6 minggu memberikan hasil persentase keberhasilan penyambungan yang lebih tinggi dibanding perlakuan lainnya pada masing-masing varietas batang atas. Sedangkan pada parameter tinggi tanaman terlihat interaksi perlakuan juga mempengaruhi. Kombinasi perlakuan batang atas varietas Sunan dengan umur batang bawah 6 minggu dan 8 minggu memberikan hasil yang terbaik diantara semua perlakuan. Tidak ada pengaruh interaksi maupun antar perlakuan yang nyata pada hasil pengamatan terhadap pertumbuhan diameter batang bawah, diameter batang atas dan jumlah daun.
Universitas Gadjah Mada
2013-01-07 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1518
Vegetalika; Vol 1, No 2 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1519
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130107 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Sunghening, Tohari, Dja’far Shiddieq, Wiwara
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respon tiga varietas kacang hijau terhadap agroekosistem lahan pasir, serta pengaruh pemberian mulsa organik (jerami dan sekam) terhadap pertumbuhan dan hasil dari tiga varietas kacang hijau (Vigna radiata L. Wilczek) yang ditanam di lahan pasir pantai. Penelitian ini dilakukan di daerah Bugel, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) faktorial, dengan dua faktor yakni varietas kacang hijau, terdiri dari Vima-1, Murai, dan Lokal Wonosari, dan mulsa yang terdiri dari tanpa mulsa, mulsa jerami, dan mulsa sekam dengan dosis masing-masing 5 ton/ha. Hasil penelitian menunjukkan varietas Vima-1 dan Murai memiliki respons yang lebih baik dibanding varietas Lokal Wonosari pada penanaman di lahan pasir. Kacang hijau Vima-1 dan Murai mampu merespon penggunaan mulsa organik di lahan pasir pantai, dengan selisih hasil masing-masing 0,51 ton/ha dan 0,45 ton/ha dibanding tanpa mulsa. Kacang hijau Lokal Wonosari kurang merespon penggunaan mulsa organik, dengan selisih hasil sebesar 0,12 ton/ha dibanding tanpa mulsa. Mulsa organik merupakan faktor pendukung pertumbuhan dan hasil kacang hijau. Mulsa jerami meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau sebesar 31,25% dengan hasil 2,7 ton/ha, diikuti mulsa sekam sebesar 6,25% dengan hasil 1,7 ton/ha. Hasil kacang hijau Vima-1 pada mulsa jerami sebesar 2,4 ton/ha yang memberikan keuntungan sebanyak Rp. 10.677.500,-.
Universitas Gadjah Mada
2013-01-07 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1519
Vegetalika; Vol 1, No 2 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1520
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130107 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Maujana Purba, Toekidjo, Joko Prajitno, Okto
Usaha peningkatan nilai ekspor hingga saat ini masih menemui hambatan karena umumnya kopi Indonesia bermutu rendah. Rendahnya mutu kopi Indonesia menyebabkan harga yang diterima petani rendah. Penelitian ini bertujuan mengetahui produktivitas kopi Arabika dengan spesifik lokasi pada lahan pasiran (regosol) dengan ketinggian tempat 800 – 1500 mdpl dan type iklim D (daerah sedang) (Schmidt-Ferguson). Untuk mengevaluasi dan memberi saran kepada pemerintah daerah dan masyarakat umum, khususnva kepada petani tentang cara budidaya kopi Arabika agar diperoleh hasil yang optimal. Penelitian ini bertujuan mengetahui produktivitas kopi Arabika dengan spesifik lokasi pada lahan pasiran (regosol) dengan ketinggian tempat 800 – 1500 mdpl dan type iklim D (daerah sedang) (Schmidt-Fergoson). Metode yang digunakan adalah metode survei agronomi untuk mendapatkan data primer dan sekunder.
Dari beberapa desa di Kecamatan Raya tersebut diambil 5 desa sebagai sampel yang diperkirakan memiliki tingkat intensifikasi yang berbeda dan produksi kopi yang lebih baik dibandingkan desa yang lain, dari tiap desa diambil satu kelompok tani, dan dari tiap kelompok tani diambil 10 petani sebagai sampel sehingga jumlah keseluruhan ada 50 petani sampel dan dilanjutkan dengan wawancara.Pengukuran di lahan petani meliputi data produksi buah pertanaman sampel serta komponen produksinya. Untuk membandingkan tingkat intensifikasi budidaya tanaman di dusun Nagatongah, Tambanan, Rayatonah, Baringin Raya dan Sinondang dengan menggunakan analisis Varians Rancangan Tersarang (Nested Design). Hasil penelitian menunjukkan dusun Tambahan lebih baik produksi kopi arabika dibandingkan dusun Nagatongah, Rayatonah, Baringin Raya dan Sinondang. Pengaruh langsung karakter agronomi yang paling kuat mempengaruhi produksi kopi di dusun Nagatongah, Tambahan, Baringin Raya dan Sinondang adalah diameter kanopi. Produksi kopi Arabika di Kecamatan Raya lebih banyak dipengaruhi oleh karakter agronomi yaitu jumlah cabang produktif, jumlah tandan per cabang, jumlah buah per tandan, total buah perpohon dan diameter kanopi.
Universitas Gadjah Mada
2013-01-07 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1520
Vegetalika; Vol 1, No 2 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1521
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130107 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Prasetyaningrum, Aziz Purwantoro, Siti Subandiyah, Putri
Enam kultivar Pummelo : Raja, Ratu, Pangkajahe Merah, Pangkajahe Putih, Nambangan, dan Magetan di inokulasi dengan Candidatus L. asiaticus untuk mengetahui keragaman tanggapan ketahanan terhadap Huanglongbing. Keragaman dinilai berdasarkan intensitas penyakit, konformasi molekuler Candidatus L. asiaticus pada jaringan tanaman, dan keragaman molekuler pummel dengan analisis RAPD. Pangkahjahe Putih dinilai resisten terhadap HLB karena memiliki intensitas penyakit 0% dan hasil negatif dalam konformasi molekul Candidatus L. asiaticus. Hasil analisis RAPD diperoleh bahwa 865 bp merupakan fragmen yang dapat dikaitkan dengan kerentanan terhadap HLB.
Universitas Gadjah Mada
2013-01-07 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1521
Vegetalika; Vol 1, No 2 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1522
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130107 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Dwi Pratiwi, Rohmanti Rabaniyah, dan Aziz Purwantoro, Rina
Benih lengkeng termasuk benih rekalsitran yang bersifat cepat kehilangan viabilitas, tidak dapat dikeringkan di bawah kadar air kritis, kadar air benih tinggi sehingga mudah berkecambah, dan tidak toleran terhadap suhu yang membekukan. Viabilitas benih lengkeng dapat dipertahankan apabila disimpan dalam kondisi lembab. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan kadar air media simpan yang tepat untuk mempertahankan viabilitas benih lengkeng tetap tinggi selama penyimpanan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih dan Rumah Kaca, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada bulan April-Juni 2011. Metode yang digunakan adalah rancangan faktorial 3 x 3 + 1 yang disusun secara acak lengkap dengan 4 ulangan. Faktor pertama adalah jenis media simpan, yaitu serbuk arang kayu, arang sekam, dan serbuk gergaji, sedangkan faktor kedua adalah kadar air media simpan antara lain 30%, 40%, dan 50%, ditambah dengan perlakuan tanpa media simpan (kontrol). Penelitian dilaksanakan selama 30 hari dengan melakukan pengujian viabilitas pada awal penyimpanan dan setiap 5 hari sekali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyimpanan dengan ketiga media simpan dapat mempertahankan daya tumbuh benih optimal hingga 20 hari, sedangkan penyimpanan pada benih tanpa media hanya dapat bertahan selama 10 hari penyimpanan.
Universitas Gadjah Mada
2013-01-07 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1522
Vegetalika; Vol 1, No 2 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1523
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130107 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Marthin, Dody Kastono, Rohmanti Rabaniyah, Rio
Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai pupuk organik adalah sampah pasar. Selama ini sampah masih menjadi masalah karena menimbulkan bau dan menyebabkan pencemaran lingkungan. Namun bila dikelola dengan baik, dapat menjadi bahan yang bermanfaat. Sampah yang telah dibakar di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dikumpulkan dan dikemas kembali dan dijual sebagai kompos. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh takaran pupuk kompos sampah pasar dan mendapatkan takaran pupuk kompos sampah pasar yang paling sesuai bagi pertumbuhan dan hasil kedelai hitam yang terbaik. Penanaman kedelai hitam dilakukan di lahan KP4 UGM, Kalitirto, Berbah, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta mulai bulan Maret sampai Juli 2011. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) dengan 2 kontrol dan 5 takaran pupuk kompos sampah pasar sebagai perlakuan dan 3 blok sebagai ulangan. Adapun susunan perlakuan pada percobaan ini yaitu kontrol 1 (tanpa pupuk kompos sampah pasar dan pupuk anorganik); kontrol 2 (tanpa pupuk kompos sampah pasar tetapi menggunakan pupuk anorganik); pupuk kompos sampah pasar dengan takaran 1,0, 1,5, 2,0, 2,5, dan 3,0 ton/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kompos sampah pasar pada takaran 1-3 ton/ha tidak meningkatkan hasil kedelai hitam Mallika dibandingkan tanaman tanpa pemupukan maupun tanaman yang diberi pupuk anorganik. Takaran pupuk kompos sampah pasar 1-3 ton/ha masih sangat kecil untuk mendapatkan hasil kedelai hitam Mallika yang maksimal.
Universitas Gadjah Mada
2013-01-07 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1523
Vegetalika; Vol 1, No 2 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1524
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130107 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Eka Chandrasari, Nasrullah, Sutardi, Suciati
Delapan galur harapan padi sawah dievaluasi dengan dua varietas padi yang umum dibudidayakan: IR-64 dan Ciherang sebagai pembanding. Percobaan menggunakan rancangan acak blok lengkap dengan tiga blok sebagai ulangan. Pengamatan dilakukan pada tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, umur berbunga dan panen, bobot 1000-butir, jumlah biji per rumpun, dan hasil. Data yang diperoleh dilakukan analisis varian dan analisis lintas untuk menentukan komponen hasil yang paling berpengaruh terhadap hasil.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedelapan galur harapan padi sawah setara dengan varietas pembanding. Hasil padi sangat tergantung pada jumlah anakan produktif.
Universitas Gadjah Mada
2013-01-07 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1524
Vegetalika; Vol 1, No 2 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1525
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130107 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Wahyu Novia Wardani, Rohmanti Rabaniyah, Endang Sulistyaningsih, Turna
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama dormansi, konsentrasi dan frekuensi perendaman ethepon yang tepat untuk mempercepat pematahan dormansi serta pengaruh perendaman ethepon terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah “Tiron”. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih dan Rumah Kaca Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pada bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011. Rancangan yang digunakan adalah rancangan faktorial 4x3+1 dengan 2 faktor dan disusun menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 ulangan. Faktor pertama yaitu konsentrasi ethepon yang terdiri atas 4 aras, yaitu (akuades) 0 ppm, 2000 ppm, 3000 ppm, dan 4000 ppm. Faktor kedua yaitu frekuensi perendaman ethepon yang terdiri atas 3 aras, yaitu sekali, dua kali, dan tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan periode dormansi umbi bawang merah “Tiron” berlangsung selama 41 hari. Perlakuan perendaman baik dengan akuades (0 ppm) maupun dengan ethepon konsentrasi 2000-4000 ppm tidak dapat mematahkan dormansi umbi bawang merah “Tiron”. Perendaman ethepon dengan konsentrasi 4000 ppm menghambat pertumbuhan tunas umbi setelah ditanam. Perendaman ethepon dengan frekuensi lebih dari 1 kali (2-3 kali) memperpanjang masa dormansi umbi bawang merah.
Universitas Gadjah Mada
2013-01-07 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1525
Vegetalika; Vol 1, No 2 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1526
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130107 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Hasanah, Taryono, Prapto Yudono, Unaiyatin
Sorgum merupakan salah satu tanaman penghasil karbohidrat yang dapat dijadikan bahan baku bioetanol. Pengembangan sorgum sebaiknya dilakukan di lahan marginal diantaranya lahan salin sehingga tidak meningkatkan kompetisi lahan dengan tanaman pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh salinitas terhadap komponen hasil empat belas kultivar sorgum. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Tridharma Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta menggunakan rancangan lingkungan acak lengkap dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama terdiri dari 14 kultivar sorgum yaitu UPCA-S1, Mandau, Langka Kito, UGM SS1, Durra, B-69, B-72, B-75, B-76, B-83, B-90, B-92, B-95, B-100. Faktor kedua adalah konsentrasi larutan garam meliputi kontrol (tanpa garam), 150, 300, dan 450 mM. Pemberian larutan garam dilakukan pada saat semai dan saat umur 14 hari setelah tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian larutan garam hingga konsentrasi 450 mM tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, berat segar dan berat kering tajuk, dan ˚Brix batang saat vegetatif akhir. Pemberian larutan garam secara nyata meningkatkan ˚Brix batang sorgum saat panen.
Universitas Gadjah Mada
2013-01-07 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1526
Vegetalika; Vol 1, No 2 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1527
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130107 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Winardiantika, Dody Kastono, Sri Trisnowati, Venti
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu pangkas pucuk dan frekuensi pemberian paklobutrazol atau interaksinya terhadap pertumbuhan dan pembungaan kembang kertas dan menentukan waktu pangkas pucuk dan frekuensi pemberian paklobutrazol atau interaksinya yang paling sesuai bagi pertumbuhan dan pembungaan kembang kertas dalam pot. Penelitian dilaksanakan di desa Kaponan, kecamatan Pakis, kabupaten Magelang, Jawa Tengah dari bulan Juni sampai dengan Oktober 2011. Percobaan menggunakan Rancangan Faktorial (3 x 3) + 1 yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah waktu pemangkasan pucuk terdiri dari 3 aras yaitu 5, 6, dan 7 minggu setelah semai dan faktor kedua adalah frekuensi pemberian paklobutrazol yang terdiri dari 3 aras yaitu 1, 2, dan 3 kali. Tanaman tanpa perlakuan sebagai kontrol. Analisis varian dilakukan terhadap hasil pengamatan yang diperoleh dan dilanjutkan dengan Uji Berganda Duncan (DMRT) apabila terdapat beda nyata antar perlakuan. Perbedaan pengaruh antara kontrol dan kombinasi perlakuan dianalisis dengan Uji Kontras Ortogonal pada tingkat kepercayaan 95 %.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pangkas pucuk maupun frekuensi pemberian paklobutrazol menyebabkan pemendekan tanaman, tetapi tidak efektif dalam meningkatkan jumlah cabang total, jumlah cabang produktif, dan jumlah bunga. Perlakuan pangkas pucuk menunda umur berbunga tanaman. Semakin cepat waktu pangkas pucuk dilakukan semakin pendek tanaman, nilai kekompakan tanaman semakin tinggi, warna bunga cerah, dan bunga mekar serempak. Aplikasi paklobutrazol 1 kali menghasilkan tanaman yang paling pendek tetapi Aplikasi 3 kali menghasilkan kekompakan tanaman tinggi, warna bunga cerah, dan bunga mekar serempak.
