ANALISIS PERKEMBANGAN WILAYAH, PEMUSATAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN HUTAN DAN KAITANNYA DENGAN KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT MERAPI (The Analysis of Area Development, Change Decentralization, Forest Use, and Their Relationship with Social)
Setiaji Setiaji(1*), Ronggo Sadono(2), Hartono Hartono(3), Mochammad Maksum Machfoedz(4)
(1) Program Doktor Ilmu Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur,Yogyakarta 55281.
(2) Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur, Yogyakarta 55281
(3) Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur, Yogyakarta 55281
(4) Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur, Yogyakarta 55281
(*) Corresponding Author
Abstract
ABSTRAK
Dinamika wilayah desa tercermin dari perubahan terus menerus yang berkaitan dengan berbagai faktor lingkungan hidup.Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi perubahan dan dinamika perubahan penggunaan lahan, pemusatan dan pertumbuhan penggunaan lahan, serta dampak sosial budaya masyarakat petani hutan rakyat di Kecamatan Cangkringan. Metode yang digunakan analisis loqation quotient (LQ), skalogram, korelasi, observasi, dan kuisioner. Hubungan LQ dengan indeks perkembangan desa (IPD) menggunakan analisis korelasi, dengan parameter nilai LQ, jumlah sarana prasarana, jumlah penduduk, serta nilai IPD. Berdasar nilai IPD, kelurahan yang mempunyai nilai IPD tertinggi adalah Argomulyo (72,952), nilai IPD sedang adalah Umbulharjo (50,971), Kepuharjo (48,781), Wukirsari (40,695) dan Glagaharjo (36,599), sedangkan kelurahan dengan nilai IPD terendah tidak ada. Berdasar hirarki wilayah dan nilai IPD tahun 2011 kelurahan di dataran bagian atas umumnya mempunyai hirarki yang lebih rendah. Hanya variabel IPD yang signifikan berpengaruh terhadap LQ pemukiman. Budaya, regulasi, dan kesepakatan masyarakat menjadi modal sosial untuk menangani perubahan.
ABSTRACT
The dynamics of rural areas is reflected in the continuous changes associated with various environmental factors. The purpose of this research is to identify the changes and the dynamics of land use changes, the centralization and the growth in land use, as well as the social and cultural impacts of community forest farmers in Cangkringan. The method used in the analysis stage was Loqation Quotient (LQ), schallogram, correlation, observation, and questionnaires. The relationship LQ with rural development index (IPD) used correlation analysis, with parameter values LQ, the amount of infrastructure, population, and the value of IPD. Based on the IPD value, villages that had the highest IPD value was Argomulyo (72.952), the average IPD value was Umbulharjo (50.971), Kepuharjo (48.781), Wukirsari (40.695), and Glagaharjo (36.599), and there was no village with the lowest IPD value. Based on the hierarchy of the region and the IPD value in 2011, the villages in high lands generally had a lower hierarchy. Only IPD variables significantly affected the LQ settlement. Culture, regulations, and agreements society became social capital to deal with changes.
Keywords
Full Text:
Artikel lengkap (PDF) (Bahasa Indonesia)References
Anonim, 2012. Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sleman Tahun 2011-2031. Sleman.
Darmanto, D., Sudarmadji, Sutikno, dan Maryono A., 2011. Dampak Lingkungan Pemanfaatan Alur Sungai di Kali Bayong, Kali Kuning, dan Kali Gendol. Jurnal Manusia dan Lingkungan, 18(2):159-172.
Darminto, 2003. Discourse on Public Participation in Planning. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 14(1):1-15.
Hendayana, R., 2003. Aplikasi Metode Location Quotient (LQ) dalam Penentuan Komoditas Unggulan Nasional. Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Jurnal Informatika Pertanian, 12(1):20-26.
Kiswanto, 2005. Analisis Spasial Ekonomi Makro Jawa Tengah (Analisis PDRB Tahun 1993-2003. Forum Geografi, 19(2):154-170.
Marfai, 2012. Pengantar Etika Lingkungan dan Kearifan Lokal. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Muta’ali, L, 2000. Pola Perkembangan Karakteristik Kekotaan pada Desa-Desa di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Majalah Geografi Indonesia, 17(1):16-34.
Muta’ali, L,, 2003. Studi Penentuan Desa-Desa Pusat Pertumbuhan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Majalah Geografi Indonesia, 18(1):31-44.
Muta’ali, L., 2005. Potensi Perkembangan Wilayah dan Kaitannya dengan Tata Ruang di Kawasan Lereng Merapi Provinsi DI Yogyakarta. Majalah Geografi Indonesia, 19(1):63-88.
Rijanto, R., 2003. Defining Rural Diversification in a Small Farming Region: The Case of Yogyakarta Special Province, Indonesia, The Indonesian Journal of Geography 12(1):1-10.
Rika, H., 2013. Nilai Ekonomi Total Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Sleman. Jurnal Manusia dan Lingkungan, 20(3):35-48.
Rustiadi, E., Saefulhakim, dan Panuju, D.R., 2011. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Crestpent Press dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta.
Senoaji, 2009. Daya Dukung Lingkungan dan Kesesuaian Lahan dalam Pengembangan Pulau Enggano Bengkulu. Jurnal Bumi Lestari, 9(2):159-166
Salim, 2003. Revisiting Community Participation in Planning. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 14(1):16-26.
Sugandhy, A., 1992. Penataan Ruang Wilayah Berwawasan Lingkungan dalam Menunjang Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 5(3):1-16.
Sutikno, Sunarto, Langgeng, Kurniawan, A., dan Taufik, 1995. Environmental Degradation of Urban Area on Fluvio Volcanic Plain (Case Study of Yogyakarta). The Indonesian Journal of Geography, 6(1):11-18.
Walpole, R.E., 1993. Pengantar Statistika. Terjemahan Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Yiyi, S., 2011. Integrasi Teknologi Basisdata dan Pemodelan dalam Pemetaan Tanah, Warta Sumberdaya Lahan, 4(2):1-11.
DOI: https://doi.org/10.22146/jml.18778
Article Metrics
Abstract views : 9741 | views : 5835Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2017 Jurnal Manusia dan Lingkungan
JML Indexed by:
View My Stats