Pengaruh Substitusi Media Limbah Cair Rebusan Kedelai Tempe terhadap Kondisi Pertumbuhan Acetobacter xylinum dalam Starter Bacterial Cellulose
Rini Nuraini Rohmatningsih(1*)
(1) Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada
(*) Corresponding Author
Abstract
Indonesia merupakan negara produsen tempe. Proses produksi tempe cenderung menghasilkan limbah khususnya limbah cair rebusan kedelai. Limbah cair rebusan kedelai masih mengandung nutrisi lengkap. Tingginya kadar protein (N-total) dalam limbah cair rebusan kedelai tempe dapat digunakan sebagai media fermentasi bacterial cellulose seperti nata de soya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh media air kelapa yang disubstitusi dengan limbah cair rebusan tempe dan kajian umur inkubasi untuk optimalisasi pertumbuhan Acetobacter xylinum dalam starter bacterial cellulose. Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) 4x3 dengan dua faktor yaitu waktu inkubasi starter (0, 7, 14, dan 21 hari) dan substitusi limbah cair rebusan kedelai tempe (0, 30, dan 60%) pada media pertumbuhan starter. Penelitian ini menggunakan dua belas perlakuan dan tiga kali ulangan. Parameter yang diuji meliputi jumlah sel, pH (derajat keasaman), kekeruhan, dan ketebalan bacterial cellulose. Hasil pengamatan dari grafik kekeruhan menunjukkan bahwa konsentrasi air kelapa murni akan memberikan angka tertinggi untuk kekeruhan, sedangkan konsentrasi limbah cair rebusan kedelai tertinggi 60% memberikan kekeruhan terendah. Dari grafik pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum dapat dilihat jumlah sel mencapai 104 di awal inkubasi dan pertumbuhan mengalami fase relatif stabil di angka 106 pada umur inkubasi setelah 15 hari. pH media relatif sama pada awal pertumbuhan berada pada kisaran 3,0 meningkat pada pertumbuhan optimum di angka 3,95 dan menurun setelah umur inkubasi melewati 15 hari dan berada di angka pH 2,9 pada umur inkubasi 21 hari. Ketebalan bacterial cellulose tertinggi dicapai oleh media limbah cair rebusan kedelai tempe sebanyak 60%.Limbah cair rebusan kedelai dapat digunakan sebagai media alternatif menggantikan air kelapa untuk pertumbuhan Acetobacter xylinum sampai dengan perbandingan 60%. Pertumbuhan sel bakteri melewati fase konstan setelah umur inkubasi 15 hari. Semakin lama waktu inkubasi maka pH yield semakin asam, jumlah sel bakteri bertambah, dan ketebalan bacterial cellulose lebih tinggi dibandingkan dari media air kelapa.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
mso-field-lock:yes'>ADDIN Mendeley Bibliography CSL_BIBLIOGRAPHY
style='mso-element:field-separator'>Agustin, N. F. (2008). Penerapan Model Gompertz Pada pertumbuhan Bakteri L. acidophilus dan B. Longum Di Media Adonan Es Krim (Ice Cream Mix atau ICM) Jenis Standar. Universitas Brawijaya, Malang.
Alwi, M., Lindhemuthianingrum, A., & Umrah. (2011). Formulasi Media Tumbuh Acetobacter xylinum Dari Bahan Limbah Cair Tempe dan Air Kelapa Untuk Produksi Nata De Soyacoco. Biocelebes, 5(2), 126–132.
Arief, A. M. (2019). Industri Tempe dan Tahu Siap Masuk Pasar Ekspor. Retrieved January 1, 2023, from https://ekonomi.bisnis.com/read/20190405/257/908165/industri-tempe-dan-tahu-siap-masuk-pasar-ekspor
Budiarti, R. S. (2008). Pengaruh Konsentrasi Starter Acetobacter xylinum Terhadap Ketebalan dan Rendemen Selulosa Nata de Soya. Biospecies, 1(1), 19–24.
Diba, P. F., Susatyo, E. B., & Pratjojo, W. (2013). Peningkatan Kadar N, P Dan K Pada Pupuk Organik Cair Dengan Pemanfaatan Bat Guano. Indonesian Journal of Chemical Science, 02(01).
Edria, D., Wibowo, M., & K, E. (2009). Pengaruh Penambahan Kadar Gula dan Kadar Nitrogen Terhadap Ketebalan, Tekstur dan Warna Nata De Coco. Bogor.
Effendi, D. S., & Utami, S. (2013). Pengaruh Penggunaan Bahan Dasar dan Jenis Gula Terhadap Tebal Lapisan dan Uji Organoleptik Nata Sebagai Petunjuk Praktikum Biologi Kd. 2.2 Semester Ganjil Kelas X. Jurnal Pendidikan, 19(01), 1–10.
Esa, F., Tasirin, S. M., & Rahman, N. A. (2014). Overview of Bacterial Cellulose Production and Application. Agriculture and Agricultural Science Procedia, 2, 113–119. https://doi.org/10.1016/j.aaspro.2014.11.017
Gama, F., Dourado, F., & Bielecki, S. (2016). Bacterial nanocellulose: from biotechnology to bio-economy. Elsevier.