Universitas Gadjah Mada
2013-01-07 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1527
Vegetalika; Vol 1, No 2 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1528
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130107 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Amri Semy Akhwan, Endang Sulistyaningsih, Jaka Widada, Islamey
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran JMA dan bakteri penghasil ACC deaminase terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah (Allium cepa L. Kelompok Aggregatum) pada cekaman salinitas. Uji pendahuluan dilaksanakan di rumah kaca Jurusan Budidaya Pertanian,Fakultas Pertanian pada tanggal 14 Maret sampai 19 Maret 2011. Penelitian dilaksanakan di Lendah, Kulonprogo, Yogyakarta pada bulan Juni sampai Agustus 2011.
Penelitian menggunakan rancangan faktorial (2x5)+2 kontrol yang diatur dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan 3 blok sebagai ulangan. Faktor Pertama yaitu kultivar bawang merah terdiri dari 2 macam, yaitu : ‘Biru’ dan ‘Tiron’; faktor kedua adalah inokulasi kondisi salin terdiri dari 5 macam yaitu tanpa inokulasi + SP36, tanpa inokulasi + Guano, inokulasi +JMA+Guano, inokulasi+bakteri+Guano, inokulasi+JMA+bakteri +Guano ; dan 2 kontrol pada kondisi non salin yaitu Kultivar ‘Biru’ tanpa inokulasi+SP36 dan Kultivar ‘Tiron’ tanpa inokulasi+SP36.
Hasil Penelitian menunjukkan bakteri penghasil ACC deaminase memberikan pengaruh lebih baik bagi pertumbuhan dan hasil bawang merah seperti yang teramati pada berat kering akar, luas daun, laju pertumbuhan tanaman (LPT), berat kering total, tinggi tanaman, berat kering oven umbi, diameter umbi, indeks panen, berat segar umbi, susut bobot umbi, dan berat umbi jemur matahari. Jamur mikoriza arbuskular hanya memberikan pengaruh lebih baik pada berat kering akar tanaman namun tidak memberikan pengaruh lebih baik pada variabel pertumbuhan lain dan hasil tanaman.
Universitas Gadjah Mada
2013-01-07 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1528
Vegetalika; Vol 1, No 2 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1591
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130220 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Wibowo, Setyastuti Purwanti, Rohmanti Rabaniyah, Ari
Tumpangsari dapat dijadikan solusi dalam pengadaan benih kedelai hitam bermutu tinggi dengan tidak mengurangi kebutuhan petani dalam pemenuhan pakan ternaknya. Kedelai hitam yang ditanam tumpangsari dengan jagung manis akan lebih menguntungkan petani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil benih kedelai hitam yang ditanam secara tumpangsari dengan jagung manis dibandingkan monokultur, serta mengetahui kombinasi jumlah baris efektif pada tanaman kedelai hitam yang ditanam secara tumpangsari dengan jagung manis. Penelitian ini dilakukan di Desa Niron, Pandowoharjo, Sleman, DIY, dan di Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada mulai bulan Mei sampai dengan September 2011. Penelitian ini menggunakan rancangan RAKL dengan 6 perlakuan masing-masing 3 ulangan. Perlakuan tersebut adalah kombinasi jumlah baris kedelai hitam : jagung manis, yaitu 3:1, 4:1, 5:1, dan 6:1. Pengamatan dilakukan terhadap komponen pertumbuhan tanaman kedelai hitam, komponen hasil benih kedelai hitam, Land Equivalent Ratio (LER), kualitas benih kedelai hitam, dan komponen pertumbuhan jagung manis. Penelitian ini menunjukkan bahwa tumpangsari kedelai hitam dan jagung manis memberikan pertumbuhan dan hasil benih kedelai hitam yang sama baik dengan monokultur. Tumpangsari 6 baris kedelai hitam dengan 1 baris jagung manis dapat dianjurkan karena memberikan keuntungan paling tinggi dengan nilai LER > 1.
Universitas Gadjah Mada
2013-02-20 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1591
Vegetalika; Vol 1, No 4 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1592
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130220 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Sukmawati Ciptaningtyas, Didik Indradewa, dan Tohari, Danti
Di Indonesia jagung lebih banyak ditanam di lahan kering. Namun yang sering menjadi masalah adalah cekaman kekeringan. Pengujian kultivar unggul tahan kering dilakukan untuk mengetahui kultivar yang paling tahan kekeringan serta memiliki pertumbuhan dan produktivitas yang baik pada kondisi air terbatas. Penelitian pengaruh interval penyiraman terhadap pertumbuhan dan hasil empat kultivar jagung dilaksanakan di Banguntapan pada bulan Oktober 2010 sampai Februari 2011. Perlakuan disusun dalam rancangan petak belah dengan 3 blok sebagai ulangan, terdiri atas 2 faktor. Faktor pertama kultivar sebagai petak-utama: Lagaligo, Lamuru, Bima-2 Bantimurung, dan Bima-4 Bantimurung, sedang faktor kedua Interval penyiraman sebagai anak-petak: penyiraman setiap hari, 2 hari sekali, 4 hari sekali dan 8 hari sekali. Kultivar Bima-2 Bantimurung dan Bima-4 Bantimurung mempunyai pertumbuhan lebih baik yang dicirikan oleh bobot segar, bobot kering dan jumlah daun yang lebih besar, serta tanaman lebih tinggi dari kultivar Lamuru dan Lagaligo. Peningkatan interval penyiraman secara nyata menurunkan hasil tanaman jagung.
Universitas Gadjah Mada
2013-02-20 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1592
Vegetalika; Vol 1, No 4 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1593
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130220 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Puspitasari N. , Dody Kastono, Sriyanto Waluyo, Galuh
Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh jarak tanam dan ratoon terhadap pertumbuhan dan hasil sorgum manis. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilaksanakan di kebun Tridarma Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta mulai bulan Juli 2011 sampai Februari 2012. Rancangan Percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor yang pertama adalah jarak tanam terdiri dari 2 aras yaitu: 60 cm x 25 cm dan 70 cm x 20 cm. Faktor yang kedua yaitu sitem ratoon, terdiri dari 2 aras, yaitu: tanpa ratoon dan ratoon satu kali. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam α = 5%. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada interaksi antara perlakuan jarak tanam dengan perlakuan ratoon terhadap semua parameter pertumbuhan dan hasil dari sorgum manis, kecuali pada jumlah daun pada 12 mst. Jarak tanam 70 cm x 20 cm memberikan hasil yang lebih tinggi pada diameter batang pada umur 4 mst, dan indeks luas daun pada umur 12 mst. Sistem ratoon meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, berat kering akar pada umur 4 mst, berat kering tajuk umur 4 mst, bobot 1000 biji, serta memberikan hasil bioetanol 87,66 % lebih besar dan pakan 59,89 % lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa ratoon.
Universitas Gadjah Mada
2013-02-20 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1593
Vegetalika; Vol 1, No 4 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1594
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130220 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Hermawan, Taryono dan Supriyanta, Hariyadi
Wijen (Sesamum indicum L.) merupakan tanaman penghasil minyak nabati, minyak makan dan bahan baku aneka industri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sumber nitrogen terhadap hubungan sifat komponen hasil dan hasil wijen dan mengetahui lingkungan yang sesuai untuk merakit varietas wijen untuk pertanian organik. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2010 sampai Maret 2011 di Kebun Tridarma Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada yang terletak di Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dua faktor dengan enam ulangan. Faktor pertama yaitu nomor wijen (21 nomor wijen) dan faktor kedua yaitu media tanam terdiri dari kontrol (media pasir tanpa penambahan pupuk organik ataupun anorganik) (P0), media pasir ditambah pupuk anorganik sesuai dosis anjuran (P1), media pasir ditambah pupuk organik (P2) dan media pasir ditambah pupuk organik dan pupuk anorganik sesuai dosis anjuran (P3). Pada kondisi tanpa pupuk, karakter tinggi tanaman, volume akar, jumlah polong dan lebar polong mempengaruhi hasil biji secara nyata. Pada kondisi pupuk anorganik karakter jumlah polong, lebar biji dan berat 1000 biji mempengaruhi hasil biji secara nyata. Pada kondisi pupuk organik karakter jumlah polong, lebar biji dan berat 1000 biji mempengaruhi hasil biji secara nyata. Pada kondisi pupuk organik dan anorganik karakter berat segar akar, jumlah polong, panjang polong, lebar polong dan berat 1000 biji mempengaruhi hasil biji secara nyata. Usaha perakitan varietas wijen untuk pertanian organik dapat dilakukan pada kondisi anorganik sebagai kriteria seleksi menggunakan karakter jumlah polong dan lebar polong.
Universitas Gadjah Mada
2013-02-20 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1594
Vegetalika; Vol 1, No 4 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1595
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130220 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Rahmawati, Endang Sulistyaningsih, Eka Tarwaca Susila Putra, Hindun
Tomat merupakan tanaman hortikultura yang bersifat moderat sensitif terhadap salinitas dengan batas toleransi 1,3-6 dS/m. Akhir-akhir ini, kualitas air irigasi mengalami penurunan karena akumulasi mineral garam dari intrusi air laut dan residu pupuk. Namun, penyiraman dengan air salin dapat meningkatkanmutu buah tomat (Yin et al., 2010). Oleh karena itu, pengaruh penyiraman larutan NaCl terhadap pertumbuhan dan hasil dua varietas tomat menjadi tujuan dari penelitian ini.
Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Lengkap, terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah kadar penyiraman larutan NaCl, yaitu 0, 2500, 5000, dan 7500 ppm. Faktor kedua adalah varietas tomat, yaitu ‘Warani’ dan ‘Permata’. Penyiraman NaCl dilakukan sejak tanaman berbunga sampai panen, dengan interval tiga hari sekali. Respon tanaman terhadap penyiraman NaCl dievaluasi dengan mengamati pertumbuhan tanaman, komponen hasil, dan kualitas hasil tomat.
Hasil penelitian menunjukka n bahwa tidak ada interaksi antara kadar NaCl dengan varietas tomat. Pertumbuhan tanaman (bobot kering akar dan kandungan klorofil), hasil, dan mutu buah tomat (padatan terlarut total) meningkat pada pemberian NaCl sebesar 2500 ppm apabila dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi perlakuan NaCl (kontrol), tetapi pertumbuhan tanaman menurun ketika tanaman diberi perlakuan NaCl sebesar 5000 ppm dan 7500 ppm. Kadar NaCl yang optimum untuk meningkatkan mutu buah tomat adalah sebesar 2500 ppm. Pada umumnya, ‘Warani’ dan ‘Permata’ memiliki pertumbuhan, hasil, dan mutu buah yang sama.
Universitas Gadjah Mada
2013-02-20 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1595
Vegetalika; Vol 1, No 4 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1596
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130220 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Sa’diyah, Rudi Lukman, Aziz Purwantoro, Panjisakti Basunanda, Ismatus
Penggunaan penanda mikrosatelit (SSR) dan RAPD diuji coba kemungkinannya dalam pengujian keseragaman. Keseragaman dalam pola penanda SSR dan RAPD diperbandingkan dengan keseragaman karakter morfologi pada empat galur tetua mentimun (Cucumis sativus) yang masing-masing diberi kode 1002-A, 1002-B, 1007-A, dan 1007-B. Dua puluh individu dari setiap galur diamati 26 karakter morfologinya. Profil penanda RAPD dilihat terhadap 18 primer acak dan sebelas pasang primer penanda mikrosatelit.
Keseragaman karakter morfologi sangat tinggi untuk keempat kelompok tetua dan hanya dua karakter yang menunjukkan keseragaman 95%. Di sisi lain, penanda-penanda mikrosatelit menunjukkan keragaman yang agak tinggi sampai sangat rendah. Dapat disimpulkan bahwa penanda mikrosatelit yang berkeragaman rendah, sehingga relevan bagi pengujian keseragaman material ini, adalah CSJCT14, CSJCT252, SSR16301, SSR20354, dan SSR23148. Pengujian menggunakan penanda RAPD menghasilkan lokus-lokus yang relevan bagi pengujian keseragaman adalah OPP14, OPP15, OPQ09, OPR19, OPS13, , dan OPT12 .Sebagai simpulan umum, tidak ada perbedaan nyata yang ditemukan antara lokus SSR yang terpilih dan karakter morfologi. Penanda SSR yang telah diverifikasi dapat digunakan untuk menguji keseragaman pada mentimun. Penanda RAPD perlu dikaji ulang penggunaannya dalam pengujian keseragaman karena menunjukkan hasil yang berbeda dengan penanda morfologi.
Universitas Gadjah Mada
2013-02-20 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1596
Vegetalika; Vol 1, No 4 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1597
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130220 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Zuhaida, Erlina Ambarwati, Endang Sulistyaningsih, Laila
Zat besi (Fe) merupakan salah satu mineral yang penting bagi manusia, terutama bagi perempuan. Manusia perlu mengkonsumsi pangan dengan kandungan Fe yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan manusia terhadap zat besi. Peningkatan kandungan Fe dapat dilakukan melaui biofortifikasi Fe secara agronomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan Fe pada larutan nutrisi terhadap pertumbuhan, hasil, dan kandungan Fe pada tanaman selada (Lactuca sativa L.). Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada mulai bulan September-November 2011. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap yang disusun dalam Oversites design dengan empat perlakuan dosis Fe serta tiga ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah Fe 1,5 ppm; Fe 3,0 ppm; Fe 4,5 ppm; dan Fe 6,0 ppm. Sumber senyawa Fe yang digunakan yaitu Fe-EDTA.
Penambahan Fe pada larutan nutrisi hingga 6,0 ppm tidak menghambat pertumbuhan serta hasil pada tanaman selada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selada memiliki tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, lamanya luas daun, bobot segar akar, bobot segar tajuk, dan bobot segar total tanaman paling besar jika ditumbuhkan pada larutan nutrisi dengan Fe 6,0 ppm. Konsentrasi Fe 6,0 ppm mampu menghasilkan kandungan Fe paling tinggi yaitu sebesar 0,198 mg Fe/bobot kering daun.
Universitas Gadjah Mada
2013-02-20 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1597
Vegetalika; Vol 1, No 4 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1598
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130220 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Ayu, Didik Indradewa, Erlina Ambarwati, Lintang
Ketinggian tempat merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan, hasil dan kualitas pucuk teh. Terdapat hubungan erat antara tinggi tempat dengan suhu udara. Suhu udara menurun seiring dengan bertambahnya tinggi tempat. Sebuah percobaan lapangan telah dijalankan dengan tujuan untuk menentukan pengaruh tinggi tempat terhadap pertumbuhan, hasil dan kualitas pucuk teh serta menentukan tinggi tempat yang optimal bagi budidaya teh. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Oktober - Desember 2010 di Kebun Teh PT. Pagilaran, Desa Keteleng, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang. Penelitian dijalankan menggunakan teh tipe Assamica asal biji dengan umur pangkas 3 tahun. Percobaan lapangan disusun dalam rancangan multilokasi dengan tiga blok sebagai ulangan. Perlakuan yang diuji adalah 5 ketinggian tempat, yaitu 735, 896, 980, 1.023 dan 1.254 m dari permukaan laut (dpl). Pengamatan dilakukan terhadap variabel pertumbuhan, hasil dan kualitas pucuk teh. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis varian (ANOVA) pada taraf 5% dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (LSD). Ketinggian tempat yang optimal bagi pertumbuhan, hasil dan kualitas pucuk teh ditentukan menggunakan analisis regresi. Penelitian memberikan informasi bahwa pertumbuhan, hasil dan kualitas pucuk teh yang dipetik pada ketinggian 980 m dpl nilainya lebih tinggi daripada pucuk yang berasal dari ketinggian 735, 896, 1.023 dan 1.254 m dpl. Oleh karena itu, ketinggian tempat yang optimal bagi pertumbuhan, hasil dan kualitas pucuk teh berada pada 980 m dpl. Ketinggian tersebut termasuk ke dalam zona medium yaitu 800 – 1.200 m dpl.
Universitas Gadjah Mada
2013-02-20 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1598
Vegetalika; Vol 1, No 4 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1599
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130220 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Anada, Sri Muhartini, Sriyanto Waluyo, Pikri
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar atonik, mendapatkan kadar atonik yang paling baik dan mengetahui interaksi kadar atonik terhadap pertumbuhan dan hasil dua jenis jahe (Zingiber officinale Roscoe). Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Tridharma Banguntapan, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, pada bulan April - Agustus 2011. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama yaitu jenis jahe terdiri dari jahe putih besar/gajah/badak (Z1) dan jahe merah (Z2), faktor kedua yaitu kadar atonik terdiri dari tanpa atonik (A0), kadar atonik 0,5 ml/l (A1), kadar aonik 1 ml/l (A2), kadar atonik 1,5 ml/l (A3), dan kadar atonik 2 ml/l (A4). Variabel pengamatan meliputi pengamatan lingkungan, tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah daun, luas daun, berat segar (tajuk, akar, dan rimpang), berat kering (tajuk, akar, dan rimpang), volume rimpang dan warna rimpang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jahe merah berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil kecuali pada variabel indeks panen. Pemberian berbagai kadar atonik belum mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil dua jenis jahe. Terdapat interaksi antara jenis jahe dengan kadar atonik pada berat segar rimpang, berat segar total, dan berat kering rimpang pada umur 8 mst.
Universitas Gadjah Mada
2013-02-20 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1599
Vegetalika; Vol 1, No 4 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1600
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130220 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Ratri Astuti, Rohlan Rogomulyo, Sri Muhartini, Ikhsanah
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh intensitas cahaya dan pemangkasan daun terhadap pertumbuhan dan hasil umbi daun dewa (Gynura procumbens Back.) serta mendapatkan interaksi yang paling baik antara intensitas cahaya dan pemangkasan daun terhadap pertumbuhan dan hasil umbi daun dewa. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan milik Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, di Banguntapan, Bantul, Yogyakarta, pada bulan Agustus sampai Desember 2011.
Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok lengkap split plot dengan 3 ulangan sebagai blok. Perlakuan utama adalah intensitas cahaya yaitu 4 minggu tanpa naungan, 11 minggu naungan 50%; intensitas cahaya 75%; dan intensitas cahaya 50%. Anak perlakuan adalah pemangkasan daun yaitu tidak dipangkas, pemangkasan 25% daun dari total daun, dan pemangkasan 50% daun dari total daun.
Tidak terdapat interaksi antara intensitas cahaya dan pemangkasan daun pada semua variabel pengamatan. Intensitas cahaya 50% secara nyata dapat meningkatkan jumlah anakan dan intensitas cahaya 75% secara nyata meningkatkan berat daun khas. Pemangkasan 25% daun meningkatkan rasio akar tajuk daun dewa. Intensitas cahaya ataupun pemangkasan daun tidak berpengaruh nyata terhadap hasil umbi daun dewa.
Universitas Gadjah Mada
2013-02-20 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1600
Vegetalika; Vol 1, No 4 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1601
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130220 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
J. Zebua, Toekidjo, Rohmanti Rabaniyah, Silwanus
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan pertumbuhan tanaman dan kualitas benih kacang hijau yang ditanam secara tumpangsari dengan tanaman jagung. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Banguntapan dan di Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, pada bulan Oktober 2011 sampai Januari 2012. Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2 x 4 yang disusun secara RAKL (Rancangan Acak Kelompok Lengkap). Faktor pertama yaitu varietas kacang hijau, terdiri atas varietas Walet dan varietas Vima-1 sedangkan faktor kedua yaitu sistem penanaman, terdiri atas monokultur kacang hijau, tumpangsari dengan 3 baris
Universitas Gadjah Mada
2013-02-20 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1601
Vegetalika; Vol 1, No 4 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1602
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130220 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
A.W.P, Sri Muhartini, Sri Trisnowati, Kusumasiwi
Penelitian bertujuan untuk mengkaji pengaruh warna mulsa plastik terhadap pertumbuhan dan hasil terung yang ditanam secara monokultur atau secara tumpangsari dengan kangkung darat, serta mengkaji kelayakan usaha taninya. Penelitian dilaksanakan di desa Banyudono, kecamatan Dukun, kabupaten Magelang, Jawa Tengah mulai bulan Maret 2011 sampai bulan Oktober 2011. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan faktorial 2x4 yang disusun menurut rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) dengan 3 ulangan. Faktor pertama merupakan sistem tanam yang terdiri dari 2 (dua) macam yaitu pertanaman terung monokultur dan tumpangsari terung dengan kangkung darat. Faktor kedua merupakan warna mulsa terdiri dari 3 (tiga) macam yaitu bening, hitam dan hitam-perak. Pertanaman tanpa mulsa plastik ditambahkan sebagai kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan mulsa plastik warna hitam dan hitam-perak nyata meningkatkan pertumbuhan dan hasil terung baik yang ditanam secara monokultur maupun tumpangsari dengan kangkung darat. Penanaman kangkung darat di antara baris tanaman terung tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan terung tetapi nyata menurunkan hasil yang dinyatakan dalam jumlah buah, bobot buah/tanaman, bobot buah/petak produksi, dan bobot buah/hektar. Mulsa plastik hitam-perak paling sesuai digunakan pada pertanaman terung monokultur sedangkan mulsa plastik hitam paling sesuai digunakan pada pertanaman tumpangsari terung dengan kangkung darat. Hasil analisis kelayakan usaha tani menyebutkan bahwa budidaya terung baik secara monokultur atau tumpangsari dengan kangkung darat menggunaan mulsa plastik layak untuk dikembangkan.
Universitas Gadjah Mada
2013-02-20 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1602
Vegetalika; Vol 1, No 4 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1603
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130220 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Fitri Novita Lestari, Didik Indradewa, Rohlan Rogomulyo, Dia
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem pertanian konvensional, transisi, dan organik terhadap perubahan komposisi dan dominansi gulma, mengetahui jenis gulma yang dapat dijadikan sebagai indikator dan membandingkan pertumbuhan gulma di lahan konvensional, transisi dan organik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 hingga Mei 2012 di Gabungan Kelompok Tani Permatasari, Desa Tirtosari, Sawangan, Magelang. Penelitian ini merupakan percobaan lapangan dan merupakan pecobaan perbandingan antar lokasi berrdasarkan cara budidaya yang berbeda yaitu budidaya padi secara konvensional, transisi 1, transisi 2, transisi 3, dan organik yang ditanami dengan tanaman padi (Oryza sativa L.) Menthik Wangi Susu. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 4 ulangan pada setiap lokasi. Data hasil pengamatan dianalisis dengan analisis varian dan apabila terdapat beda nyata dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf 95 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat tanaman memasuki fase vegetatif awal hingga fase menguning jumlah spesies gulma, jumlah individu gulma, dan skor kerapatan gulma di lahan organik lebih banyak dan rapat dibandingkan dengan lahan konvensional, transisi 1, transisi 2, dan transisi 3. Gulma indikator di lahan konvensional yaitu jenis gulma daun lebar Ludwigia adsecendens (L.) Hara, Eriocaulon cinereum R. Br., dan Pistia stratiotes L., di lahan transisi 1, transisi 2, dan transisi 3 gulma indikatornya yaitu jenis gulma tekian spesies Eriocaulon cinereum R. Br., dan di lahan organik jenis gulma daun lebar spesies Althernanthera philoxeroides (Mart.), Ludwigia peruviana (L.), Rotala leptopetala Koehne, dan Limnocaris flava (L.) Buchenau. Pertumbuhan gulma seperti Nisbah Luas daun, luas daun, indeks luas daun, laju asimilasi bersih, laju pertumbuhan gulma, dan berat kering gulma di lahan organik juga lebih tinggi dibandingkan dengan lahan konvensional dan transisi.
Universitas Gadjah Mada
2013-02-20 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1603
Vegetalika; Vol 1, No 4 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1604
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130220 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Arifin, Prapto Yudono, Toekidjo, Zainal
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian GA3 pada berbagai konsentrasi terhadap pembungaan, kuantitas dan kualitas benih cabai merah keriting. Selain itu juga untuk mengetahui konsentrasi GA3 yang paling tepat dalam meningkatkan pembungaan, kuantitas dan kualitas benih cabai merah keriting sehingga diharapkan dapat mengurangi kerontokan bunga dan buah. Penelitian dilakukan di lahan petani di Desa Sumberrahayu, Moyudan, Sleman, Yogyakarta dengan jenis tanah inceptisol dan di LaboratoriumTeknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan perlakuan faktor tunggal yaitu konsentrasi dengan 4 aras yaitu 0 ppm (G0), 20 ppm (G1), 40 ppm (G2), dan 60 ppm (G3) dengan 3 ulangan, sehingga jumlah keseluruhan unit penelitian adalah 12 unit. Perlakuan yang digunakan adalah penggunaan larutan zat pengatur tumbuh (GA3). Langkah-langkah dalam penelitian ini terdiri dari persiapan alat dan bahan, penyiapan bibit dan perkecambahan biji. Variabel di lapangan yang diamati adalah umur berbunga, persentase bunga gugur, jumlah buah gugur, jumlah bunga, umur panen, jumlah buah jadi, jumlah biji, bobot biji, dan rendemen sedangkan di laboratorium yang diamati adalah bobot 100 biji, gaya berkecambah, indeks vigor, dan vigor hipotetik bibit. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan software SAS 9.1.3 dan jika ada beda nyata diuji lanjut dengan Duncan’s New Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% dan Polinomial Ortogonal untuk menetukan dosis optimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh GA3 nyata perlakuan 20 ppm dapat mengurangi gugurnya bunga sebesar 42.69% sehingga jumlah bunga pertanaman meningkat 33.98% yang menyebabkan jumlah buah pertanaman bertambah sebesar 36.64%. Dengan demikian jumlah biji dan bobot 100 biji pun juga meningkat dengan nyata sebesar 59.18% dan 0.083%. Umur berbunga dan umur panen dengan nyata dapat diperpendek dengan pemberian GA3 40 ppm. Dosis optimal untuk variabel umur berbunga sebesar 36 ppm, persentase bunga gugur sebesar 43.36 ppm, umur panen sebesar 36.58 ppm, jumlah biji sebesar 31.56 ppm, bobot biji sebesar sebesar 30.5 ppm, dan bobot 100 biji sebesar 18.75 ppm. Pengaruh GA3 tidak nyata pada konsentrasi 20, 40, dan 60 ppm terhadap kontrol ( 0 ppm) pada variabel jumlah buah gugur, jumlah buah jadi, bobot buah pertanaman, gaya kecambah, indeks vigor, serta indeks vigor hipotetik. Dengan demikian pengaruh GA3 dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas benih cabai merah keriting.
Universitas Gadjah Mada
2013-02-20 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1604
Vegetalika; Vol 1, No 4 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1605
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130220 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Suyadi MW, Sriyanto Waluyo, Winursito,
Penelitian dengan judul hasil dan keragaman genetik tujuh klon the (Camellia sinensis (L.) Kuntze) di dua lokasi dengan ketinggian berbeda bertujuan untuk mengetahui daya hasil dan keragaman genetik tujuh klon teh berdasarkan pada kuantitas pucuk yang dihasilkan di kebun Pagilaran, Batang, Jawa Tengah. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari sampai dengan Mei 2012. Penelitian menggunakan Rancangan Tersarang (Nested Design) dengan tujuh klon dan dua lokasi sebagai perlakuan. Klon yang digunakan adalah PGL 1, PGL 3, PGL 4, PGL 7, PGL 10, TRI 2025 dan Gambung 9 yang tersarang di kebun bagian Kayulandak (1300 m dpl) dan kebun bagian Andongsili (1100 m dpl). Variabel yang diamati adalah luas bidang petik, jumlah pucuk peko per tanaman, jumlah pucuk burung per tanaman, jumlah pucuk total per tanaman, bobot pucuk peko per tanaman, bobot pucuk burung per tanaman, bobot pucuk total per tanaman, bobot pucuk peko per plot, bobot pucuk burung per plot dan bobot pucuk total per plot.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuh klon teh yang ditanam di dua lokasi dengan ketinggian tempat berbeda menunjukkan respon (bobot pucuk total per plot) yang tidak sama. Terdapat kecenderungan bobot pucuk total per plot pada kebun bagian Kayulandak lebih tinggi dibandingkan dengan kebun bagian Andongisili. Klon PGL 3, PGL 4 dan PGL 10 memiliki kecenderungan bobot pucuk total per plot lebih tinggi dibandingkan dengan klon-klon lainnya di kebun bagian Kayulandak, sedangkan di kebun bagian Andongsili kecenderungan serupa diperlihatkan oleh klon PGL 3, PGL 10 dan Gambung 9. Nilai koefisien variabilitas genetik (KVG) dan heritabilitas (H) yang tinggi diperlihatkan oleh variabel pangamatan jumlah pucuk peko per tanaman, bobot pucuk peko per tanaman dan bobot pucuk peko per plot.