Hamad, A., Andriyani, N. A., Wibisono, H., & Sutopo, H. (2011). Pengaruh Penambahan Sumber Karbon Terhadap Kondisi Fisik Nata de Coco. Techno, 12(2), 74–77.
Hamad, A., Handayani, N. A., & Puspawiningtyas, E. (2014). Pengaruh Umur Starter Acetobacter xylinum Terhadap Produksi Nata De Coco. Techno, 15(1), 37–49.
Iryandi, A. F., Hendrawan, Y., & Komar, N. (2014). Pengaruh Penambahan Air Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) dan Lama Fermentasi Terhadap Karakteristik Nata De Soya. Jurnal Bioproses Komoditas Tropis, 01(01), Hal 8-15.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Kelapa muda, air, segar (Coconut, young, water, fresh). Retrieved November 1, 2022, from www.panganku.org
Kesuma, W. I. (2012). Laporan Praktikum Mikrobiologi Air: Perhitungan Bakteri. Bandar Lampung.
Lusi, Periadnadi, & Nurmiati. (2017). Pengaruh Dosis Gula Dan Penambahan Ekstrak Teh Hitam Terhadap Fermentasi Dan Produksi Nata De Coco. Metamorfosa: Journal of Biological Sciences, 4(1), 126–131. https://doi.org/10.24843/metamorfosa.2017.v04.i01.p19
Nugroho, D. A., Sutiarso, L., Rahayu, E. S., & Masithoh, R. E. (2020). Utilizing Real-Time Image Processing for Monitoring Bacterial Cellulose Formation During Fermentation. AgriTECH, 40(02), 118–123. https://doi.org/10.22146/agritech.49155
Patria, A., Muzaifa, M., & Zurrahmah. (2013). Pengaruh Penambahan Gula Dan Amonium Sulfat Terhadap Kualitas Nata De Soya. Jurnal Teknologi Dan Industri Pertanian Indonesia, 5(3), 1–5.
Putri, S. N. Y., Syaharani, W. F., Utami, C. V. B., Safitri, D. R., Arum, Z. N., Prihastari, Z. S., & Sari, A. R. (2021). Pengaruh Mikroorganisme, Bahan Baku, Dan Waktu Inkubasi Pada Karakter Nata: Review. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, 14(1), 62–74.
Putriana, I., & Aminah, S. (2013). Mutu fisik, kadar serat dan sifat organoleptik nata de cassava berdasarkan lama fermentasi. Jurnal Pangan Dan Gizi, 4(7), 29–38.
Rizal, H. M., Pandiangan, D. M., & Saleh, A. (2013). Pengaruh Penambahan Gula, Asam Asetat dan Waktu Fermentasi Terhadap Kualitas Nata De Corn. Jurnal Teknik Kimia, 19(1), 34–39.
Rose, D., Ardiningsih, P., & Idiawati, N. (2018). Karakteristik Nata de Jackfruit (Artocarpus heterophyllus) dengan Variasi Konsentrasi Starter Acetobacter xylinum. Jurnal Kimia Khatulistiwa, 7(4), 1–7.
Sihmawati, R. R., Oktoviani, D., & Untag, W. (2014). Aspek Mutu Produk Nata De Coco Dengan Penambahan Sari Buah Mangga. Heuristic: Teknik Industri, 11(02), 63–74. https://doi.org/10.30996/he.v11i02.619
Srikandi, S., Sugiarti, L., & Hardanto, S. (2017). Pemanfaatan Limbah Kecap Kedelai Dalam Pembuatan Nata De Soya. Jurnal Sains Natural, 1(2), 179–189. https://doi.org/10.31938/jsn.v1i2.27
Suharjono, Ardyati, T., Zubaidah, E., Munawaroh, & Pradani, C. (2011). Produksi Selulosa Bakterial Dari Air Buah Kelapa Dalam Berbagai Konsentrasi Sukrosa Dan Urea (Production of Bacterial Cellulose From Coconut Fruit Water. In Prosiding Seminar Nasional Biologi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Tamimi, A., Hs, S., & Hendrawan, Y. (2015). PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN UREA TERHADAP KARAKTERISTIK NATA DE SOYA ASAM JERUK NIPIS – IN PRESS Influence of Sucrose and Urea Addition to Nata de Soya Lime Acid Characteristics. Bioproses Komoditas Tropis, 3(1), 1–10.
Wiryani, E. (2007). Analisis Kandungan Limbah Cair Pabrik Tempe. CORE: Diponegoro University Institutional Repository, 1–10.
Yanti, N. A., Ahmad, S. W., Tryaswaty, D., & Nurhana, A. (2017). Pengaruh Penambahan Gula dan Nitrogen pada Produksi Nata De Coco. Biowallacea, 4(1), 540–545.
DOI: https://doi.org/10.22146/ijl.v5i3.81439
Article Metrics
Abstract views : 3585 | views : 3106Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2023 Indonesian Journal of Laboratory
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.