Universitas Gadjah Mada
2013-02-20 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1605
Vegetalika; Vol 1, No 4 (2012)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1606
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130317 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Aristya, Djoko Prajitno, Supriyanta, Taryono, Vina Eka
Penelitian untuk mengetahui cara budidaya tanaman kelapa di kebun rakyat dan mengetahui keragaman morfologi tanaman kelapa di Kabupaten Kebumen, dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2008 menggunakan metode survei budidaya dan morfologi tanaman kelapa. Pengambilan contoh acak dilakukan secara berstrata antar kecamatan, antar desa, antar petani, antar tanaman. Pengamatan dan pengumpulan data dilakukan terhadap karakter morfologi tanaman kelapa meliputi sifat kuantitatif dan kualitatif yaitu morfologi batang, daun dan komponen buah Hasil penelitian menunjukkan budidaya tanaman Cocos nucifera di Kabupaten Kebumen telah sesuai dengan rekomendasi, dipandang dari segi pemindahan bibit ke lahan, pembuatan lubang tanam, waktu penanaman bibit ke lahan, pengendalian gulma, pengendalian hama kelapa Oryctes rhinoceros, tikus pohon (Rattus rattus tiomaticus) dan Kutu putih (Aleurodicus destructor Macki), serta umur pertama tanaman berbunga. Keragaman morfologi Cocos nucifera di Kabupaten Kebumen terdapat pada karakter tinggi dan lingkar batang, panjang dan lebar tangkai daun, tebal daging buah, berat utuh buah, berat air buah, berat tempurung buah, nilai persentase berat sabut per berat utuh buah, nilai persentase berat air buah per berat utuh buah, nilai persentase berat tempurung per berat utuh buah, umur tanaman pertama berbunga, umur panen buah, jumlah buah per tanaman per panen, jumlah tanaman per tahun yang dipanen, harga jual buah dan umur pertama tanaman diambil nira.
Kata kunci : Kelapa (Cocos nucifera L.), budidaya kelapa, keragaman morfologi.
Universitas Gadjah Mada
2013-03-17 22:17:56
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1606
Vegetalika; Vol 2, No 1 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1613
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130317 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Adhitya, Rohlan Rogomulyo, Sriyanto Waluyo, Tadma
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh tingkat naungan dan dosis pupuk urea terhadap pertumbuhan dan hasil sambiloto (Andrographis paniculata NEES.) serta mendapatkan interaksi yang paling baik antara tingkat naungan dan dosis pupuk urea terhadap pertumbuhan dan hasil sambiloto. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan milik Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, di Banguntapan, Bantul, Yogyakarta, pada bulan Maret sampai Mei 2012.
Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok lengkap split plot dengan 3 ulangan sebagai blok. Perlakuan utama adalah tingkat naungan yaitu tingkat naungan 0%, tingkat naungan 25%, dan tingkat naungan 50%. Anak perlakuan adalah dosis pupuk urea yaitu dosis pupuk urea 100 kg/ha, dosis pupuk urea 200 kg/ha, dan dosis pupuk urea 300 kg/ha.
Tidak terdapat interaksi antara tingkat naungan dan dosis pupuk urea pada semua variabel pengamatan. Tingkat naungan 50% secara nyata dapat meningkatkan luas daun dan nisbah luas daun. Dosis pemupukan N2 (200 kg urea/ha) tidak memberikan beda nyata pada berat segar daun, berat kering daun, berat segar batang, dan berat kering batang sambiloto. Akan tetapi, dosis pemupukan N3 (300 kg urea/ha) secara nyata meningkatkan berat segar daun, berat kering daun, berat segar batang, dan berat kering batang sambiloto dibandingkan dengan N1 (100 kg urea/ha).
Kata kunci: sambiloto, tingkat naungan, dosis pupuk urea
Universitas Gadjah Mada
2013-03-17 22:17:56
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1613
Vegetalika; Vol 2, No 1 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1614
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130317 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Anggarini M., Tohari, Dody Kastono, Avy
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mikoriza dan bahan percobaan (biji dan tunggul) terhadap pertumbuhan dan hasil sorgum manis. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilaksanakan di Kebun Percobaan Tridharma Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada yang berlokasi di Banguntapan, Bantul, Yogyakarta pada bulan Februari sampai Mei 2012. Rancangan Percobaan yang digunakan adalah rancangan petak terbagi (split plot). Petak utama adalah bahan percobaan terdiri dari 3 taraf yaitu biji, tunggul 1, dan tunggul 2. Anak petak adalah pemberian mikoriza terdiri dari 2 taraf yaitu tanpa mikoriza dan dengan mikoriza (5 g/lubang tanam). Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam α = 5 %, dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) α = 5 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas biji sorgum manis yang berasal dari tunggul 2 (5,18 ton/ha) lebih rendah 38,33 % dari produktivitas sorgum manis yang berasal dari biji (8,40 ton/ha) dan lebih rendah 35,25 % dari produktivitas sorgum manis yang berasal dari tunggul 1 (8,00 ton/ha). Hasil nira tunggul 1 (539,29 l/ha) dan tunggul 2 (362,18 l/ha) lebih rendah 25,31 dan 49,84 % dari hasil nira sorgum manis yang berasal dari biji 722,07 l/ha. Pemberian mikoriza 5 g/lubang tanam memberikan hasil nira 611,51 l/ha yang meningkat 29,88 % dari tanpa pemberian mikoriza (470,84 l/ha).
Kata Kunci : mikoriza, pengeprasan, sorgum manis, tunggul.
Universitas Gadjah Mada
2013-03-17 22:17:56
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1614
Vegetalika; Vol 2, No 1 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1615
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130317 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Widhityarini, Suyadi Mw, Aziz Purwantoro, Djati
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh skarifikasi dan perendaman KNO3 terhadap kecepatan pematahan dormansi biji
Universitas Gadjah Mada
2013-03-17 22:17:56
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1615
Vegetalika; Vol 2, No 1 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1616
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130317 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Suryono, Aziz Purwantoro, Benito Heru Purwanto, Heri
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kombinasi dosis pupuk Kalium dan Silikat yang diberikan kepada tanaman kembang kertas (Zinnia elegans Jacq.) terhadap umur pajang bunga potong kembang kertas (Zinnia elegans Jacq.) setelah panen. Penelitian dilaksanakan di Kebun Tridharma Banguntapan, Bantul. Sedangkan analisa tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Umum dan Kimia Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta dan Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu UGM Yogyakarta. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah jenis pupuk yaitu pupuk Si dan pupuk Kalium. Faktor kedua adalah dosis pupuk yaitu untuk pupuk Si 0 kg/Ha; 11,2 kg/Ha; 22,4 kg/Ha dan untuk pupuk Kalium 0 kg/Ha; 100 kg/Ha; 200 kg/Ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi dosis pemupukan Si dan K dapat meningkatkan diameter tangkai bunga, meningkatkan kekerasan tangkai bunga, serta memperpanjang umur pajang bunga potong kembang kertas. Pemberian dosis pupuk K 100 kg/Ha dan Si 11,2 kg/Ha menghasilkan umur pajang bunga potong kembang kertas paling lama yaitu selama 6,3 hari.
Kata kunci: Silikon, Kalium, Zinnia elegans Jacq.
Universitas Gadjah Mada
2013-03-17 22:17:56
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1616
Vegetalika; Vol 2, No 1 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1617
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130317 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Pengaruh Warna Plastik dan Umur PembrongsongNoorbaiti, Sri Trisnowati, Suyadi Mitrowiharjo, Indah
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh warna plastik dan umur pembrongsongan terhadap mutu buah jambu biji (Psidium guajava L.). Penelitian dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Bogor mulai Januari 2012 sampai April 2012.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan petak terbagi yang disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan tiga blok sebagai ulangan. Perlakuan utama adalah umur pembrongsongan yaitu 4 minggu setelah antesis dan 6 minggu setelah antesis, sedang anak perlakuan terdiri atas warna plastik pembrongsong yaitu biru, merah, hitam, kuning, dan bening. Satu perlakuan tanpa pembrongsongan bertindak sebagai kontrol. Pengamatan dilakukan pada warna buah, bobot segar buah, panjang buah, diameter buah, susut bobot, kelunakan buah, padatan total terlarut, pH buah, asam tertitrasi, kandungan vitamin C, dan nilai organoleptik. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam. Hasil analisis yang menunjukkan ada beda diuji dengan Duncan New’s Multiple Range Test pada α=5%.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada interaksi antara umur pembrongsongan dengan warna plastik pada semua variabel yang diamati. Buah yang tidak dibrongsong (kontrol) mengalami kerontokan 100%. Plastik biru menghasilkan warna buah jambu biji yang menarik (kuning cerah), plastik merah meningkatkan bobot segar buah, sedangkan plastik bening memiliki nilai padatan total terlarut (PTT) terbaik. Waktu pembrongsongan tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh variabel mutu buah.
Kata kunci: jambu biji, mutu buah, pembrongsongan, warna plastik.
Universitas Gadjah Mada
2013-03-17 22:17:56
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1617
Vegetalika; Vol 2, No 1 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1618
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130317 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Sri Trisnowati, Sri Muhartini, Nurrochman,
Penelitian ini dilaksanakan untuk mendapatkan dosis pupuk kalium klorida (KCl) dan umur penjarangan buah yang dapat memberikan hasil dan mutu salak ‘Pondoh Super’ yang tertinggi. Penelitian ini dirancang menggunakan metode Petak Terbagi yang diatur dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan 3 blok sebagai ulangan. Petak utama berupa dosis KCl yang terdiri atas 10 gram/tanaman, 20 gram/tanaman, dan 30 gram/tanaman. Anak petak berupa umur penjarangan buah yang terdiri atas tanpa penjarangan buah, penjarangan pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan setelah penyerbukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara pupuk kalium klorida dan umur penjarangan buah pada bobot buah dalam tandan dan bobot buah tanpa tandan. Hasil salak tertinggi didapatkan pada tanaman yang dipupuk 20 gram KCl tanpa penjarangan buah. Penjarangan buah menghasilkan diameter buah lebih besar dan bentuk buah lebih baik. Kecuali kandungan vitamin C, pupuk KCl dan umur penjarangan buah tidak berpengaruh nyata pada karakter fisiko-kimia buah salak. Peningkatan dosis KCl menurunkan kandungan vitain C buah.
Kata Kunci : hasil, kalium klorida, mutu, salak pondoh, umur penjarangan.
Universitas Gadjah Mada
2013-03-17 22:17:56
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1618
Vegetalika; Vol 2, No 1 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1619
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130317 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Fariudin, Endang Sulistyaningsih, Sriyanto Waluyo, Rofiq
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil dua kultivar selada (Lactuca sativa, L.) dalam akuaponika pada kolam gurami dan kolam nila. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni tahun 2012 di kolam perikanan Fakultas Pertanian UGM. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Tersarang (Nested Design) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah kolam yaitu kolam gurami dan kolam nila. Faktor kedua adalah selada yaitu selada merah dan selada hijau. Faktor selada tersarang pada kolam. Variabel pengamatan tanaman meliputi tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, luas daun, kehijauan daun, kandungan klorofil daun, bobot segar tajuk, bobot segar akar, bobot kering tajuk, dan bobot kering akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi tanaman selada hijau lebih tinggi daripada selada merah. Diameter batang tanaman selada yang ditanam di kolam nila lebih besar daripada kolam gurami. Kehijaun daun selada merah lebih tinggi daripada selada hijau. Laju pertumbuhan tanaman selada yang ditanam di kolam nila lebih cepat daripada kolam gurami. Laju pertumbuhan tanaman selada merah lebih cepat daripada selada hijau. Jumlah daun, luas daun, kandungan klorofil, nisbah luas daun, bobot segar akar, bobot segar tajuk, laju pertumbuhan nisbi, laju asimilasi bersih, bobot kering akar, bobot kering tajuk, kadar air, dan bobot hasil per tanaman selada sama pada tiap perlakuan. Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa tanaman selada merah dan selada hijau dapat ditanam di kolam gurami maupun kolam nila dengan hasil yang masih belum optimal.
Kata kunci : selada, kolam ikan, akuaponika.
Universitas Gadjah Mada
2013-03-17 22:17:56
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1619
Vegetalika; Vol 2, No 1 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1620
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130317 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Sera Wahyuni, Sri Trisnowati, Suyadi Mitrowiharjo, Patmi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama penyinaran UV-C dan suhu penyimpanan terhadap pematangan dan nilai organoleptik buah sawo, serta untuk mendapatkan kombinasi perlakuan lama penyinaran UV-C dan suhu ruang simpan yang dapat menunda pematangan buah sawo tanpa menurunkan mutunya. Penelitian menggunakan 4 aras lama penyinaran UV-C yaitu tanpa penyinaran, 5 menit, 10 menit, dan 15 menit. Buah sawo yang telah disinari disimpan pada suhu kamar (27,13 – 28,11oC) dan suhu rendah (16,70 – 18,13oC).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara lama penyinaran UV-C dengan suhu penyimpanan pada pematangan dan nilai organoleptik buah sawo. Penyinaran UV-C tidak menghambat pematangan. Penyimpanan pada suhu rendah menghambat pematangan buah sawo 6 hari lebih lama dibandingkan penyimpanan pada suhu kamar. Lama penyinaran UV-C dan suhu penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai organoleptik buah sawo.
Kata kunci: Sawo, UV-C, suhu penyimpanan, pematangan, nilai organoleptik.
Universitas Gadjah Mada
2013-03-17 22:17:56
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1620
Vegetalika; Vol 2, No 1 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/1621
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130317 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Syaiful Ma’arief, Taryono, Prapto Yudono, Muhammad
Wijen merupakan tanaman penting penghasil minyak yang dibudidayakan di daerah tropis maupun sub tropis untuk diambil asam lemak, protein, vitamin serta asam aminonya. Produksi wijen dalam negeri tergolong rendah, peningkatan produksi wijen dapat dilakukan melalui pemanfaatan lahan marginal yang sering mengalami cekaman abiotik dengan penggunaan kultivar berdaya daya hasil tinggi yang sesuai untuk lahan marginal. Penelitian berjudul “Keragaan Sembilan Kultivar Wijen (Sesamum indicum L.) dalam Berbagai Tingkat Salinitas” bertujuan untuk mengetahui tanggapan beberapa kultivar wijen terhadap cekaman salinitas serta mengetahui daya adaptasil kultivar wijen pada budidaya lahan pasir pantai yang tercekam salinitas.
Penelitian menggunakan pendekatan percobaan 9 x 6 faktorial yang diatur dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah 9 kultivar wijen, sedang faktor kedua adalah 6 konsentrasi NaCl. Pengamatan meliputi daya hantar listrik tanah, tinggi tanaman, jumlah polong, jumlah cabang, dan berat biji per tanaman. Data dianalisis dengan pendekatan analisis varian dan apabila terdapat interaksi antarakultivar dan cekaman salinitas pada sifat bobot total biji kering per tanaman, analisis dilanjutkan menggunakan diagram GGE biplot.
Pemberian larutan garam dengan konsentrasi 8 dan 10 g/l NaCl menghambat pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Pengaruh salinitas biasanya linier pada banyak sifat kecuali pada sifat akar. Dari analisis GGE biplot menunjukkan bahwa Gamawi 2 dan Sumberejo 3 cenderung sesuai pada kondisi tercekam salinitas dalam budidaya wijen lahan pasir pantai.
Kata kunci : wijen, konsentrasi NaCl, budidaya pasir pantai
Universitas Gadjah Mada
2013-03-17 22:17:56
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1621
Vegetalika; Vol 2, No 1 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/2410
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130910 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Karimah, Setyastuti Purwanti, Rohlan Rogomulyo, Asma
Temulawak merupakan tanaman yang banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional. Dalam budidaya temulawak yang menjadi kendala adalah rimpang tidak tumbuh dengan cepat dan serempak. Penelitian mengenai pengaruh konsentrasi air kelapa dan urin sapi terhadap percepatan pertunasan temulawak bertujuan untuk memperpendek masa tertundanya pertunasan temulawak dan menentukan konsentrasi larutan urin sapi dan air kelapa yang paling baik bagi percepatan pertunasan bibit temulawak. Penelitian ini dilakukan di Padukuhan Pusmalang, Cangkringan, Yogkarta pada bulan Agustus hingga November 2012. Penelitian yang dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 8 pelakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah perendaman dalam urin sapi konsentrasi 25%, 50%, dan 75%, air kelapa konsentrasi 25%, 50%, dan 75%, serta kontrol berupa perendaman dalam akuades dan tanpa perendaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman rimpang temulawak dalam air kelapa konsentrasi 50% dapat meningkatkan indeks vigor tanaman temulawak.
Universitas Gadjah Mada
2013-09-10 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/2410
Vegetalika; Vol 2, No 2 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/2411
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130910 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Muis, Didik Indradewa, Jaka Widada, Asmary
Pada umumnya kedelai ditanam di sawah dan tegalan (lahan kering). Kedua jenis lahan ini berpotensi mengalami keterbatasan air. Kekurangan air dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan menurunkan hasil. Aplikasi mikoriza pada tanaman merupakan salah satu upaya untuk mengatasi terhambatnya pertumbuhan karena cekaman kekeringan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh inokulasi mikoriza arbuskula terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai pada kondisi air yang terbatas. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian UGM, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta dari bulan Juni hingga September 2012. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap 2 faktor. Faktor pertama dengan 2 aras yaitu tanpa inokulasi mikoriza dan inokulasi mikoriza. Faktor kedua dengan 3 aras interval penyiraman yakni setiap hari, 3 hari, dan 6 hari. Inokulasi mikoriza dilakukan sebelum benih ditanam sedangkan perbedaan interval penyiraman setelah tanaman berumur 4 mst. Kadar lengas tanah diukur sebelum dan setelah penyiraman. Infeksi mikoriza pada akar diamati pada vegetatif maksimum. Pengamatan terhadap sistem perakaran dan tajuk pada 8 mst serta pengamatan komponen hasil dan hasil tanaman pada saat panen. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat interaksi antara mikoriza dengan interval penyiraman. Inokulasi mikoriza dapat meningkatkan jumlah bintil akar dan tidak mendukung pertumbuhan akar dan tajuk serta tidak meningkatkan komponen hasil dan hasil tanaman kedelai. Peningkatan interval penyiraman menjadi 6 hari menurunkan kadar lengas tanah, menghambat pertumbuhan akar dan tajuk, menurunkan bobot kering total serta komponen hasil dan hasil tanaman
Universitas Gadjah Mada
2013-09-10 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/2411
Vegetalika; Vol 2, No 2 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/2412
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130910 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Kurniawan, Sri Trisnowati, Sri Muhartini, Dedek
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh macam dan kadar kitosan terhadap pematangan dan mutu buah sawo (Manilkara zapota (L.) van Royen) dan menentukan kadar optimum kitosan yang dapat menunda pematangan dan menjaga mutu buah sawo terbaik. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hortikultura dan Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu, Universitas Gadjah Mada pada bulan Juli sampai Desember 2012. Penelitian menggunakan rancangan factorial 2x6+1 yang disusun dalam rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) dengan 3 blok sebagai ulangan. Faktor pertama adalah macam kitosan yaitu kitosan udang dan kepiting. Faktor kedua adalah kadar kitosan terdiri dari 0,5%, 1%, 1,5%, 2%, 2,5% dan 3%. Buah sawo tanpa kitosan digunakan sebagai kontrol. Hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis varian pada tingkat kepercayaan α = 5%. Apabila ditemukan beda nyata antar perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji Duncan pada tingkat kepercayaan α = 5%, dan juga uji kontras orthogonal untuk membandingkan rerata perlakuan dengan kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kitosan dapat menghambat pematangan dan memperpanjang umur simpan buah sawo 2 – 3 hari. Pengaruh kitosan udang tidak berbeda nyata dengan pengaruh kitosan kepiting. Kitosan tidak mengubah kualitas buah sawo saat matang, kecuali pada visual quality rating (VQR) yang lebih rendah daripada VQR buah sawo kontrol. Kadar kitosan optimum untuk menunda pematangan dan memperpanjang umur simpan buah sawo adalah kadar 2,6%.
Universitas Gadjah Mada
2013-09-10 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/2412
Vegetalika; Vol 2, No 2 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/2413
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130910 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Eko Riyanto, Toekidjo, Setyastuti Purwanti, Yuli
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan bobot benih beberapa klon karet dengan beberapa parameter kejaguran bibit batang bawah. Tingkat kejaguran bibit batang bawah secara fenotipik dapat terlihat dari tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, diameter batang, panjang akar, bobot segar dan bobot kering akar, serta bobot segar dan bobot kering tajuk. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 ulangan dan pengujian korelasi dilakukan dengan mengukur berat biji dari 5 klon karet, yaitu klon GT 1, PB 260, BPM 24, LCB 1320, dan PR 303, kemudian ditanam dan diamati parameter pertumbuhannya setiap seminggu sekali untuk data tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah daun, sedangkan data yang lain diperoleh pada pengamatan terakhir. Pengamatan data akhir menggunakan Leaf Area Meter untuk mengukur luas daun dan oven untuk mengetahui bobot kering akar dan tajuk tanaman. Data yang diperoleh dari pengamatan mingguan dan di akhir pengamatan diolah menggunakan program SAS 9.1 dan Microsoft Excel. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa benih berukuran berat pada klon GT 1, PB 260, BPM 24, dan PR 303 memiliki tingkat kejaguran lebih tinggi dibandingkan benih sedang maupun ringan, sedangkan benih berat pada klon LCB 1320 memiliki tingkat kejaguran sama seperti benih sedang maupun ringan.
Universitas Gadjah Mada
2013-09-10 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/2413
Vegetalika; Vol 2, No 2 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/2414
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130910 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Marda Purnama, Tohari, Dody Kastono, Jian
Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kajian teknologi parit berbahan organik pada produktivitas tumpangsari jagung (Zea mays L.) dan kacang hijau (Vigna radiata (L.) Wilczek) di lahan kering. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilaksanakan di lahan petani, Dusun Sidowayah, Kelurahan Wareng, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mulai bulan November 2010 sampai Februari 2011.
Rancangan percobaan yang digunakan untuk tanaman jagung sebagai tanaman pokok adalah rancangan petak terbagi (split plot). Faktor pertama adalah sistem parit terdiri 3 taraf yaitu tanpa parit, parit + tanpa bahan organik, dan parit + bahan organik. Faktor kedua adalah sistem tanam yang terdiri 2 taraf yaitu monokultur dan tumpangsari dengan kacang hijau. Rancangan percobaan yang digunakan untuk tanaman kacang hijau sebagai tanaman pendukung adalah rancangan acak kelompok lengkap (RCBD) yang terdiri dari 3 perlakuan yaitu tanpa parit + tanpa bahan organik, parit + tanpa bahan organik, dan parit + bahan organik. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam α = 5 %, apabila terdapat beda nyata antar perlakuan maka dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) α = 5 %.
Hasil penelitian menunjukkan pada tanaman pokok terjadi interaksi antar perlakuan parit dengan sistem tanam berpengaruh nyata terhadap luas daun dan indeks luas daun umur 4; 6; 8; 12 mst, bobot 100 biji, bobot biji per plot percobaan, dan bobot biji per hektar. Parit berbahan organik meningkatkan hasil biji per hektar sebesar 31,95 % dibandingkan perlakuan tanpa parit + tanpa bahan organik. Sistem tanam tumpangsari meningkatkan hasil sebesar 6,42 %. Pada tanaman pendukung perlakuan parit berbahan organik meningkatkan hasil sebesar 35,7 % perlakuan tanpa parit + tanpa bahan organik. Nisbah setaraan lahan (NSL) pada sistem tumpangsari dengan perlakuan parit tanpa bahan organik dan sistem tumpangsari dengan perlakuan parit berbahan organik menunjukkan nilai tertinggi yaitu 1,88 dan 1,90 dibandingkan perlakuan lain.
Universitas Gadjah Mada
2013-09-10 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/2414
Vegetalika; Vol 2, No 2 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/2415
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130910 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Fitriani, Toekidjo, dan Setyastuti Purwanti, Latifah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan sifat kualitatif dan menganalisis sifat kuantitatif lima kultivar cabai merah di dataran medium, mengidentifikasi sifat-sifat penting pada tanaman cabai merah yang digunakan sebagai parameter seleksi, dan mengetahui kemampuan adaptasi dan potensi produksi. Penelitian dilaksanakan di Desa Kemiri, Sigaluh, Banjarnegara, Jawa Tengah dengan ketinggian 550 m dpl pada bulan April-Oktober 2011. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan lima perlakuan kultivar cabai merah yaitu Branang, Gantari, dan Lembang-1 yang direkomendasikan untuk dataran tinggi, Kusuma dan Cipanas masih dalam tahap uji multilokasi serta tiga blok sebagai ulangan. Beda nyata antar perlakuan diuji lanjut menggunakan Duncan’s Multiple Range Test pada α=5 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pigmen ungu (antosianin) pada batang dan pigmen kuning (karotenoid) pada mahkota bunga. Lima kultivar cabai merah yang diuji memiliki hasil yang berbeda di dataran medium. Kultivar Branang memiliki hasil tertinggi (6,33 ton/ha) walaupun tidak berbeda nyata dengan kultivar Gantari (6,28 ton/ha), Kusuma (5,58 ton/ha), Lembang-1 (4,97 ton/ha), dan Cipanas (4,00 ton/ha). Lima kultivar cabai dataran tinggi yang ditanam di dataran medium tanaman tumbuh lebih tinggi, diameter batang lebih kecil, ukuran daun lebih panjang, berumur genjah, dan berat buah per hektar lebih rendah. Pada penelitian ini, tipe pertumbuhan, panjang batang dikotom, diameter batang, diameter buah, dan panjang tangkai buah, berat per buah, dan berat 1000 biji dapat digunakan sebagai parameter seleksi. Dari lima kultivar cabai yang diuji, kultivar Kusuma dan Lembang-1 berpotensi untuk dikembangkan di dataran medium karena banyak disukai oleh konsumen dan produksinya cukup baik.
Universitas Gadjah Mada
2013-09-10 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/2415
Vegetalika; Vol 2, No 2 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/2416
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130910 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Fatimah Hanum,Tri Warseno, dan Ema Hendriyani, Siti
Cissus quadrangularis L. merupakan salah satu anggota suku Vitaceae yang memiliki khasiat obat. Salah satunya di masyarakat Kabupaten Buleleng, Bali tanaman ini dikenal dapat menyembuhkan ambeien dengan cara memakan batangnya. Karena manfaatnya itu maka Kebun Raya „Eka Karya‟ Bali-LIPI mengkoleksinya di Taman Usada (Koleksi Tanaman Obat). Namun ironisnya pertumbuhannya sangat lamban dan tidak sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lokasi penanaman dan media tanam terhadap pertumbuhan stek batang Cissus quadrangularis L.. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Raya „Eka Karya‟ Bali-LIPI pada bulan Juni hingga Oktober 2011. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial 3 x 5 dengan 3 ulangan. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan vegetatif meliputi rata-rata jumlah daun, jumlah cabang, persentase berakar dan awal muncul tunas. Hasil yang diperoleh memperlihatkan pertumbuhan vegetatif C.quadrangularis L.. paling baik pada lokasi Pembibitan. Media tanam tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif C.quadrangularis L..
Universitas Gadjah Mada
2013-09-10 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/2416
Vegetalika; Vol 2, No 2 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/2417
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130910 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Kumala Dewi, Prapto Yudono, Jamhari, Novi
Penggunaan benih bersertifikasi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas padi. Oleh sebab itu, ketersedian benih unggul bersertifikat bagi petani dalam melakukan kegiatan usaha tani merupakan syarat mutlak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat adopsi petani, tingkat produktivitas, tingkat kualitas benih dan pendapatan petani terhadap penggunaan benih padi bersertifikat dan non-sertifikat. Penelitian ini dilaksanakan di empat desa yaitu Desa Purwomartani, Desa Selomartani, Desa Tamanmartani, dan Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, dimana terdapat petani yang menggunakan benih padi bersertifikat dan non-sertifikat. Teknik pengambilan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuisioner terhadap petani yang menggunakan benih padi bersertifikat dan non-sertifikat. Hasil wawancara diolah menggunakan likert dan kemudian dilakukan skoring. Skoring yang diperoleh berbasis data dianalisis lanjut dengan uji t menggunakan software SPSS versi 16. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat adopsi benih bersertifikat lebih rendah dibandingkan non-sertifikat. Meski produktivitas dan pendapatan usaha tani untuk benih bersertifikat ternyata lebih tinggi dibandingkan non-sertifikat. Pada penelitian ini diperoleh data bahwa kualitas untuk benih bersetifikat lebih rendah dibandingkan non-sertifikat dengan adanya kualitas benih bersertifkat yang rendah menjadi penurunan tingkat adopsi pada benih bersertifikat.
Universitas Gadjah Mada
2013-09-10 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/2417
Vegetalika; Vol 2, No 2 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/2418
2024-03-28T19:11:45Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"130910 2013 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Pahlevi Nasution, Sri Trisnowati, Eka Tarwaca Susila Putra, Reza
Penelitian bertujuan untuk 1) mengetahui pengaruh lama penyinaran UV-C dan cara pengemasan terhadap umur simpan dan mutu buah stroberi dan 2) menentukan lama penyinaran UV-C dan cara pengemasan yang paling optimal untuk memperpanjang umur simpan dan mutu buah stroberi. Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) faktorial, dengan 3 blok sebagai ulangan. Faktor pertama adalah lama penyinaran UV-C, yaitu 0 menit, 5 menit, 10 menit, dan 15 menit. Faktor kedua adalah cara pengemasan, yaitu tanpa dikemas, vakum, dan wadah styrofoam dibungkus plastik. Pengamatan dilakukan terhadap beberapa variabel kualitas buah stroberi. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis varian (ANOVA) pada taraf 5% dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (DMRT). Pola hubungan antar variabel kualitas buah ditentukan dengan analisis korelasi. Hasil penelitian memberikan informasi bahwa Lama penyinaran UV-C tidak berpengaruh terhadap umur simpan buah stroberi. Kemasan vakum mampu menghambat proses pematangan buah stroberi sehingga umur simpan buah menjadi lebih panjang, walaupun tidak berbeda nyata dengan kemasan styrofoam. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan UV-C dengan daya lampu lebih besar dari 15 watt serta durasi penyinaran yang bervariasi.
Universitas Gadjah Mada
2013-09-10 00:00:00
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/2418
Vegetalika; Vol 2, No 2 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/3993
2014-04-05T09:14:00Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"140405 2014 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Mungara, Didik Indradewa, dan Rohlan Rogomulyo, Evan
ABSTRACT
A healthy lifestyle has resulted in organic farming system. This study aimed to determine the effect of changes of conventional farming to organic farming system.
This research conducted in farmers fields on Tirtosari Village, Sawangan, Magelang regency, Central Java, from December 2011 until April 2012 used menthik wangi susu rice variety. Research compiled in a Completely Randomized Design (CRD) consists of 5 treatments. they were conventional, 3 levels transitional to organic, and organic system. every treatment was repeated 4 times for a total of 20 experimental units. Data were analyzed using analysis of variance (ANOVA) and continued by DMRT test with 95% of significance level.
The results showed that changes of conventional farming systems to transitional organic farming at first growing season reduced growth and grain yield. On the next planting season of organic transition had growth and grain yields as high as conventional system and the fully organic cropping system had higher than the conventional system. This result occured due to the organically grown crops had fewer pests than conventional systems. Grain yield of conventional system was only 3,05 t / ha while the organic system was up to 4,86 t / ha.
Keywords: conventional, organic transitional, organic, menthik wangi susu, growth, yield
Universitas Gadjah Mada
2014-04-05 16:14:01
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/3993
Vegetalika; Vol 2, No 3 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/3994
2014-04-05T09:14:00Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"140405 2014 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Rita Sa’adah, Supriyanta, dan Subejo, Imas
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman warna gabah dan warna beras varietas lokal padi beras hitam yang dibudidayakan oleh petani di Kabupaten Sleman, Bantul, dan Magelang. Lokasi penelitian di Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Tanaman Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UGM. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2012. Bahan yang digunakan adalah 14 sampel gabah yang dibudidayakan petani Kabupaten Sleman, Bantul dan Magelang. Alat yang digunakan terdiri dari kamera dan Chroma Meter. Analisis dilakukan dengan menguantifikasikan warna gabah dan beras dengan chroma meter kemudian dimasukkan ke dalam kategori pada Panduan Sistem Karakterisasi dan Evaluasi Tanaman Padi, lalu dihitung koefisien keragamannya (KK). Hasil penelitian menunjukkan Terdapat dua macam warna gabah yaitu coklat dan kemerahan sampai ungu muda, dengan koefisien keragaman (KK) 11,06% dan terdapat tiga macam warna beras yaitu merah, ungu bervariasi, dan ungu, dengan koefisien keragaman (KK) sebesar 23,79%.
Kata kunci : warna padi beras hitam, varietas lokal, Sleman, Bantul, Magelang
Universitas Gadjah Mada
2014-04-05 16:14:01
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/3994
Vegetalika; Vol 2, No 3 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/3995
2014-04-05T09:14:00Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"140405 2014 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Maulida, Erlina Ambarwati, Nasrullah, dan Rudi Hari Murti, Isna
INTISARI
Daya hasil tiga galur harapan tomat hasil persilangan ‘Gadjah Mada 1’ x ‘Gondol Hijau’ dan dua galur harapan hasil persilangan ‘Gadjah mada 3’ x ‘ Gondol Putih’ dievaluasi bersama dengan tetua masing-masing dan dua varietas pembanding yaitu ‘Permata’ dan ‘Lokal Kaliurang’ di Ngipiksari, Hargobinangun, Pakem, Sleman pada musim hujan (Januari-Mei 2011) dan musim kemarau (Juli-November 2011). Penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan tiga blok sebagai ulangan. Masing-masing unit percobaan diambil 8 tanaman sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musim kemarau adalah waktu tanam yang paling baik untuk tomat. Penampilan Semua karakter lebih baik pada musim kemarau kecuali untuk beberapa karakter pada varietas pembanding. Salah satunya bobot buah per butir ‘Lokal Kaliurang’ sama pada kedua musim. Galur- galur hasil persilangan memiliki bobot buah per tanaman dan per hektar yang setara dengan tetua dan pembanding. Galur A175/1/11/1/1/1/5 dan A65/6/1/4/2/4/2 memiliki fruit set dan jumlah buah per tanaman tinggi. A175/1/11/1/1/1/5 juga memiliki buah per tandan yang tinggi. Galur B78/1/9/3/1/3/1 memiliki buah per tandan yang tinggi. Ketiga galur tersebut dapat dijadikan galur harapan terpilih.
Kata kunci : tomat, daya hasil, dua musim, galur harapan.
Universitas Gadjah Mada
2014-04-05 16:14:01
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/3995
Vegetalika; Vol 2, No 3 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/3996
2014-04-05T09:14:00Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"140405 2014 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Laras Setyowati, Endang Sulistyaningsih, Eka Tarwaca Susila Putra, Mila
INTISARI
Petani kubis di dataran tinggi sering mengalami gagal panen karena adanya faktor lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhan dan hasil kubis, salah satunya adalah penyakit. Pada saat ini, penyakit utama pada kubis yang menyebabkan petani gagal panen adalah penyakit yang disebabkan oleh Plasmodiophora brassicae. Oleh karena itu, perlu dikaji sistem tanam tumpangsari kubis dengan tanaman lainnya agar petani tetap dapat memanen krop kubis.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan serta hasil kubis yang ditumbuhkan dalam sistem tanam tumpangsari dengan bawang daun. Penelitian dilaksanakan di dataran tinggi yang berlokasi di Dusun Daru, Desa Pagergunung, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah pada bulan Agustus sampai November 2011. Penelitian disusun dalam rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) faktor tunggal, dengan 3 blok sebagai ulangan. Perlakuan yang diuji adalah tumpangsari kubis dan bawang daun, monokulutur kubis dan monokultur bawang daun. Pengamatan dilakukan terhadap beberapa variabel lingkungan, pertumbuhan dan hasil tanaman kubis serta bawang daun. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa dengan uji-t.
Hasil penelitian memberikan informasi bahwa tumpangsari kubis dengan bawang daun lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan monokulturnya karena tumpangsari tersebut menghasilkan land equivalent ratio (LER) sebesar 2,68. Pada satu hamparan lahan yang sama dapat dipanen dua komoditas yaitu kubis dan bawang daun.
Kata kunci : bawang daun, kubis, monokultur, tumpangsari
Universitas Gadjah Mada
2014-04-05 16:14:01
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/3996
Vegetalika; Vol 2, No 3 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/3997
2014-04-05T09:14:00Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"140405 2014 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Fitrisiana, Taryono, dan Tohari, Nurmasari
INTISARI
Salah satu lahan marjinal yang memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan di Indonesia adalah lahan pantai. Banyak permasalahan yang terdapat pada tanah pasiran, baik secara fisika, kimia maupun biologi. Penambahan pupuk kandang diyakini dapat memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah, oleh karena itu, suatu kajian dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk kandang sapi, kambing, dan ayam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman wijen putih dan hitam serta kandungan minyak biji yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan percobaan pot di lapangan Kebun Percobaan Tridarma Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada yang berlokasi di Banguntapan, Bantul, Yogyakarta pada bulan Maret sampai Juli 2012. Rancangan Percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL faktorial). Faktor pertama terdiri dari 5 macam pupuk yaitu tanpa pemupukan, pupuk kandang sapi, pupuk kandang ayam, pupuk kandang kambing dan pupuk anorganik. Faktor kedua terdiri dari 2 macam kultivar wijen yaitu Wijen putih dan Wijen hitam. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam α = 5 %, dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) α = 5 % serta uji lanjut berkelompok α = 5 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan pupuk kandang dapat meningkatkan tinggi tanaman wijen kultivar wijen hitam, jumlah cabang, jumlah polong, berat kering umur 4 mst dan 14 mst, volume akar, kadar minyak, dan indeks panen jika dibandingkan penambahan pupuk anorganik. Kemudian berat biji per tanaman wijen putih dengan perlakuan pupuk kandang ayam 41,37 % lebih tinggi dibandingkan perlakuan pupuk kandang kambing tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan pupuk kandang sapi. Kadar minyak biji wijen putih pada penambahan pupuk kandang kambing 2,7 % lebih tinggi dibandingkan tanpa perlakuan.
Kata kunci : wijen, pupuk, kandungan minyak
Universitas Gadjah Mada
2014-04-05 16:14:01
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/3997
Vegetalika; Vol 2, No 3 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/3998
2014-04-05T09:14:00Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"140405 2014 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Arum Yuliana, Didik Indradewa, dan Erlina Ambarwati, Ria
INTISARI
Teh merupakan tanaman yang peka terhadap variasi curah hujan. Masing-masing klon teh berkemungkinan memberikan tanggapan yang berbeda terhadap curah hujan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi hasil sembilan klon teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) PGL dan tanggapan masing-masing klon terhadap variasi curah hujan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari – Juni 2012 di blok Sanderan II unit produksi Pagilaran. Sembilan klon PGL yang diuji yaitu PGL 4, PGL 6, PGL 7, PGL 9, PGL 10, PGL 11, PGL 12, PGL 15, PGL 16, dan klon unggul TRI 2025 sebagai pembanding. Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 30 perdu sebagai ulangan pada masing-masing klon. Data hasil pengamatan berupa komponen hasil dan hasil tanaman teh selama 10 kali pemetikan dianalisis dengan sidik ragam dan uji lanjut DMRT pada a = 5%. Tanggapan terhadap variasi curah hujan berupa tingkat ketahanan diketahui dengan hubungan regresi antara curah hujan bulanan terhadap hasil pucuk segar bulanan dalam kurun waktu dua tahun yang merupakan data sekunder.Dari hasil penelitian diperoleh tiga klon PGL yang memiliki hasil pucuk tinggi, yaitu PGL 6, PGL 10, dan PGL 16, dengan potensi hasil masing-masing 3,435 ton/Ha/tahun, 3,795 ton/Ha/tahun, dan 4,115 ton/Ha/tahun. Klon PGL 6 dan PGL 10 memiliki potensi hasil setara dengan TRI 2025, sementara PGL 16 lebih tinggi dibanding klon TRI 2025. Klon PGL 16 memiliki kualitas dan pertumbuhan pucuk paling baik, dengan nisbah pucuk peko dan burung lebih dari 1. Klon PGL 6, PGL 10, dan PGL 16 memiliki ketahanan tinggi terhadap variasi curah hujan karena hasil pucuk tetap stabil dengan penurunan yang kecil baik saat curah hujan rendah maupun tinggi.
Kata kunci: Curah hujan, klon PGL, potensi hasil, kualitas pucuk
Universitas Gadjah Mada
2014-04-05 16:14:01
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/3998
Vegetalika; Vol 2, No 3 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/3999
2014-04-07T03:19:51Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"140405 2014 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Septianingtyas K., Taryono, dan Prapto Yudono, Triasih
INTISARI
Salah satu masalah dalam pelaksanaan pertanian organik adalah terbatasnya ketersediaan benih organik. Faktor tanah merupakan salah satu penentu keberhasilan budidaya wijen, dan supaya pertumbuhan wijen sempurna dengan hasil yang tinggi, diperlukan cukup nitrogen untuk memperbaiki pertumbuhan akar, batang dan daun. Nitrogen biasanya terdapat pada pupuk organik dan anorganik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian macam sumber pupuk nitrogen (organik dan anorganik) terhadap kuantitas dan kualitas benih wijen serta mengetahui kultivar wijen yang mampu tumbuh dan berdayahasil baik pada kondisi sistem budidaya organik. Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial acak lengkap dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah lima kultivar wijen yaitu kultivar Sumberejo 1, Sumberejo 3, Lokal hitam, Lokal putih dan Purworejo. Faktor kedua adalah sumber pupuk nitrogen yaitu kontrol (tanpa penambahan pupuk organik ataupun anorganik), dengan pupuk anorganik sebesar 150 kg/ha N dan penambahan pupuk organik sebesar 8,6 ton/ha. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa pada tanah yang kandungan bahan organiknya tinggi, pemberian pupuk nitrogen (organik dan anorganik) tidak berpengaruh terhadap kuantitas benih wijen, tetapi dalam hal kualitas benih, menurunkan kadar minyak benih dan daya kecambah wijen. Kultivar wijen yang digunakan (Sumberejo 1, Sumberejo 3, Lokal Hitam, Lokal Putih, Purworejo) dapat tumbuh dengan baik tetapi belum dapat berdaya hasil seperti yang diharapkan.
Kata kunci: benih wijen, nitrogen, organik, kualitas, kuantitas
Universitas Gadjah Mada
2014-04-07 10:19:51
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/3999
Vegetalika; Vol 2, No 4 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/4000
2014-04-07T03:19:51Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"140405 2014 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Ratu Balqis, Didik Indradewa, dan Sri Trisnowati, Ayuta
ABSTRACT
Orchid is one of the highly prospective ornamental plants. Orchid cultivation is one of the most popular ornamental cultivation. That is because the demand for orchids are relatively stable compared to other plants that tend to follow the trend or fluctuating. One form of massive utilization of orchids is the use as a cut flower. One type of orchid that mostly sold as a cut flower is Vanda douglas. Orchid’s –including Vanda douglas- advantage than other cut flowers are the vase life that tend to be longer. Nonetheless, the effort to maintain even extend the vase life of the flower is still needed. This experiment was conducted to determine the effect of cutting the flower stem with a combination of cutting slope and conditions of the stem and cutting frequency of the stem on vase life of cut orchid Vanda douglas.The experiment was conducted at the Laboratory of Horticulture, Faculty of Agriculture, Gadjah Mada University from July to September 2012. The first phase of the study used a completely randomized design with 2 factors. The first factor was cutting slope consisted of 0, 30 and 45. The second factor was cutting conditions consisted of water cut and air cut. The second phase also used completely randomized design with cutting stem frequency consisted of every day, every 2 days, every 4 days and every 6 days. Presentations of flowers bloom, wilt, fall, respiration, transpiration and visual quality rating of the cut flower were observed every day. Flower’s shrinkage, stomata and relative water content were observed at the beginning and end of the experiment.The results showed there was no interaction between the slope and condition of stem cutting on all parameters of the observations. Cutting stem with a slope of 45 caused longer vase life than the other slopes. Cutting the flower stem in the water also caused a longer vase life than cutting through the air. Flower stem that was cut at intervals of 4 days caused the longest vase life than any other time frequency. Nevertheless, the extent of vase life of cut flowers only extend a day, therefore the benefits for a florist should be reexamined.
Key words : Cut orchid, cutting slope, cutting conditions, cutting frequency, vase life
Universitas Gadjah Mada
2014-04-07 10:19:51
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/4000
Vegetalika; Vol 2, No 4 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/4001
2014-04-07T03:19:51Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"140405 2014 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Rizky Immawati, Setyastuti Purwanti, dan Djoko Prajitno, Dhika
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi baris antara tanaman kedelai hitam dengan sorgum manis yang ditanam secara tumpangsari terhadap kualitas benih setelah disimpan. Sehingga akan diperoleh benih dengan daya simpan yang tinggi pada kombinasi baris yang tepat. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada bulan November 2012 sampai April 2013. Penelitian dilakukan dengan pendekatan percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor dengan 4 perlakuan. Perlakuan yang diberikan adalah benih yang berasal dari pertanaman tumpangsari kedelai hitam dengan sorgum manis dengan kombinasi baris yaitu 3:1, 4:1, 6:1, dan monokultur kedelai hitam. Benih disimpan dengan berat 250 g untuk masing-masing perlakuan menggunakan plastik polietilen dan disimpan pada ruangan dengan suhu kamar (27-28 0C). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas benih kedelai hitam hasil pertanaman tumpangsari memberikan pengaruh yang sama dibandingkan dengan benih kedelai hitam dari pertanaman monokultur. Kualitas benih asal pertanaman tumpangsari dan monokultur dapat terjaga baik hingga penyimpanan bulan keempat.
Kata kunci: kedelai hitam, tumpangsari, monokultur, kualitas benih, penyimpanan.
Universitas Gadjah Mada
2014-04-07 10:19:51
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/4001
Vegetalika; Vol 2, No 4 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/4003
2014-04-07T03:19:51Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"140405 2014 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Nurlaili Afifah, Suyadi Mitrowihardjo, dan Nasrullah, Enik
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi berat pucuk pada perdu-perdu tanaman teh hasil persilangan dialel dan memilih individu-individu yang potensial sebagai induk perbanyakan tanaman. Pengamatan dilakukan terhadap variable berat pucuk, jumlah pucuk peko, dan berat pucuk peko dari seluruh individu pertanamanteh hasil persilangan dialel asal biji sebanyak 166 perdu. Pengamatan untuk sifat berat pucuk juga dilakukan pada pertanaman teh hasil perbanyakan vegetatif sebanyak 200 perdu untuk menentukan nilai heritabilitas dan ripitabilitas. Semua pertanaman yang diamatai telah memasuki TP (Tahun pangkas) 4. Pengamatan terhadap sifat berat pucuk dilakukan setiap 10 hari sekali dengan pemetikan medium sebanyak 10 kali petikan. Individu yang terpilih merupakan individu yang mempunyai rerata berat pucuk dari sepuluh petikan lebih besar atau sama dengan (≥) rerata seluruh individu ditambah dua kali standar deviasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 jenis cross yang diseleksi dengan kriteria rerata + 2 SD diperoleh satu jenis cross yang terbaik berdasarkan sifat berat pucuknya yaitu PSA (hasil persilangan PS 1 x SA 40) dengan jumlah perdu yang terseleksi sebanyak 3 perdu. Hasil pengamatan terhadap pucuk peko menunjukkan bahwa jenis persilangan PSA memiliki berat pucuk peko, jumlah pucuk peko, dan presentase berat pucuk peko yang tertinggi. Sedangkan hasil seleksi individual dengan kriteria rerata + 2 SD diperoleh 10 individu yang terseleksi dari 166 individu yang diseleksi. Nilai heritabilitas dan ripitabilitas yang diperoleh termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebesar 57,4 % dan 58,9 %.
Kata kunci: teh, berat pucuk, dialel, seleksi.
Universitas Gadjah Mada
2014-04-07 10:19:51
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/4003
Vegetalika; Vol 2, No 4 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/4004
2014-04-07T03:19:51Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"140405 2014 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Barus, Rohlan Rogomulyo, dan Sri Trisnowati, Marwansyah
ABSTRACT
This research was conducted to determine the rate of manure most appropriate for growth and yield of sesame (Sesamum indicum L.) in sandy land area. The experiment was located at the sandy land area of Keburuhan, Purworejo. The design used was a complete randomized block design (RAKL) with three blocks as replication. The treatments applied were various rates of cattle manure consisted of 5 levels, namely: 20 ton/ha, 40 ton/ha, 60 ton/ha, 80 ton/ha, and 100 ton/ha .
The results showed that the application of 20 ton/ha to 100 ton/ha manure did not increase plant height, number of pods, number of flowers, and net assimilation rate of sesame. Fertilizer application at the rate of 60 ton/ha produced the highest number of leaves, while the highest plant fresh weight obtained at 80 tons/ha. 40 ton/ha and 80 ton/ha of manure produced the highest crop growth rate (CGR), which resulted in higher plant dry weight. Increasing manure rate did not significantly increase the yield of sesame seeds.
Keywords: sesame, sandy land, manure
Universitas Gadjah Mada
2014-04-07 10:19:51
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/4004
Vegetalika; Vol 2, No 4 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/4005
2014-04-07T03:19:51Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"140405 2014 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Andreas, Prapto Yudono, dan Rohlan Rogomulyo, Quiko
ABSTRACT
This study aimed to determine the effect of kinds of cutting which planted in vertical, horizontal and diagonal position to the germination, early seedling growth. This was a field research, at field laboratorium, Tridharma, Banguntapan, Bantul, Faculty of Agriculture, Gadjah Mada University, Yogyakarta in October to December 2012.This study used a factorial experimental design 2 x 3 plus 1 control, with a Completely Randomized Design (CRD) 4 replications. The first factor was the kinds of cutting consisting of 3 levels i.e bagal, budchip and budset. The second factor was the position at planted consisting 3 levels i.e vertical, incline and horizontal with the bud facing up. The collected data were analyzed by using analysis of variance (Anova) applying level of significance at α = 5%. When significant differences among treatments were found, further analysis was carried out by applying a Least Significant Difference test (LSD) at α = 5%. The results showed that there are significant interactions between treatments of kind of cutting and planting position affect percent germination, canopy dry weight in 9 week after planting (wap), root dry weight 9 wap and growth rate in 6-9 wap. Kinds of cutting and planting positions significantly increases the plant height, leaf number, tiller number, stem diameter, fresh canopy weight of 12 wap, canopy dry weight in 12 wap, Net Assimilation Ratio (NAR) 9-12 wap, Crop Growth Rate (CGR) in 9-12 wap. Combination of budchip planted horizontal (89%) and vertical (87%) position showed the best combination germination percentage.
Keywords: Kind of cutting, sugar cane, planting position
Universitas Gadjah Mada
2014-04-07 10:19:51
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/4005
Vegetalika; Vol 2, No 4 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/4006
2014-04-07T03:19:51Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"140405 2014 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Fauzi, Eka Tarwaca Susila Putra, dan Erlina Ambarwati, Redha
INTISARI
Penelitian bertujuan untuk 1) menentukan kadar oksigen yang optimal untuk memacu pertumbuhan dan meningkatkan hasil tanaman selada dan 2) mengetahui pengaruh pengkayaan oksigen di zona perakaran terhadap serapan N, P, K, Ca, Mg dan Fe oleh tanaman selada yang ditanam secara hidroponik. Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) faktor tunggal dengan tiga blok sebagai ulangan. Perlakuan yang diuji adalah pemberian aerasi dengan tekanan udara tertentu pada media tumbuh, yaitu 0,012 mPa; 0,006 mPa; 0,003 mPa; dan 0 mPa. Pemberian tekanan udara dilakukan dengan menggunakan aerator. Pengamatan dilakukan terhadap beberapa variabel lingkungan, pertumbuhan, hasil dan kualitas hasil tanaman selada. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis varian (ANOVA) pada taraf 5% dan dilanjutkan dengan uji Dunnet. Konsentrasi oksigen yang optimal untuk meningkatkan pertumbuhan, hasil dan kualitas hasil tanaman selada ditentukan dengan analisis regresi. Sedangkan pola hubungan antar variabel pengamatan ditentukan dengan analisis regresi. Hasil penelitian memberikan informasi bahwa pertumbuhan dan hasil tanaman selada terus mengalami peningkatan sejalan dengan kenaikan tekanan aerasi dan konsentrasi oksigen terlarut dalam media tumbuh hidroponik hingga 0,012 mPa dan 12,23 mg/l. Kemampuan tanaman selada untuk mengakumulasi N, P, K, Ca, Mg, dan Fe dalam jaringan daunnya terus mengalami peningkatan sejalan dengan bertambahnya tekanan aerasi maupun konsentrasi oksigen terlarut dalam media tumbuh hidroponik, hingga tekanan aerasi sebesar 0,012 mPa dan konsentrasi oksigen terlarut sebesar 12,23 mg/l. Pemberian tekanan aerasi sebesar 0,012 mPa dengan konsentrasi oksigen terlarut sebesar 12,23 mg/l berpotensi untuk memperpendek umur panen tanaman selada dari yang semula 28 hari menjadi 14 hari setelah pindah tanam.
Kata kunci : selada, hidroponik, pengkayaan oksigen
Universitas Gadjah Mada
2014-04-07 10:19:51
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/4006
Vegetalika; Vol 2, No 4 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/4007
2014-04-07T03:19:51Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"140405 2014 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Ismayanti, Toekidjo, dan Bambang Hadisutrisno, Wenny
INTISARI
Jamur Mikoriza Arbuskular (JMA) berpotensi tinggi untuk meningkatkan pertumbuhan, produksi, dan ketahanan tanaman terhadap penyakit, oleh karena itu sering digunakan sebagai bahan pupuk hayati. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat infektivitas JMA pada beberapa klon tebu, tanggapan pertumbuhan klon-klon tebu, dan ketahanannya terhadap penyakit karat, sebagai modal awal program pemuliaan tanaman tebu rendah pupuk kimia. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember 2012 sampai dengan Juli 2013 di rumah plastik Condongcatur dan di Laboratorium Mikologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah penggunaan sembilan klon tebu terdiri dari 9 taraf yaitu klon 6219, 6202, 6239, 6525, 6535, PS92-752, BL, PS881, dan PSJK922. Faktor kedua adalah pemberian inokulasi JMA dan tanpa inokulasi JMA. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis sidik ragam α = 5%, apabila terdapat beda nyata antar perlakuan maka dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) α = 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa infektivitas sembilan klon tebu menunjukkan nilai yang tinggi yaitu di atas 70%. JMA dapat meningkatkan pertumbuhan tebu ditinjau dari parameter tinggi tanaman, jumlah anakan, kehijauan daun, berat segar, dan berat kering. Klon 6239 yang memiliki respon pertumbuhan paling baik secara umum, dengan berat kering total paling tinggi dibandingkan klon yang lain. Hasil skoring ketahanan penyakit menunjukkan klon 6202, 6219, dan BL agak tahan terhadap infeksi penyakit karat oranye, sedangkan klon 6239, 6525, 6535, PS92-752, PS881, dan PSJK922 agak rentan terhadap infeksi penyakit karat oranye. JMA mampu meningkatkan ketahanan klon tebu 6239 dari agak rentan (moderate susceptible) menjadi agak tahan (moderate resistant) terhadap infeksi penyakit karat oranye. Klon 6239 dapat digunakan dalam program pemuliaan tanaman tebu yang bersimbiosis baik dengan JMA.
Kata kunci: Jamur Mikoriza Arbuskular (JMA), tebu, penyakit karat oranye.
Universitas Gadjah Mada
2014-04-07 10:19:51
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/4007
Vegetalika; Vol 2, No 4 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/4008
2014-04-07T03:19:51Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"140405 2014 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Fardhani, Erlina Ambarwati, Sri Trisnowati, Rudi Hari Murti, Adzakirina
INTISARI
Penelitian ini merupakan penelitian jangka panjang untuk mendapatkan varietas galur murni baru. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi potensi hasil, mutu dan daya simpan enam galur mutan harapan tomat (Solanum lycopersicum L.) hasil irradiasi sinar gamma Co-60 untuk dataran rendah. Galur harapan generasi M9 dari ‘Intan’ yaitu G20 1/13/25/28/16/13 (G2), G20 1/13/25/26/24/11 (G4), G40 2/19/9/19/12/13 (G6), G40 2/15/23/22/13/13 (G7), G60 3/9/12/34/12/14 (G8), dan G60 3/15/15/1/13/6 (G9), ‘Intan’ (tetua) dan ‘Fortuna’ dimasukkan untuk perbandingan yang ditanam dalam rancangan acak kelompok lengkap dengan 4 blok sebagai ulangan. Penelitian dilaksanakan di Kebun Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kalitirto, Berbah, Sleman (KP4-UGM) dan dilanjutkan di Laboratorium Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada pada bulan Mei-September 2012. Variabel yang diamati adalah fruitset, jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman, warna buah, bentuk buah, panjang buah, diameter buah, bobot buah per butir, volume buah, kandungan vitamin C, kandungan asam tertitrasi, padatan terlarut total, waktu pematangan dan umur simpan. Analisis data menggunakan anova dan uji lanjut DMRT pada α = 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keenam galur harapan menghasilkan jumlah buah total per tanaman dan bobot buah total per tanaman sama besar dengan ‘Intan’ namun nyata lebih besar daripada ‘Fortuna’ yaitu berkisar antara 49,85 – 73,55 buah per tanaman dan 2677,8 – 3277,6 gram per tanaman. Tingginya jumlah buah total dan bobot buah total dipengaruhi oleh fruitset keenam galur, berkisar antara 68,14 – 78,63%. Mutu G20 1/13/25/26/24/11 (G4) lebih tinggi dibandingkan ‘Fortuna’ dan ‘Intan’ dalam hal panjang buah (4,43 cm), diameter buah (5,20 cm), bobot buah per butir (74,81 gram) dan volume buah (71,37 cm3). Galur generasi M9 menghasilkan kandungan vitamin C sama dengan ‘Fortuna’ dan ‘Intan’. Galur harapan G40 2/19/9/19/12/13 (G6) menghasilkan kandungan asam tertitrasi lebih tinggi daripada ‘Fortuna’ dan ‘Intan’, sementara G60 3/9/12/34/12/14 (G8) menghasilkan padatan terlarut total nyata lebih tinggi dibandingkan ‘Intan’ dan ‘Fortuna’. Buah keenam galur harapan yang dievaluasi memiliki bentuk buah apel dengan warna buah merah cerah, merah gelap dan merah jingga. Galur harapan G20 1/13/25/28/16/13 (G2), G40 2/19/9/19/12/13 (G6), G60 3/9/12/34/12/14 (G8) dan G60 3/15/15/1/13/6 (G9) memiliki waktu pematangan sama dengan ‘Intan’ namun lebih cepat dari ‘Fortuna’. Keenam galur harapan memiliki umur simpan sama dengan ‘Intan’ namun lebih cepat dari ‘Fortuna’. Keenam galur harapan dapat diusulkan untuk dijadikan varietas galur murni baru.
Kata kunci: buah tomat, dataran rendah, daya hasil, mutu, daya simpan.
Universitas Gadjah Mada
2014-04-07 10:19:51
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/4008
Vegetalika; Vol 2, No 4 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/4009
2014-04-07T03:19:51Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"140405 2014 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Rudi Hari Murti, dan Setyastuti Purwanti, Rozika,
INTISARI
Sawo (Manilkara zapota (L.) van Royen) merupakan tanaman buah tropis yang berbuah sepanjang tahun dan dapat hidup di daerah kering sehingga potensial untuk dikembangkan. Berdasarkan data populasi, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu sentra sawo terbesar di Indonesia tetapi informasi keragaman dan aksesi-aksesi sawo unggul belum tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persebaran tanaman sawo di DIY, mengetahui keragaman sawo dan mengelompokkannya berdasarkan sifat morfologi, serta menentukan pohon induk sawo yang memiliki sifat unggul sebagai calon varietas. Kegiatan eksplorasi tanaman sawo dilakukan pada bulan September–Desember 2012 di 4 kabupaten dan 1 kotamadya di DIY. Metode pengambilan data dilakukan dengan metode survey lapangan serta wawancara terhadap pemilik pohon sawo untuk memperoleh informasi tentang pohon sawo dan produksinya. Buah dari setiap aksesi diamati 9 karakter morfologi, termasuk buah sawo yang diamati di Laboratorium Hortikultura Fakultas Pertanian UGM. Berdasarkan data populasi, sebaran tanaman Sawo di DIY terdistribusi merata di setiap kabupaten dimana populasi sawo terbesar dimiliki oleh Kabupaten Sleman dan populasi terkecil dimiliki oleh Kota Yogya. Hasil analisis ragam menunjukkan kandungan vitamin C memiliki keragaman tinggi sedangkan karakter lain memiliki keragaman sedang. Hasil analisis klaster pada karakter bentuk buah menghasilkan 3 klaster yaitu klaster 1 terdiri dari 9 aksesi sawo dengan bentuk buah lonjong, klaster 2 terdiri dari 75 aksesi sawo dengan bentuk buah oval, dan klaster 3 terdiri dari 29 aksesi sawo dengan bentuk buah bulat. Aksesi terpilih berdasarkan ukuran buah, kadar gula dan penampilan yaitu berbuah lonjong: aksesi G3 dari Mantrijeron (Yogya), H1 dan H4 dari Patuk (Gunung Kidul); berbuah oval: aksesi C4 dan C5 dari Imogiri (Bantul), G5 dari Mantrijeron (Yogya); berbuah bulat: aksesi D4 dari Lendah (Kulonprogo), G6 dari Kraton (Yogya), dan J1 dari Kalasan (Sleman).
Kata kunci: sawo, eksplorasi, aksesi, analisis klaster, kadar gula, vitamin C.
Universitas Gadjah Mada
2014-04-07 10:19:51
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/4009
Vegetalika; Vol 2, No 4 (2013)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/4010
2014-04-07T03:28:21Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"140407 2014 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Riddati Narendreswari, Sri Trisnowati, dan Siti Nurul Rofiqo Irwan, Afni
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tanaman hias di jalur hijau jalan Laksda Adisucipto, Urip Sumoharjo, dan Jendral Sudirman, mengetahui fungsi dan kesesuaian sebagai tanaman lanskap dan identitas budaya Yogyakarta, serta memberikan rekomendasi pengembangan jalur hijau. Kesesuaiannya sebagai fungsi tanaman lanskap dilihat dari fungsi visual control, physical barriers, climate control, erosion control, wildlife habitats, dan aesthetic value. Kesesuaiannya sebagai identitas budaya dilihat dari pohon yang mewakili budaya lokal Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan dalam 4 tahap yaitu observasi secara visual, investigasi (identifikasi tanaman, pemetaan tanaman serta penilaian fungsi tanaman), analisis data secara deskriptif, dan rekomendasi pengembangan jalur hijau jalan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 34 jenis tanaman terdiri dari 11 jenis pohon, 8 jenis perdu, 10 jenis semak, 5 jenis penutup tanah, dan 4 jenis tanaman merambat. Fungsi tanaman dalam lanskap dan fungsi tanaman dalam ruang mencapai nilai optimum pada jalur hijau yang ada di sekitar rumah sakit Bethesda. Pohon lokal sebagai identitas budaya yang didapatkan adalah pohon asam jawa (Tamarindus indica) dan pohon tanjung (Mimusoph elengi).
Kata kunci : jalur hijau jalan, fungsi tanaman, identitas budaya
Universitas Gadjah Mada
2014-04-07 10:26:52
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/4010
Vegetalika; Vol 3, No 1 (2014)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/4011
2014-04-07T03:28:21Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"140407 2014 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Umami, Sriyanto Waluyo, Sri Muhartini, Rohlan Rogomulyo, Maslikhatul
INTISARI
Penelitian ini untuk mengetahui dampak residu pemberian vinasse dan pupuk kalium yang terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kangkung darat. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Tridharma, Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta pada bulan Februari-Maret 2013 dengan menggunakan kangkung darat varietas Bangkok LP-1. Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktor, faktor pertama terdiri dari 4 aras yaitu residu pemberian vinasse inkubasi 5, 10, 15, dan 20 hari. Faktor kedua terdiri dari 3 aras yaitu tanpa pupuk K, setengah dosis anjuran pupuk K, dan pupuk K sesuai anjuran, sehingga total percobaan sebanyak 12 unit dan diulang sebanyak 3 ulangan. Data dianalisis dengan ANOVA dan DMRT pada α=0,5%. Hasil penelitian menunjukkan kombinasi perlakuan terbaik pada perlakuan residu pemberian vinasse inkubasi 10 hari dengan pupuk kalium 100 kg/ha (V2K1) dapat meningkatkan tinggi tanaman dan berat segar tajuk. Indeks panen tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antar perlakuan. Vinasse yang merupakan limbah organik cair dengan kondisi curah hujan yang cukup tinggi (160-399 mm/bulan) selama penelitian, kemungkinan unsur hara yang dilepas vinasse maupun kalium sudah terlindi oleh air hujan.
Kata kunci: residu, inkubasi vinasse, pupuk kalium, kangkung, pertumbuhan dan hasil.
Universitas Gadjah Mada
2014-04-07 10:26:52
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/4011
Vegetalika; Vol 3, No 1 (2014)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/4012
2014-04-07T03:28:21Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"140407 2014 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Leovici, Dody Kastono, dan Eka Tarwaca Susila Putra, Helena
INTISARI
Penelitian bertujuan untuk 1) mengetahui pengaruh macam dan konsentrasi bahan organik sumber zat pengatur tumbuh alami terhadap pertumbuhan awal tebu dan 2) menentukan konsentrasi optimum setiap bahan organik bagi pertumbuhan awal tebu. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 – April 2013 di Kebun Tridharma Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Banguntapan, Bantul, D. I. Yogyakarta.
Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) satu faktor dengan 5 blok sebagai ulangan. Faktor yang diuji adalah macam bahan organik sumber zat pengatur tumbuh alami, yaitu air kelapa muda 25, 50, dan 75 %; urin sapi perah 25, 50, dan 75 %; serta ekstrak kecambah kacang hijau 25, 50, dan 75 %. Sebagai pembanding digunakan bibit tebu yang tidak mendapatkan aplikasi bahan organik sumber zat pengatur tumbuh alami. Pengamatan dilakukan terhadap beberapa anasir iklim mikro di sekitar tempat penelitian serta variabel pertumbuhan tanaman. Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis varian (ANOVA) pada taraf 5 %, dan dilanjutkan dengan uji Dunnet apabila hasil analisis varian menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan
Hasil penelitian memberikan informasi bahwa perlakuan air kelapa muda 25 % mampu meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, bobot segar akar, bobot segar tajuk, bobot segar total, bobot kering akar, bobot kering tajuk, bobot kering total, volume akar, dan luas daun tebu jika dibandingkan dengan kontrol (tanpa bahan organik). Perlakuan urin sapi perah 50 dan 75 % serta ekstrak kecambah kacang hijau 25, 50, dan 75 % memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa bahan organik pada semua variabel pertumbuhan tebu. Hasil analisis regresi memberikan informasi bahwa konsentrasi air kelapa muda yang optimum bagi pertumbuhan awal tebu adalah 38,70 %, sedangkan pada urin sapi perah sebesar 34,44 %.
Kata kunci: tebu, air kelapa, urin sapi, ekstrak kecambah kacang hijau, ZPT
Universitas Gadjah Mada
2014-04-07 10:26:52
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/4012
Vegetalika; Vol 3, No 1 (2014)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/4013
2014-04-07T03:28:21Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"140407 2014 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Rahmawati, Taryono, dan Rohlan Rogomulyo, Danik
INTISARI
Luas areal pertanaman wijen di Indonesia mengalami penurunan karena digunakan untuk budidaya tanaman pangan. Keberadaan lahan pasir pantai yang belum termanfaatkan secara optimal dapat menjadi alternatif areal budidaya wijen. Salah satu kekurangan lahan pasir pantai adalah ketersediaan sulfur dan magnesium sangat rendah, padahal unsur tersebut sangat penting bagi tanaman penghasil minyak dari biji. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian garam epsom terhadap hasil dan kualitas benih wijen. Penelitian dilaksanakan di lahan pasir pantai Samas Bantul, Yogyakarta menggunakan rancangan petak terbagi dengan 4 blok sebagai ulangan. Perlakuan petak utama adalah takaran garam epsom terdiri dari 0 (kontrol); 76,92; 153,85; dan 230,77 kg/ha. Perlakuan anak petak adalah kultivar wijen yaitu Sumberrejo-1, 2, 3, dan 4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh garam epsom tergantung kultivar. Penambahan pupuk garam epsom pada kultivar Sumberrejo-1 dan 2 dapat meningkatkan daya berkecambah dan indeks vigor. Penambahan pupuk garam epsom pada kultivar Sumberrejo-3 dapat meningkatkan daya hasil dan daya berkecambah. Pada kultivar Sumberrejo-1 penambahan 148,5 kg/ha garam epsom mampu menghasilkan benih dengan indeks vigor optimal.
Kata kunci: garam epsom, kualitas benih, wijen
Universitas Gadjah Mada
2014-04-07 10:26:52
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/4013
Vegetalika; Vol 3, No 1 (2014)
ind
Copyright (c)
oai:jurnal.ugm.ac.id:article/4014
2014-04-07T03:28:21Z
jbp:ART
nmb a2200000Iu 4500
"140407 2014 eng "
2302-7452
2302-4054
dc
Habib Misbahulzanah, Sriyanto Waluyo dan Jaka Widada, Ellia
INTISARI
Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta mulai bulan Januari sampai Mei 2013 dengan tujuan untuk mengetahui tingkat ketergantungan kultivar kedelai (Glycine max (L.) Merr.) yang diinokulasi jamur mikoriza arbuskular (JMA) dan sifat fisiologis kultivar kedelai yang diinokulasi jamur mikoriza arbuskular (JMA). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial 18x2 masing-masing 3 ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam α = 5%. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah daun, indeks luas daun (ILD), kandungan klorofil daun, laju fotosintesis dan tingkat ketergantungan kultivar kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Terdapat tiga kategori tingkat ketergantungan mikoriza yaitu kategori tinggi (Kultivar Kaba, Wilis dan Baluran), kategori sedang (Kultivar Grobogan, Anjasmoro, Argomulyo, Petek, Garut, Malabar dan Seulawah) dan kategori rendah (Kultivar Burangrang, Sibayak, Tanggamus, Panderman, Ijen, Galunggung, Gepak Kuning dan Sinabung). Inokulasi mikoriza dapat meningkatkan jumlah daun, indeks luas daun (ILD), kadar klorofil dan laju fotosintesis tanaman kedelai.
Kata kunci : kedelai, sifat fisiologis, ketergantungan, mikoriza
Universitas Gadjah Mada
2014-04-07 10:26:52
application/pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/4014
Vegetalika; Vol 3, No 1 (2014)
ind
Copyright (c)
ac853578ccb399650ea78e4c5d83a163